Danantara Injeksi Dana ke Pasar Modal: Saham Pilihan untuk Dilirik!

Img AA1IfN6G
Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) siap mengalirkan dana hasil dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke pasar modal domestik. Sebagai langkah awal, Danantara telah menempatkan investasinya di pasar surat utang, menandai dimulainya pergerakan dana signifikan tersebut.

Chief Investment Officer BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menjelaskan bahwa pihaknya hanya memiliki waktu dua bulan untuk bergerak efektif. Kondisi ini menuntut Danantara untuk memilih instrumen yang paling likuid di pasar. Surat Berharga Negara (SBN) menjadi pilihan utama karena dinilai sebagai instrumen investasi paling aman dan likuid saat ini. Pandu menegaskan bahwa penempatan dana BUMN di SBN bersifat sementara, sebelum dialihkan ke strategi investasi jangka panjang yang lebih komprehensif.

Untuk jangka panjang, Danantara berencana mengombinasikan portofolio investasinya, tidak hanya di pasar surat utang tetapi juga di pasar ekuitas atau pasar saham. “Hanya jangka pendek. Untuk jangka panjang harus kombinasi, baik dari sisi pasar modal dan juga dari sisi bond market. Itu dari sisi public market investasi, itu semua akan digabung,” jelasnya pada Kamis (16/10).

Danantara juga mengincar untuk menyebarkan portofolio investasi ke pasar saham. Namun, Pandu menyoroti bahwa untuk masuk ke pasar ekuitas, diperlukan tingkat likuiditas yang tinggi guna memastikan pergerakan dana yang efisien. Ia menilai nilai transaksi harian di pasar saham Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (16/10), rata-rata nilai transaksi harian tercatat US$ 988 juta, jauh dari target Danantara. “Itu harus ditingkatkan, harus bisa US$ 5 miliar–US$ 8 miliar per hari. Tidak boleh kalah juga dengan India,” tegas Pandu.

Dalam catatan KONTAN, Pandu sebelumnya menyatakan Danantara akan berperan sebagai penyedia likuiditas atau liquidity provider di pasar saham. Rencananya, Danantara akan menyalurkan investasi sekitar US$ 10 miliar. Dengan asumsi 5% hingga 10% dari total dana investasi tersebut dialokasikan untuk memperkuat pasar saham, nilai yang akan digelontorkan dapat mencapai Rp 8,29 triliun hingga Rp 16,58 triliun.

Sementara itu, mendekati satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertahan di atas level 8.000. Pada perdagangan Kamis (16/10), IHSG ditutup menguat 0,91% ke level 8.124,75. Saham-saham perbankan pelat merah yang sempat tertekan beberapa hari terakhir, terpantau mulai berbalik menguat. Contohnya, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 2,12%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditutup menguat 0,99% ke posisi Rp 4.090, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 0,86% ke level Rp 3.530.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, berpendapat bahwa akan lebih baik jika dividen BUMN dialokasikan ke pasar ekuitas untuk memperbesar transaksi harian dan menjaga indeks, ketimbang hanya di pasar SBN. Namun, ia menekankan prioritas utama seharusnya tetap pada proyek dan investasi di sektor riil yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) besar bagi masyarakat (ketenagakerjaan), industri (manufaktur), dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai komitmen Danantara untuk berperan sebagai liquidity provider berpotensi memperkuat stabilitas pasar saham domestik. “Dengan asumsi 5%–10% dari total dana investasi dialokasikan ke pasar saham, suntikan ini dapat membantu menjaga likuiditas dan meredam volatilitas, terutama di saham-saham besar,” kata Ekky. Namun, ia menambahkan bahwa efeknya terhadap IHSG kemungkinan lebih bersifat stabilisasi ketimbang menjadi pendorong utama kenaikan indeks, mengingat arah pasar masih sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, juga sependapat. Dengan asumsi 5%–10% dari dana US$ 10 miliar, ia melihat ini akan menjadi modal yang kuat untuk menopang likuiditas di pasar saham Tanah Air. “Dampaknya mungkin tidak langsung ke indeks, tetapi bisa menstabilkan harga saham yang berada di bawah Danantara sekaligus menarik minat investor institusi dan asing,” ujarnya.

Dengan wacana Danantara sebagai penyedia likuiditas, saham-saham pelat merah berpotensi mendapatkan angin segar dari aliran dana jumbo dari lembaga pengelola investasi tersebut. Wafi menilai emiten konstruksi seperti WIKA dan ADHI masih memerlukan waktu untuk pulih, namun kedua emiten itu bisa mendapat keuntungan dari proyek hijau yang diinvestasikan Danantara. “Sedangkan sektor energi seperti TPIA dan BRPT justru berpeluang jadi motor utama grup, apalagi dengan fokus ke transisi energi,” ucapnya.

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menyoroti saham dari sektor perbankan dan energi terbarukan sebagai pilihan menarik. Saham pilihannya jatuh pada BBRI dengan target harga di Rp 5.025 dan BMRI dengan target harga di Rp 5.200. Terakhir, dari sektor energi baru terbarukan, pilihan Indy adalah PGEO dengan target harga di Rp 1.500.

Ekky Topan menambahkan, investor dapat mencermati emiten dengan fundamental kuat dan emiten yang memiliki eksposur langsung ke proyek strategis, seperti di sektor energi, infrastruktur, dan hilirisasi mineral. “Namun, emiten perbankan yang selama ini menjadi penyumbang dividen terbesar dengan kinerja konsisten juga tetap menarik,” katanya. Ia menyarankan investor untuk menerapkan strategi akumulasi selektif jangka menengah hingga panjang, sambil menunggu kejelasan realisasi proyek dan arah alokasi investasi Danantara di pasar modal.

Ringkasan

Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan mengalirkan dana dividen BUMN ke pasar modal domestik, dimulai dengan penempatan sementara di Surat Berharga Negara (SBN) karena likuiditasnya. Untuk jangka panjang, Danantara berencana mengombinasikan portofolionya ke pasar surat utang dan ekuitas, dengan target alokasi 5%-10% dari total investasi US$10 miliar untuk pasar saham. Chief Investment Officer Pandu Patria Sjahrir menekankan perlunya peningkatan likuiditas pasar saham Indonesia yang dinilai masih rendah.

Para pengamat pasar modal menilai Danantara sebagai penyedia likuiditas berpotensi menstabilkan pasar saham domestik dan menarik investor, meskipun dampaknya ke IHSG lebih bersifat stabilisasi. Dana tersebut diperkirakan akan memperkuat saham-saham perbankan pelat merah, sektor energi (khususnya transisi energi), dan konstruksi yang terkait proyek hijau. Investor disarankan mencermati emiten berfundamental kuat di sektor energi, infrastruktur, hilirisasi mineral, serta perbankan untuk strategi investasi jangka menengah hingga panjang.

You might also like