
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/10/2025). Kondisi ini terjadi setelah Federal Reserve (The Fed) mempertahankan sikap hawkish yang memperkuat dominasi dolar AS di pasar global. Data menunjukkan, rupiah di pasar spot melemah 0,11% secara harian, bergerak ke posisi Rp 16.636 per dolar AS, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg. Senada, berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda juga terkoreksi 0,05% secara harian, ditutup pada level Rp 16.640 per dolar AS.
Menanggapi pergerakan ini, Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, memproyeksikan bahwa volatilitas rupiah pada Jumat (31/10/2025) akan sangat dipengaruhi oleh penutupan sesi pasar AS malam nanti serta sentimen yang berkembang saat pembukaan pasar Asia. Ia menyoroti tren pelemahan jangka panjang rupiah yang mencapai 5,75% dalam 12 bulan terakhir. Oleh karena itu, momentum penguatan dolar AS yang sedang berlangsung memiliki potensi untuk berlanjut, mendorong nilai tukar USD/IDR untuk kembali menguji level resistensi krusial di atas Rp 16.650.
Kendati demikian, Sutopo juga mencatat adanya penguatan bulanan yang tipis, yakni sebesar 0,14%. Angka ini mengindikasikan bahwa pasar masih berada dalam fase konsolidasi yang sangat rapuh, menunjukkan ketidakpastian arah pergerakan yang jelas dalam jangka pendek.
Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.636 Per Dolar AS Hari Ini (30/10), Asia Terkoreksi
Sutopo memperingatkan, “Jika tidak ada kejutan signifikan dari data ekonomi AS malam ini, volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi, memaksa rupiah berjuang keras untuk mempertahankan posisinya di bawah level psikologis Rp 16.700 per dolar AS,” ujarnya kepada Kontan pada Kamis (30/10/2025).
Lebih lanjut, Sutopo menekankan pentingnya memantau pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS, khususnya yield 10-tahun. Kenaikan pada yield ini berpotensi besar meningkatkan daya tarik dolar AS sebagai aset yang lebih menguntungkan, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.
Dari sisi domestik, faktor-faktor seperti intervensi dan komunikasi strategis dari Bank Indonesia (BI), serta arus masuk atau keluar dana asing di pasar obligasi dan saham, akan menjadi penentu krusial. Elemen-elemen ini memiliki kapasitas untuk memberikan bantalan yang diperlukan atau justru menambah tekanan pada nilai tukar rupiah.
Senada dengan pandangan tersebut, Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengemukakan bahwa pelemahan rupiah pada Kamis (30/10/2025) utamanya disebabkan oleh penguatan agresif dolar AS. Penguatan ini dipicu oleh sikap hawkish The Fed dalam pertemuan FOMC semalam. Selain itu, rupiah juga terus berada di bawah tekanan akibat prospek pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dan kebijakan pemerintah yang cenderung longgar.
Rupiah Berbalik Melemah ke Rp 16.633 Per Dolar AS pada Tengah Hari Ini (30/10)
Faktor eksternal lain yang turut memengaruhi adalah pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. Meskipun dikabarkan menghasilkan kesepakatan yang konkret dan positif, ketiadaan detail lebih lanjut menyebabkan investor cenderung bersikap wait and see, menanti kejelasan dari hasil negosiasi penting antara kedua negara adidaya tersebut.
Meskipun demikian, Lukman memprediksi, “Rupiah masih berpotensi melemah lebih lanjut, namun Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap aktif melakukan intervensi untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar,” jelasnya.
Dengan mempertimbangkan berbagai dinamika ini, Sutopo Widodo memproyeksikan rupiah pada Jumat (31/10/2025) akan bergerak dalam rentang Rp 16.636 hingga Rp 16.650 per dolar AS. Sementara itu, Lukman Leong memberikan perkiraan rentang yang sedikit lebih lebar, yaitu antara Rp 16.600 hingga Rp 16.700 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar AS pada Kamis (30/10/2025), ditutup di Rp 16.636 per dolar AS di pasar spot, setelah Federal Reserve (The Fed) mempertahankan sikap hawkish. Pelemahan ini juga dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan kebijakan pemerintah yang cenderung longgar. Rupiah tercatat melemah 0,11% secara harian dan telah terkoreksi 5,75% dalam 12 bulan terakhir.
Untuk Jumat (31/10/2025), volatilitas rupiah diperkirakan akan tetap tinggi, dengan potensi dolar AS menguji level resistensi di atas Rp 16.650. Analis memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.600 hingga Rp 16.700, di tengah harapan intervensi aktif dari Bank Indonesia. Faktor lain yang memengaruhi adalah pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS dan arus dana asing.