
MNCDUIT.COM , JAKARTA — Portofolio saham dalam industri dana pensiun menunjukkan tren penyusutan yang signifikan. Berdasarkan data per Juni 2025, penempatan investasi di saham tercatat turun 11,11% (year on year/YoY) dan 6,71% (month to month/MtM), kini mencapai Rp22,67 triliun.
Pengamat industri dana pensiun, Suheri, menyoroti fenomena ini dan mengaitkannya dengan kecenderungan pasar saham yang bergerak sideways, yaitu tidak menunjukkan arah tren yang jelas. Menurutnya, kondisi pasar yang fluktuatif ini mendorong pengelola dana pensiun untuk mengambil langkah taktis dalam berinvestasi.
Suheri menjelaskan bahwa kemungkinan besar, saat harga saham mengalami penurunan, perusahaan dana pensiun secara kolektif akan berinvestasi. Namun, ketika harga saham kembali normal, mereka cenderung menjualnya dan mengalihkan dana ke instrumen lain yang dianggap lebih menguntungkan dan memiliki volatilitas yang rendah. Ini bukan merupakan perubahan strategi investasi jangka panjang, melainkan lebih bersifat penyesuaian taktis terhadap dinamika pasar modal.
Meski demikian, Suheri menegaskan bahwa dana pensiun tetap memiliki porsi di pasar saham. Porsi ini umumnya bukan untuk tujuan jangka pendek atau trading, melainkan diperuntukkan bagi investasi jangka panjang. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dana pensiun ini, menurutnya, adalah respons taktis yang berpola sama dan bukan indikasi perubahan strategi besar-besaran, bahkan saat IHSG melesat.
Menanggapi tren bullish pasar saham belakangan ini, Suheri justru melihat adanya kehati-hatian yang lebih besar dari industri dana pensiun untuk kembali masuk. Kekhawatiran akan terjadinya koreksi harga saham menjadi pertimbangan utama. Pasalnya, koreksi tersebut dapat berdampak signifikan terhadap pembukuan akhir tahun mereka. Pengelola dana pensiun harus berpikir matang agar investasi yang dilakukan tidak berujung pada kerugian, seperti harga saham yang semula Rp8.000 malah turun menjadi Rp7.000.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pada Juni 2024, penempatan investasi industri dana pensiun di saham sempat mencapai Rp25,50 triliun, dan pada Mei 2025 tercatat Rp24,30 triliun. Angka ini kontras dengan penempatan investasi pada instrumen berisiko rendah yang justru terus menunjukkan pertumbuhan.
Sebagai contoh, per Juni 2025, penempatan dana pada deposito on call tumbuh 54,27% (YoY) mencapai Rp4,05 triliun, dan deposito berjangka mencapai Rp99,03 triliun atau tumbuh 14,86% (YoY). Selain itu, investasi pada surat berharga Bank Indonesia (BI) meningkat drastis 78,44% (YoY) menjadi Rp10,90 triliun, serta Surat Berharga Negara (SBN) yang tumbuh 2,95% (YoY) mencapai Rp137,55 triliun. Hal ini mengindikasikan pergeseran fokus investasi dana pensiun menuju aset yang lebih stabil dan aman.
Meskipun terjadi penyusutan pada portofolio saham, hasil investasi dari bunga dan dividen tetap konsisten. Per Juni 2025, pendapatan dari bunga/bagi hasil tumbuh 2,66% (YoY) menjadi Rp10,60 triliun. Sementara itu, pendapatan dari dividen juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,65%, mencapai Rp1,68 triliun. Ini menandakan bahwa meskipun strategi investasi disesuaikan, pendapatan pasif dana pensiun tetap terjaga stabil.
Portofolio saham dalam industri dana pensiun menunjukkan penyusutan signifikan, turun 11,11% secara tahunan per Juni 2025 menjadi Rp22,67 triliun. Pengamat Suheri mengaitkan fenomena ini dengan pasar saham yang bergerak sideways, mendorong pengelola dana pensiun mengambil langkah taktis. Mereka cenderung menjual saham saat harga normal dan mengalihkan dana ke instrumen berisiko rendah, yang bukan merupakan perubahan strategi jangka panjang. Meskipun demikian, dana pensiun tetap memiliki porsi untuk investasi saham jangka panjang.
Di tengah tren bullish, industri dana pensiun menunjukkan kehati-hatian untuk kembali masuk ke pasar saham karena kekhawatiran akan koreksi harga yang dapat berdampak pada pembukuan akhir tahun. Data OJK menunjukkan pergeseran fokus investasi ke aset yang lebih stabil dan aman seperti deposito, Surat Berharga Bank Indonesia, dan Surat Berharga Negara yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Meskipun terjadi penyusutan pada portofolio saham, hasil investasi dari bunga dan dividen dana pensiun tetap konsisten dan terjaga stabil.