 
             
						
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja menyelesaikan evaluasi terhadap Indeks BUMN20, sebuah tolok ukur kinerja bagi perusahaan-perusahaan pelat merah yang terdaftar di pasar modal.
Evaluasi minor ini akan efektif berlaku mulai 5 November 2025 hingga 3 Februari 2026, dan berfokus pada penyesuaian jumlah saham yang digunakan dalam perhitungan indeks.
Hasil evaluasi menunjukkan beberapa emiten komoditas BUMN mengalami peningkatan bobot dalam indeks. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), misalnya, mengalami kenaikan bobot dari 9,28% menjadi 9,31%.
Selain ANTM, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mencatatkan kenaikan bobot menjadi 3,12% dari sebelumnya 3,11%. PT Timah Tbk (TINS) pun tak ketinggalan, dengan bobot yang terkerek naik menjadi 2,22%.
Kinerja Indeks IDX BUMN20 Kurang Optimal, Ini Penyebabnya
Tidak hanya sektor komoditas, emiten energi juga menunjukkan performa positif. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengalami kenaikan bobot menjadi 6,26%, sementara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) naik menjadi 2,07%.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, berpendapat bahwa kenaikan bobot emiten BUMN di sektor komoditas dalam evaluasi IDX BUMN20 ini, kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan jumlah saham yang beredar di publik (free float), serta kinerja saham-saham komoditas yang secara relatif lebih unggul dibandingkan BUMN di sektor lain.
“Faktor-faktor seperti kenaikan harga logam dasar, terutama emas, serta prospek cerah energi hijau, turut mendorong investor untuk meningkatkan eksposur mereka ke saham-saham BUMN berbasis komoditas,” jelasnya kepada Kontan, Kamis (30/10).
Senada dengan Ekky, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menambahkan bahwa kenaikan bobot emiten komoditas di IDX BUMN20 terutama dipicu oleh kenaikan harga saham sektor logam dan energi selama periode evaluasi Agustus–Oktober 2025, yang secara signifikan meningkatkan kapitalisasi pasar mereka.
Lonjakan harga emas dan timah, yang sempat menyentuh level tertinggi akibat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan gangguan pasokan global, menjadi katalis positif bagi kinerja ANTM dan TINS.
“Kinerja PGAS dan PGEO juga terdorong oleh permintaan gas industri yang stabil dan pendapatan panas bumi yang bersifat recurring,” ungkap Liza kepada Kontan, Kamis (30/10).
Menurut Liza, emiten komoditas memainkan peran yang sangat signifikan dalam periode penilaian evaluasi indeks BUMN20 kali ini.
Sebagai contoh, harga emas sempat mencetak rekor di atas US$ 4.200 per ons troi sebelum mengalami koreksi tipis, didorong oleh sentimen safe haven dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Hal ini memberikan dukungan kuat terhadap sentimen harga logam mulia, termasuk kinerja ANTM.
“Timah juga mengalami penguatan hingga di atas US$ 37.500 per ton, dipicu oleh gangguan pasokan global dan penertiban tambang ilegal di Indonesia, yang menjadi sentimen positif bagi TINS,” imbuhnya.
Intip Rekomendasi Saham IDX BUMN20 yang Kinerja Kalah dari IHSG
Kinerja PGAS diuntungkan oleh volume kontrak dan penjualan yang solid, serta kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang disesuaikan, yang berdampak positif pada margin hilir. Sementara itu, PGEO ditopang oleh pendapatan berulang dari Perjanjian Jual Beli Listrik (PPA) dan realisasi proyek-proyek yang sedang berjalan.
Liza juga menyoroti bahwa pelemahan harga batu bara menjadi penyeimbang negatif untuk PTBA. Meskipun demikian, produksi dan efisiensi perusahaan yang relatif solid memungkinkan bobot PTBA untuk tetap terdorong naik, asalkan harga sahamnya mampu mengungguli konstituen lain.
“Sentimen positif lain untuk PTBA berasal dari katalis investasi Danantara pada proses gasifikasi,” jelasnya.
