Emas Rekor Lagi! Harga Emas Dunia Terus Meroket, Saatnya Beli?

Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi, nyaris menembus US$4.200 per ons pada Rabu (15/10/2025). Kenaikan impresif ini didorong oleh ekspektasi yang semakin menguat akan adanya pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS), yang diperparah oleh munculnya kembali kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Kombinasi faktor ini mempercepat permintaan terhadap aset safe haven, menjadikan emas pilihan utama di tengah ketidakpastian.

Pada hari yang sama, harga emas spot melonjak 1,1% mencapai US$4.185,59 per ons pada pukul 06.04 GMT, setelah sebelumnya sempat menyentuh puncak rekor US$4.193,38 di awal perdagangan. Senada, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga menguat 1% menjadi US$4.204,30 per ons troi, menunjukkan sentimen positif yang merata di pasar logam mulia.Img AA1MaImq

Kenaikan harga emas ini tak lepas dari dinamika politik internal AS. Presiden AS Donald Trump pada Selasa lalu menyatakan bahwa pemerintahannya akan merilis daftar “program Demokrat” yang bakal dihentikan pada hari Jumat, sebagai konsekuensi dari penutupan pemerintahan federal. Pernyataan ini sontak memicu ketidakpastian politik yang lebih dalam, menambah daya tarik emas sebagai pelindung nilai.

Analis senior StoneX, Matt Simpson, seperti dikutip Reuters, menegaskan bahwa “penutupan pemerintah AS dan komentar dovish dari Jerome Powell telah memberikan alasan terbaru bagi harga emas untuk berakselerasi lebih tinggi.” Komentar ini menggarisbawahi bagaimana gejolak domestik dan sinyal kebijakan moneter yang longgar menjadi katalisator kuat bagi reli emas.

Harga Emas Antam Rekor Lagi, Melonjak Rp 23.000 Jadi Rp 2.383.000 Per Gram Hari Ini

Di sisi moneter, Ketua Federal Reserve Jerome Powell turut memberikan sinyal yang memicu pasar. Ia menyatakan bahwa meskipun perekonomian AS mungkin menunjukkan lintasan yang sedikit lebih kuat dari perkiraan, pasar tenaga kerja masih lesu. Powell menegaskan bahwa keputusan mengenai suku bunga akan diambil “pertemuan demi pertemuan”, dengan mempertimbangkan keseimbangan antara pelemahan pasar tenaga kerja dan inflasi yang persisten di atas target. Pernyataan ini memperkuat ekspektasi akan kebijakan moneter yang akomodatif.

Para investor kini hampir meyakini adanya penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin, baik pada bulan Oktober maupun Desember. Antisipasi ini secara langsung meningkatkan daya tarik emas, mengingat logam mulia tersebut cenderung berkinerja optimal dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.

Secara historis, emas batangan memang dikenal sebagai lindung nilai yang tangguh, menunjukkan kinerja prima dalam kondisi suku bunga yang rendah serta selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi yang bergejolak. Karakteristik inilah yang menjadikannya primadona saat ini.

Tak mengherankan, emas sebagai aset safe haven telah melonjak 59% secara year-to-date. Reli luar biasa ini didorong oleh serangkaian faktor multifaset: mulai dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang berkelanjutan, ekspektasi kuat akan penurunan suku bunga AS, pembelian masif oleh bank-bank sentral dunia, tren dedolarisasi yang semakin nyata, hingga arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang tak henti-hentinya.

Simpson menambahkan, “reli ini juga telah menjadi momentum perdagangan, di mana para pedagang berbondong-bondong masuk hanya untuk mengejar harga yang semakin menjauh,” mengindikasikan bahwa sebagian kenaikan juga dipicu oleh dinamika pasar internal dan euforia investor.

Selain faktor domestik AS, ketegangan perdagangan AS-Tiongkok kembali membayangi. Trump mengungkapkan bahwa Washington tengah mempertimbangkan untuk memutuskan beberapa hubungan dagang dengan Tiongkok, bahkan mencakup sektor minyak goreng. Kedua negara juga telah mulai memberlakukan biaya pelabuhan secara timbal balik pada Selasa, menandakan eskalasi friksi yang berpotensi memengaruhi pasar global dan mendorong lebih banyak investor beralih ke emas.

Meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini menaikkan proyeksi pertumbuhan global 2025, mengutip tarif dan kondisi keuangan yang lebih baik dari perkiraan, lembaga tersebut juga mengeluarkan peringatan keras. IMF menekankan bahwa ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang kembali memanas berpotensi besar menghambat momentum pertumbuhan global yang rapuh.

Sejalan dengan emas, harga perak juga menunjukkan performa gemilang. Logam mulia ini melesat 1,9% menjadi US$52,43 per ons, setelah sempat mencapai rekor tertinggi US$53,60 pada hari Selasa. Kenaikan harga perak ini tak hanya mengikuti reli emas, tetapi juga didukung oleh mengetatnya pasokan di pasar spot, mencerminkan kekuatan pasar logam mulia secara keseluruhan.

Siapa yang Menentukan Harga Emas? Begini Cara Nilainya Ditetapkan

Ringkasan

Harga emas global kembali mencetak rekor tertinggi, nyaris menembus US$4.200 per ons pada 15 Oktober 2025. Kenaikan signifikan ini didorong oleh ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga Amerika Serikat serta kekhawatiran yang kembali muncul terkait ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Ketidakpastian politik internal AS, termasuk pernyataan Presiden Trump dan sinyal kebijakan moneter yang longgar dari Jerome Powell, turut mempercepat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Pada hari yang sama, harga emas spot melonjak 1,1% mencapai US$4.185,59 per ons, sementara emas berjangka AS menguat 1%.

Emas, yang secara historis dikenal sebagai lindung nilai tangguh dalam kondisi suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi, telah melonjak 59% secara year-to-date. Reli luar biasa ini didukung oleh berbagai faktor seperti pembelian bank sentral, tren dedolarisasi, dan arus masuk dana ETF. Selain emas, harga perak juga menunjukkan performa gemilang, melesat 1,9% menjadi US$52,43 per ons. Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang berpotensi menghambat pertumbuhan global semakin mendorong investor beralih ke logam mulia.

You might also like