Ekspansi Bisnis Emiten: Sektor Mana Paling Cuan di 2024?

Img AA1P4L4i

MNCDUIT.COM JAKARTA. Dalam lanskap ekonomi yang dinamis dan kompetisi yang kian sengit, emiten-emiten di Indonesia semakin gencar melakukan penyesuaian strategis dengan menambah atau mengubah kegiatan usaha, yang tercermin dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) mereka. Langkah ini, menurut para analis, merupakan indikator adaptasi perusahaan di tengah perubahan pasar yang berkelanjutan.

Sepanjang Oktober 2025, laporan publikasi sejumlah emiten di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa setidaknya ada 10 emiten yang merencanakan langkah signifikan ini. Fenomena diversifikasi atau penyesuaian lini bisnis ini menarik perhatian pasar dan investor.

Salah satu emiten yang mengambil inisiatif ini adalah PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI). Emiten telekomunikasi ini berencana menambah tiga KBLI baru untuk mengerek labanya. KBLI tersebut meliputi Perdagangan Besar Peralatan Telekomunikasi (KBLI 46523), Aktivitas Telekomunikasi Tanpa Kabel (KBLI 61200), serta Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi Mesin, Peralatan, dan Barang Berwujud Lainnya YTDL (77399). Manajemen WIFI optimistis penambahan lini usaha ini akan meningkatkan efisiensi biaya operasional perseroan, dengan estimasi laba usaha dan laba bersih akan naik masing-masing sekitar Rp 23 miliar dan Rp 18 miliar.

Langkah serupa juga diambil oleh PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), yang berencana menambah hingga 10 KBLI baru. Deretan KBLI tersebut mencakup Konstruksi Sentral Telekomunikasi (KBLI 42206), Konstruksi Bangunan Prasarana Sumber Daya Air (KBLI 42911), Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan (KBLI 42912), Konstruksi Bangunan Sipil Minyak dan Gas Bumi (KBLI 42915), Konstruksi Bangunan Sipil Pertambangan (KBLI 42916), Konstruksi Bangunan Sipil Panas Bumi (KBLI 42917), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Olahraga (KBLI 42918), Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42919), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Pengolahan Produk Kimia, Petrokimia, Farmasi, dan Industri Lainnya (KBLI 42923), dan Konstruksi Khusus Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42929). Manajemen TOTL menegaskan penambahan ini merupakan respons mendesak terhadap dinamika pasar dan teknologi konstruksi global.

Tidak ketinggalan, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) turut memperluas cakupan usahanya dengan memasukkan Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya (KBLI 70209). Penambahan ini bertujuan mendukung integrasi operasional SMBR ke dalam kelompok usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), sekaligus memberikan dasar hukum bagi kegiatan koordinasi penjualan dan manajemen di wilayah Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Emiten produsen sekaligus distributor daging olahan, PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), juga merambah lini bisnis baru yang komprehensif. Mereka akan menggarap Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah (KBLI 01412), Pembibitan dan Budidaya Kerbau Potong (KBLI 01413), Perdagangan Besar Binatang Hidup (KBLI 46205), dan Perdagangan Besar Susu dan Produk Susu (KBLI 46326). Lebih lanjut, BEEF juga akan mencakup bidang Penyimpanan (KBLI 52101), yang meliputi usaha penyimpanan barang sementara untuk tujuan komersial sebelum didistribusikan ke tujuan akhir. Manajemen BEEF menyatakan penambahan ini untuk memperkokoh rantai pasok usaha perseroan serta menjaga keberlanjutan pasokan protein hewani nasional.

Perubahan signifikan juga datang dari PT Cakra Buana Resources Tbk (CBRE), yang memutuskan mengubah kegiatan usahanya dari angkutan laut dalam negeri menjadi Angkutan Laut Luar Negeri untuk Barang Umum (KBLI 50141) dan Aktivitas Penunjang Angkutan Perairan Lainnya (KBLI 52229). Manajemen CBRE menjelaskan langkah ini diambil untuk mendiversifikasi layanan, menjangkau pasar internasional, dan memperkuat posisi CBRE dalam industri maritim nasional.

