MNCDUIT.COM JAKARTA. Pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi sorotan setelah beberapa kali transaksi pelepasan saham oleh UBS. Aksi korporasi ini tentu menimbulkan pertanyaan di kalangan investor dan pengamat pasar modal.
Dalam keterbukaan informasi yang dirilis pada 27 November, UBS tercatat melepas 769,45 ribu lembar saham BUMI pada harga Rp 228 per saham. Sementara itu, harga saham BUMI saat ini berada di level Rp 238 per saham. Data ini memperlihatkan adanya selisih antara harga pelepasan dan harga pasar terkini.
Sebelum transaksi pada 20 November, kepemilikan UBS atas saham BUMI mencapai 26,38 miliar lembar atau setara dengan 7,11%. Setelah pelepasan saham, kepemilikan UBS menyusut menjadi 25,61 miliar lembar, setara dengan 6,9% kepemilikan. Lalu, apa sebenarnya alasan di balik aksi pelepasan saham ini?
Menurut dokumen keterbukaan informasi, UBS melakukan penjualan saham tersebut untuk kepentingan lindung nilai derivatif klien. Ini bukanlah kali pertama UBS melakukan aksi serupa. Tercatat, setidaknya ada tiga transaksi penjualan saham BUMI lainnya yang dilakukan oleh UBS sepanjang bulan November.
Pada 17 November, UBS melepas 3,57 miliar saham BUMI di harga Rp 226 per saham. Sebelumnya, pada 14 November, UBS juga melepas 2,92 miliar saham BUMI di harga Rp 197 per saham. Kemudian, pada 11 November, UBS tercatat melepas 2,28 miliar saham BUMI di harga Rp 182 per saham. Seluruh transaksi ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk kegiatan lindung nilai derivatif klien.
Grafik Saham BUMI oleh TradingView
Di sisi lain, kinerja keuangan BUMI menunjukkan adanya tantangan. Pendapatan usaha BUMI tercatat mengalami penurunan sebesar 17,4% secara year-on-year (yoy) menjadi US$ 3,55 miliar pada kuartal III-2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 4,30 miliar.
Laba bersih BUMI yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga mengalami penurunan signifikan, yakni sebesar 76,1% yoy menjadi US$ 29,4 juta pada kuartal III-2025. Pada periode sebelumnya, laba bersih BUMI tercatat sebesar US$ 122,9 juta. Penurunan kinerja ini tentu menjadi perhatian bagi para investor.
Menanggapi aksi pelepasan saham oleh UBS, analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, berpendapat bahwa hal tersebut lebih disebabkan oleh *flow-based* yang sifatnya *rebalancing*, manajemen risiko, atau *client mandate*. Dengan kata lain, aksi ini tidak serta merta mencerminkan fundamental perusahaan.
Wafi menambahkan, pelepasan saham BUMI di bawah harga pasar juga merupakan hal yang lazim dalam penyelesaian order dengan urgensi tinggi. Menurutnya, dampak dari aksi ini mungkin akan menimbulkan tekanan jangka pendek, namun tidak akan mengubah fundamental BUMI secara signifikan.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, berpandangan bahwa aksi UBS yang melepas saham BUMI di harga rendah membuat harga saham emiten Grup Bakrie tersebut tertahan.
Prospek dan Rekomendasi
Wafi melihat bahwa kinerja BUMI ke depan masih diwarnai sentimen positif dan negatif. Sentimen positif datang dari aksi akuisisi Wolfram di segmen emas, serta rencana akuisisi Jubilee & Laman Mining yang berpotensi memberikan diversifikasi dari segmen batubara.
Sementara itu, sentimen negatif berasal dari harga batubara yang masih lemah, arus kas yang ketat, dan peningkatan *leverage* akibat pendanaan untuk akuisisi.
Melansir data RTI, BUMI memiliki *price to earning ratio* (PER) sebesar 133,53x dan *price to book value* (PBV) sebesar 3,49x. Harga saham BUMI juga masih mencatatkan kenaikan sebesar 106,78% sejak awal tahun atau secara *year to date* (YTD).
Menurut Wafi, PBV BUMI memang tergolong rendah, namun hal ini justru mencerminkan pendapatan yang volatil, *risk leverage*, dan arus kas yang belum stabil. Ia menambahkan bahwa valuasi saat ini belum sepenuhnya mencerminkan hasil dari diversifikasi ke sektor emas, karena aset baru tersebut masih membutuhkan waktu untuk memberikan kontribusi.
Wafi merekomendasikan *trading buy* untuk saham BUMI dengan target harga Rp 280 per saham.
Nafan menambahkan, prospek harga batubara ke depan juga masih belum menunjukkan sinyal positif. Namun, adanya diversifikasi ke lini usaha baru diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMI di masa mendatang.
“Saat ini saham BUMI sudah semakin likuid. Valuasi juga sudah di atas *fair valued*,” ungkapnya.
Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat bahwa pergerakan saham BUMI berada di level support Rp 234 per saham dan resistance Rp 244 per saham.
Herditya juga merekomendasikan *trading buy* untuk saham BUMI dengan target harga Rp 250 – Rp 260 per saham.
Bumi Resources Minerals (BRMS) Raih Pinjaman US$ 625 Juta, Ini Rencana Penggunaannya
Ekspor Emas Akan Kena Pajak, Bumi Resources Minerals Pastikan Jual ke Pasar Domestik
Kinerja Bumi Resources Minerals (BRMS) Kuartal III-2025 Disokong Kenaikan Harga Emas
Diramal Masuk MSCI, Begini Kata Bos Bumi Resources Minerals (BRMS) Agoes Projosasmito
UBS Menilai Pondasi Bisnis Emas Jadi Daya Tarik Saham Bumi Resources Minerals (BRMS)
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi sorotan setelah transaksi pelepasan saham oleh UBS, yang melakukan penjualan untuk kepentingan lindung nilai derivatif klien. UBS tercatat telah beberapa kali melepas saham BUMI sepanjang November. Di sisi lain, kinerja keuangan BUMI menunjukkan penurunan pendapatan usaha dan laba bersih pada kuartal III-2025.
Analis memberikan pandangan beragam mengenai aksi pelepasan saham UBS, dengan menekankan faktor flow-based dan potensi tekanan jangka pendek. Rekomendasi saham BUMI bervariasi, dengan beberapa analis menyarankan trading buy dengan target harga tertentu, sementara yang lain menyoroti sentimen positif dari akuisisi di sektor emas dan sentimen negatif dari harga batubara yang lemah.