CPIN Ekspansi! Anak Usaha Beli Pembibitan Unggas, Ini Rekomendasi Sahamnya!

Img AA1LDJis

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten unggas penghuni LQ45, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), telah merampungkan akuisisi fasilitas pembibitan unggas senilai total Rp 454 miliar melalui anak usahanya, PT Charoen Pokphand Jaya Farm. Langkah strategis ini diharapkan dapat memperkuat posisi perusahaan di industri.

Mengacu pada keterbukaan informasi yang disampaikan pada Jumat (29/8/2025), transaksi penting ini tergolong sebagai transaksi afiliasi. Pembelian fasilitas pembibitan tersebut dilakukan antara PT Charoen Pokphand Jaya Farm dengan PT Istana Satwa Borneo (ISB), yang merupakan entitas anak CPIN dengan kepemilikan tidak langsung sebesar 99,99%.

Proses akuisisi fasilitas ini dilaksanakan dalam dua tahap terpisah. Tahap pertama diselesaikan pada 15 Agustus lalu, di mana Charoen Pokphand Jaya Farm mengakuisisi sebagian fasilitas pembibitan unggas senilai Rp 430,98 miliar. Kemudian, pada 28 Agustus, perusahaan kembali menuntaskan akuisisi fasilitas tambahan dengan nilai Rp 24,5 miliar, sehingga total nilai transaksi mencapai Rp 454 miliar.

Analis Pasar Senior Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa akuisisi fasilitas pembibitan unggas ini berpotensi menjadi katalis positif yang signifikan bagi kinerja CPIN di masa mendatang. Menurutnya, langkah ini tidak hanya mampu mendorong optimalisasi pendapatan dan laba perusahaan, tetapi juga merupakan bagian integral dari strategi ekspansi bisnis CPIN.

Meskipun memiliki potensi fundamental yang kuat, pergerakan saham CPIN saat ini masih berada dalam tren penurunan. Data menunjukkan bahwa saham perusahaan mencatatkan net sell sebesar Rp 99,5 miliar dalam sepekan terakhir. Namun demikian, Nafan meyakini bahwa valuasi saham CPIN saat ini tergolong undervalued. “Mudah-mudahan ada fase di mana CPIN membentuk fase akumulasi dalam fase uptrend,” ujar Nafan kepada Kontan, Senin (1/9/2025).

Senada, Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, memberikan pandangan teknikal untuk saham CPIN. Ia menyebutkan bahwa saham CPIN saat ini berada pada level support krusial di Rp 4.150 per saham. Dengan potensi penguatan, William menetapkan target harga pertama pada Rp 4.575 per saham, dengan estimasi target lanjutan mencapai Rp 5.200 per saham. Berdasarkan analisisnya, William merekomendasikan “buy” untuk saham CPIN.

Dari sisi kinerja keuangan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membukukan hasil positif pada laporan keuangannya per semester I-2025. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 1,9 triliun, tumbuh 7,48% secara year-on-year (yoy) dari Rp 1,76 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini juga tercermin pada laba per saham dasar yang meningkat menjadi Rp 116, dari sebelumnya Rp 108.

Sementara itu, dari sisi pendapatan atau top line, CPIN berhasil meraup penjualan sebesar Rp 33,06 triliun, meningkat tipis 0,3% yoy dari Rp 32,96 triliun di posisi yang sama tahun lalu. Penjualan CPIN didominasi oleh segmen ayam pedaging yang menyumbang Rp 16,34 triliun, diikuti oleh pakan sebesar Rp 9,17 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari ayam olahan sebesar Rp 5,55 triliun, anak ayam usia sehari (DOC) Rp 1,32 triliun, dan lain-lain Rp 662 miliar.

Di sisi lain, beban pokok penjualan CPIN juga mengalami peningkatan menjadi Rp 28,33 triliun dari Rp 28 triliun pada periode sebelumnya. Akibatnya, laba bruto perusahaan tercatat sedikit menurun menjadi Rp 4,72 triliun, dari sebelumnya Rp 4,95 triliun.

Ringkasan

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) melalui anak usahanya, PT Charoen Pokphand Jaya Farm, telah menyelesaikan akuisisi fasilitas pembibitan unggas senilai total Rp 454 miliar. Transaksi dengan PT Istana Satwa Borneo ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi perusahaan di industri. Analis menilai akuisisi ini sebagai katalis positif yang berpotensi mendorong kinerja CPIN, bahkan merekomendasikan “buy” untuk sahamnya yang dianggap undervalued.

Dari sisi keuangan, CPIN membukukan laba bersih Rp 1,9 triliun pada semester I-2025, naik 7,48% secara tahunan. Penjualan perusahaan juga meningkat tipis 0,3% menjadi Rp 33,06 triliun, dengan segmen ayam pedaging menjadi penyumbang terbesar. Meskipun beban pokok penjualan mengalami kenaikan, laba per saham dasar perusahaan tetap menunjukkan peningkatan.

You might also like