Secara keseluruhan, prospek indeks BUMN20 hingga akhir tahun 2025 cenderung netral-positif, terutama didukung oleh sektor komoditas logam dan utilitas energi. Namun, di tahun 2026, kinerja emiten BUMN20 akan sangat bergantung pada arah suku bunga global, nilai tukar dolar AS, serta kebijakan energi domestik yang berlaku.
Prospek dan Rekomendasi
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah Budiman, melihat bahwa beberapa saham komoditas, seperti TINS dan PGEO, memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang lebih positif di akhir tahun 2025 dan 2026.
Prospek pertumbuhan TINS didukung oleh adanya pembenahan dalam penambangan ilegal dan harga komoditas timah yang lebih stabil.
Sementara itu, PGEO menawarkan prospek pertumbuhan yang menarik dengan rencana ekspansi yang ambisius dalam beberapa tahun mendatang, yang berpotensi meningkatkan kapasitas produksi mereka secara signifikan.
“Kedua saham ini memiliki potensi yang menarik dan dapat memberikan kontribusi yang lebih positif untuk indeks BUMN20,” ujar Fath kepada Kontan, Kamis.
Liza juga berpendapat bahwa prospek IDX BUMN20 hingga akhir tahun 2025 masih positif-moderat, didukung oleh momentum sektor komoditas dan proyek-proyek energi terbarukan yang digarap oleh BUMN. Namun, ia menekankan bahwa arah indeks di tahun 2026 akan sangat bergantung pada tren harga global, kebijakan energi domestik (khususnya HGBT dan DMO), serta keputusan suku bunga yang diambil oleh The Fed.
Emiten-emiten yang berpotensi menjadi penopang utama indeks ini adalah ANTM, TINS, dan PGEO. “Sementara itu, kinerja PGAS dan PTBA relatif netral, karena sensitivitas mereka terhadap margin gas dan harga batu bara,” paparnya.
Menjelang akhir tahun, Ekky melihat bahwa saham-saham perbankan mulai menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah yang solid. Selain itu, saham-saham batu bara yang sebelumnya bergerak lambat, kini mulai memperlihatkan sinyal penguatan.
“Kedua sektor tersebut memiliki valuasi yang sudah cukup murah. Jika tren pembalikan ini berlanjut, keduanya berpotensi menjadi pendorong utama penguatan indeks hingga akhir tahun,” katanya.
Ekky merekomendasikan untuk membeli saham PTBA dengan target harga jangka panjang di kisaran Rp 2.900 – Rp 3.000 per saham.
Sektor perbankan juga ia lihat sebagai sektor unggulan hingga tahun depan. Emiten Danantara dari sektor perbankan yang menarik untuk diperhatikan adalah BBRI dan BBTN, dengan target harga masing-masing Rp 4.400 – Rp 4.500 per saham dan Rp1.500 – Rp 1.600 per saham.
Evaluasi minor Indeks BUMN20 oleh BEI, berlaku efektif 5 November 2025, menunjukkan peningkatan bobot pada beberapa emiten komoditas seperti ANTM, PTBA, dan TINS, serta emiten energi seperti PGAS dan PGEO. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan free float, kinerja saham komoditas yang unggul, serta kenaikan harga logam dasar dan prospek energi hijau. Analis memandang faktor-faktor seperti harga emas dan timah yang tinggi, serta permintaan gas industri yang stabil dan pendapatan panas bumi yang recurring, sebagai katalis positif.
Prospek indeks BUMN20 hingga akhir 2025 cenderung netral-positif, didukung sektor komoditas dan energi, namun di 2026 akan bergantung pada suku bunga global, nilai tukar dolar AS, dan kebijakan energi domestik. Saham TINS dan PGEO dinilai memiliki potensi kontribusi positif, sementara ANTM, TINS, dan PGEO berpotensi jadi penopang utama indeks. Saham perbankan dan batu bara juga menunjukkan sinyal penguatan dengan valuasi yang relatif murah.