
Presiden AS Donald Trump secara lantang kembali mendesak bank sentral AS, The Fed, untuk segera memangkas suku bunga acuan secara lebih agresif. Desakan terbarunya adalah pemangkasan sebesar 1 poin persentase penuh, sebuah permintaan yang mengejutkan mengingat data ketenagakerjaan AS terbaru menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dari perkiraan pasar.
“Langsung potong (suku bunga) satu poin, (itu bisa jadi) bahan bakar roket!” tegas Trump dalam unggahan di platform Truth Social pada Jumat (6/6) lalu, seperti dikutip dari CNBC. Pernyataan ini menunjukkan ambisinya untuk melihat penurunan suku bunga yang signifikan dan cepat.
Komentar Donald Trump ini dilontarkan tak lama setelah Biro Statistik Tenaga Kerja AS merilis laporan bahwa jumlah pekerjaan non-pertanian (nonfarm payrolls) pada Mei meningkat sebesar 139.000. Angka ini melampaui ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan hanya 125.000 pekerjaan. Selain itu, upah rata-rata per jam juga menunjukkan kenaikan solid sebesar 3,9% secara tahunan, melampaui perkiraan sebelumnya.
Terlepas dari indikator ekonomi AS yang dinilai sedang stabil atau bahkan membaik, Trump tetap bersikukuh bahwa suku bunga harus diturunkan. Baginya, langkah ini krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan secara signifikan menekan biaya pinjaman pemerintah. “Biaya pinjaman kita harus JAUH LEBIH RENDAH!!!” tulisnya, menyoroti beban finansial yang dipandang memberatkan.
Tidak hanya mendesak, Trump juga secara terang-terangan menuding Ketua The Fed, Jerome Powell, lamban dalam menyesuaikan kebijakan suku bunga. “Terlambat The Fed (turunkan suku bunga) adalah bencana. Dia (Powell) membuat negara kita rugi besar,” kritik Trump, menunjukkan frustrasinya terhadap kepemimpinan Powell.
Menurut Trump, penurunan suku bunga akan efektif dalam mengurangi biaya utang jangka pendek dan panjang yang akan jatuh tempo. Dia bahkan menyajikan solusi yang terkesan sederhana: jika inflasi nantinya meningkat, barulah The Fed bisa kembali menaikkan bunga. “Sangat sederhana!!!” klaimnya.
Lebih jauh, Donald Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan akan segera mengumumkan Ketua The Fed yang baru. Ketika ditanyai mengenai mantan gubernur The Fed, Kevin Warsh, sebagai kandidat kuat, Trump memberikan respons positif. “Dia sangat dihormati,” ujarnya kepada wartawan di Air Force One, memperkuat spekulasi tentang perubahan kepemimpinan di bank sentral AS.
Namun demikian, pasar keuangan justru menunjukkan skeptisisme tinggi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Berdasarkan data dari CME Group, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan bulan ini hampir nihil. Bahkan proyeksi pemangkasan lebih dari dua kali hingga akhir tahun 2025 hanya sekitar 22%, mencerminkan perbedaan pandangan yang mencolok antara Trump dan ekspektasi pasar.
Sebagai perbandingan, Bank Sentral Eropa (ECB) baru-baru ini telah memangkas suku bunganya sebesar 0,25 poin, menandai penurunan kedelapan sejak Juni tahun lalu. Meskipun demikian, ECB menyatakan bahwa langkah ini kemungkinan akan menjadi pemangkasan terakhir mereka di tahun ini.
Faktor lain yang turut memengaruhi keputusan kebijakan The Fed adalah pertimbangan para pembuat kebijakan mengenai dampak tarif impor yang diberlakukan oleh Donald Trump. Kebijakan tarif ini berpotensi memicu inflasi, yang pada gilirannya dapat mempersulit langkah The Fed untuk melakukan pemangkasan bunga sesuai keinginan Trump.
Presiden AS Donald Trump secara lantang mendesak bank sentral AS, The Fed, untuk segera memangkas suku bunga acuan sebesar 1 poin persentase penuh, meskipun data ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil yang membaik. Trump meyakini langkah ini krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan secara signifikan menekan biaya pinjaman pemerintah. Ia juga mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell atas kelambanannya dan mengisyaratkan kemungkinan penggantian kepemimpinan.
Namun, pasar keuangan menunjukkan skeptisisme tinggi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat, dengan peluang pemangkasan hampir nihil pada pertemuan bulan ini. Berbeda dengan Bank Sentral Eropa yang baru saja memangkas suku bunganya, kebijakan tarif impor yang diberlakukan Trump juga menjadi pertimbangan. Tarif ini berpotensi memicu inflasi, yang dapat mempersulit langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga sesuai keinginan Trump.