Analisis dan Rekomendasi Investor

Menurut Chory Agung Ramdhani, Customer Engagement and Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas, fenomena penambahan atau perubahan KBLI ini terinterpretasi sebagai respons proaktif emiten terhadap dinamika pasar yang tinggi. Ia mengidentifikasi tiga kemungkinan alasan di baliknya: dinamika ekspansi emiten yang menangkap peluang pertumbuhan baru, upaya penyesuaian terhadap tren pasar yang kini banyak dikuasai sektor teknologi, makanan-minuman, dan logistik, atau sebagai strategi penyelamatan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi. “Secara umum, fenomena ini lebih menggambarkan keharusan adaptasi di tengah perubahan kondisi ekonomi dan kompetisi, ketimbang ekspansi agresif semata,” terang Chory kepada Kontan, Senin (27/10/2025).

Meski fenomena ini menarik perhatian, Chory mengingatkan bahwa investor perlu mencermati lebih dalam dan tidak asal memandang perubahan KBLI sebagai pertumbuhan baru semata. Beberapa hal esensial yang wajib dipantau investor meliputi kapabilitas fundamental dan rekam jejak emiten terhadap bidang baru yang dipijaknya. Selain itu, penting pula untuk meninjau kejelasan modal dan peta jalan usaha baru tersebut, agar tidak hanya menjadi tempelan administratif. Tidak kalah penting, investor juga harus jeli mencermati apakah sektor baru yang dijajaki prospektif serta berpotensi signifikan meningkatkan nilai perusahaan, atau justru mengaburkan fokus inti bisnis perseroan. “Risiko gimmick market—harga naik sementara tanpa fundamental mendukung—tetap ada,” jelasnya.

Di antara emiten-emiten tersebut, Chory melihat WIFI teridentifikasi memiliki prospek paling cerah, mengingat perusahaan ini bergerak di sektor digital dan konektivitas yang sedang berada di puncak tren. “Beberapa analis pasar menyebut potensi target harga di kisaran Rp 4.000, meski perlu dicatat risiko persaingan dan kebutuhan investasi besar,” ujarnya. Sementara itu, BEEF juga dianggap prospektif karena berusaha masuk ke sektor konsumsi dasar yang menjanjikan. Namun, ia memberi catatan, mengingat margin di sektor agribisnis yang cenderung ketat dan sangat bergantung pada eksekusi rantai nilai yang efektif, tingkat prospeknya tergolong moderat.

Ringkasan

Emiten di Indonesia semakin gencar melakukan penyesuaian strategis dengan menambah atau mengubah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai respons terhadap dinamika ekonomi dan kompetisi pasar yang tinggi. Beberapa emiten yang melakukan diversifikasi ini antara lain PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) yang menambah KBLI di bidang telekomunikasi untuk meningkatkan laba, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) yang memperluas cakupan konstruksi, serta PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) yang merambah pembibitan hewan dan perdagangan produk susu guna memperkuat rantai pasok. PT Cakra Buana Resources Tbk (CBRE) juga mengubah fokus dari angkutan laut domestik ke internasional.

Fenomena perubahan KBLI ini diinterpretasikan analis sebagai adaptasi proaktif emiten terhadap dinamika pasar, mencari peluang pertumbuhan baru, atau menyesuaikan diri dengan tren sektor terkini. Investor disarankan untuk mencermati kapabilitas fundamental emiten, kejelasan modal, serta potensi peningkatan nilai yang signifikan dari lini usaha baru, untuk menghindari risiko “gimmick market.” Di antara emiten tersebut, WIFI dinilai memiliki prospek cerah di sektor digital dan konektivitas, sementara BEEF juga dianggap menjanjikan di sektor konsumsi dasar meskipun dengan tingkat prospek moderat.

You might also like