
MNCDUIT.COM JAKARTA. Sosok legendaris di dunia investasi, Lo Kheng Hong, atau yang sering dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia, siap menerima pembayaran dividen fantastis yang mendekati angka Rp 50 miliar dari salah satu saham blue chip favoritnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat. Pembayaran dividen saham yang dinanti-nanti ini akan mencapai cum date pada hari Rabu, 11 Juni 2025. Momen ini tentu memunculkan pertanyaan krusial bagi para investor ritel: apakah ini saat yang tepat untuk membeli, menjual, atau justru menahan saham yang menjadi pilihan Lo Kheng Hong tersebut?
Sebagai informasi, saham blue chip merupakan kategori saham unggulan atau lapis satu yang memiliki rekam jejak panjang dan pengalaman solid di bursa efek. Umumnya, saham-saham ini berasal dari perusahaan dengan fundamental yang sangat kuat, didukung oleh nilai kapitalisasi pasar yang masif, seringkali mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Di BEI sendiri, saham blue chip kerap diidentifikasi sebagai anggota dari indeks mayor seperti LQ45, yang mencerminkan saham-saham paling likuid dan berkapitalisasi besar.
Salah satu anggota indeks LQ45 yang baru saja menarik perhatian publik dengan pengumuman pembayaran dividennya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), atau yang dikenal luas dengan sebutan PGN. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PGAS telah menyetujui pembagian dividen tunai sebesar US$ 271,54 juta. Angka ini merepresentasikan 80% dari total laba bersih tahun buku 2024 yang berhasil dibukukan PGAS, yakni sebesar US$ 339,42 juta.
Apabila dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah, dengan mengacu pada kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) per 28 Mei 2025 sebesar Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat, maka total dividen yang akan dibagikan PGAS mencapai nilai yang luar biasa, yaitu Rp 4,42 triliun. Jumlah tersebut setara dengan dividen per saham sebesar Rp 182,58. Ini menunjukkan komitmen PGAS dalam mengembalikan nilai kepada para pemegang sahamnya.
Untuk panduan investor, berikut adalah jadwal pembayaran dividen tunai PGAS yang perlu dicermati:
Laporan pemegang saham PGAS menunjukkan bahwa Lo Kheng Hong merupakan salah satu pemegang saham individu dengan kepemilikan yang substansial. Tercatat per 30 April 2025, Lo Kheng Hong mendekap sekitar 268,88 juta saham PGAS, atau setara dengan 1,11% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan. Angka ini menempatkannya dalam jajaran 10 besar pemegang saham terbanyak PGAS, bahkan melampaui kepemilikan institusi global sekelas Blackrock yang hanya menguasai 195,86 juta saham.
Dengan porsi kepemilikan saham yang signifikan ini, Lo Kheng Hong diperkirakan akan menerima pembayaran dividen dari PGAS dengan nilai yang mengesankan, yakni sekitar Rp 49 miliar. Angka ini tentu saja menegaskan statusnya sebagai investor kakap yang piawai dalam memilih saham berpotensi dividen besar.
Melihat pergerakan harga saham PGAS di pasar, pada perdagangan Senin, 9 Juni 2025, harga saham ini ditutup di level Rp 1.835, mengalami penurunan tipis 5 poin atau 0,27% dari hari sebelumnya. Meskipun demikian, sejak awal tahun 2025, saham PGAS telah menunjukkan kinerja yang positif dengan akumulasi penguatan sebesar 225 poin, atau setara dengan 13,98%.
Menanggapi kondisi pasar PGAS, analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, memberikan pandangannya. Menurut Audi, pergerakan harga saham PGAS saat ini cenderung tertahan di level resistance 1.830-1.850. Ia juga mengamati bahwa indikator MACD menunjukkan tren yang melandai, disertai dengan volume transaksi yang cenderung menurun, mengindikasikan potensi pelemahan. Oleh karena itu, berdasarkan analisis teknikalnya, Audi merekomendasikan sell untuk saham PGAS. Ia menetapkan level support di Rp 1.700 dan level resistance di Rp 1.790, seperti yang disampaikannya pada Senin, 2 Juni 2025.
Keputusan untuk membeli atau menjual saham PGAS, terutama menjelang cum date dividen, tentu kembali pada strategi dan profil risiko masing-masing investor ritel. Informasi dividen yang menarik, kepemilikan oleh investor ulung seperti Lo Kheng Hong, serta rekomendasi dari analis, semuanya menjadi pertimbangan penting dalam mengambil langkah investasi yang tepat.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) akan membagikan dividen tunai sebesar US$ 271,54 juta, atau setara Rp 182,58 per saham, dengan cum date di pasar reguler pada 11 Juni 2025. Investor kawakan Lo Kheng Hong, yang memiliki 1,11% saham PGAS, diperkirakan akan menerima dividen fantastis sekitar Rp 49 miliar. PGAS merupakan saham blue chip yang menjadi bagian dari indeks LQ45.
Meskipun harga saham PGAS telah menguat 13,98% sejak awal 2025, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, merekomendasikan “sell” karena indikator teknikal yang menunjukkan potensi pelemahan. Keputusan untuk membeli, menjual, atau menahan saham PGAS menjelang cum date dividen ini kembali pada strategi dan profil risiko individu investor.