BSDE: Analisis Saham, Prospek Semester II 2025, dan Rekomendasi

MNCDUIT.COM JAKARTA. Kinerja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menunjukkan tren penurunan pada semester I-2025. Baik pendapatan maupun laba bersih perusahaan kompak mengalami penurunan selama periode Januari hingga Juni 2025.

Menurut laporan keuangan perusahaan, pendapatan usaha BSDE tercatat sebesar Rp 6,39 triliun pada semester I 2025. Angka ini mengalami penurunan sebesar 13,01% dibandingkan dengan pendapatan usaha pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 7,34 triliun.Img AA1JH7nm

Penurunan juga terjadi pada laba bersih BSDE. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 1,28 triliun sepanjang semester I 2025. Ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 44,79% *year-on-year* (yoy) dibandingkan dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 2,33 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, BSDE berhasil mencatatkan pendapatan prapenjualan atau *marketing sales* sebesar Rp 5,08 triliun pada semester I 2025. Capaian ini setara dengan 51% dari target prapenjualan yang telah ditetapkan perusahaan untuk tahun 2025, yaitu sebesar Rp 10 triliun.

Pendapatan dan Laba Bersih Bumi Serpong Damai (BSDE) Turun pada Semester I-2025

Menariknya, raihan *marketing sales* ini justru menunjukkan tren pertumbuhan positif sebesar 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar Rp 4,84 triliun pada semester I 2024.

Direktur BSDE, Hermawan Wijaya, menjelaskan bahwa pertumbuhan di akhir kuartal II 2025 ini didorong oleh penjualan dari segmen hunian dan komersial di berbagai proyek *township* BSDE. “Segmen hunian memberikan kontribusi sebesar Rp2,19 triliun, atau sekitar 43% dari total prapenjualan,” ungkapnya dalam keterangan resmi pada 24 Juli 2025.

Analis Riset Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, menyoroti bahwa penjualan tanah dan bangunan BSDE mengalami penurunan sebesar 14,2% yoy menjadi Rp 5,1 triliun di akhir semester II. Meskipun demikian, ia melihat adanya perbaikan dibandingkan dengan kuartal I, yang terpengaruh oleh kendala mundurnya *hand-over* karena faktor *seasonality* yang lebih lambat pada momentum lebaran.

“Pendapatan *recurring income*, seperti dari sewa, hotel, pengelolaan gedung, jalan tol, dan lainnya, juga mengalami pelemahan menjadi Rp 843 miliar, dengan kontribusi 13% terhadap total pendapatan semester I 2025,” jelasnya kepada Kontan, Kamis (31/7).

Sementara itu, Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Kevin Halim dan Jeffrosenberg Chenlim, berpendapat bahwa penjualan kavling tanah (land plot) berhasil mengimbangi prapenjualan residensial yang cenderung lebih lemah di kuartal II 2025, yang dipengaruhi oleh kondisi makro yang kurang mendukung dan terbatasnya peluncuran produk baru.

Di sisi lain, BSDE dinilai masih memiliki neraca keuangan yang kuat dan cadangan lahan yang luas, yaitu lebih dari 2.000 hektar (ha) di BSD City, yang diperoleh dengan biaya rendah.

“Hal itu memberikan fleksibilitas bagi BSDE untuk menyesuaikan produk dan mempertahankan *marketing sales*,” tulis mereka dalam riset tanggal 25 Juli 2025.

Bakal Garap Proyek Baru, Intip Rekomendasi Saham BSDE

Meskipun kinerja semester I mengalami penurunan, Hermawan Wijaya sebelumnya sempat menyampaikan optimisme BSDE dalam mencapai target kinerja tahun 2025. Keyakinan ini diperkuat oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 5,25%.

BSDE meyakini bahwa penurunan BI-Rate akan berdampak langsung pada penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan mendorong permintaan properti.

“Optimisme kami diperkuat oleh portofolio proyek kami yang tersebar di lokasi strategis dan tren makroekonomi yang mendukung,” tegasnya.

Namun, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, melihat bahwa BSDE masih akan menghadapi sejumlah tantangan di semester II. Tantangan tersebut antara lain penurunan daya beli masyarakat, likuiditas perbankan, serta ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.

Di sisi lain, insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) yang diperpanjang hingga akhir 2025 dan potensi pemangkasan kembali suku bunga BI sebesar 25–50 basis poin (bps) di kemudian hari dapat menjadi faktor positif. Sehingga, target *marketing sales* BSDE sebesar Rp 10 triliun masih dinilai realistis.

“Strategi yang dijalankan bisa berupa peluncuran produk baru, promosi agresif, pemanfaatan insentif PPN-DTP, serta ekspansi proyek melalui *joint venture*, seperti Nava Park dan Hiera di BSD City,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (31/7).

Selain itu, rencana *joint venture* (JV) PT Karunia Sinar Mentari (KSM) dalam menggarap proyek hunian premium di Kota Wisata Cibubur juga diprediksi akan mendorong kinerja BSDE.

Sebagai informasi, PT KSM adalah anak usaha BSDE yang memegang 51% saham dalam proyek kerjasama dengan Sinarmas Land HK, entitas BSDE di Hongkong. Konsorsium ini akan menggarap proyek pembangunan kawasan premium senilai Rp 2,8 triliun di Kota Wisata Cibubur.

Proyek berkonsep serupa milik BSDE, seperti Nava Park dan Hiera, telah terbukti memberikan kontribusi signifikan terhadap penjualan perseroan. Pada kuartal I 2025, keduanya menjadi kontributor utama terhadap pendapatan.

BSDE Chart by TradingView

“Penambahan produk premium di Cibubur akan memperluas pangsa pasar segmen menengah ke atas (premium), memperkuat diversifikasi, dan meningkatkan margin,” paparnya.

Aqil Triyadi melihat adanya sejumlah sentimen positif yang berpotensi mendorong kinerja BSDE di semester II, yaitu peluncuran produk baru yang cukup agresif dan potensi pemangkasan suku bunga BI.

Kedua sentimen ini diharapkan dapat meningkatkan *marketing sales* di semester II, baik di segmen ruko maupun hunian.

“Namun, masih ada perlambatan daya beli di sektor properti pada tahun 2025 seiring dengan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang melambat dalam beberapa kuartal terakhir,” jelasnya.

Aqil Triyadi pun merekomendasikan “beli” untuk saham BSDE dengan target harga Rp 1.000 per saham.

Sementara itu, Kevin Halim dan Jeffrosenberg Chenlim melihat bahwa BSDE masih memiliki proyeksi penjualan lahan sebesar sekitar Rp3,3 triliun kepada Mitbana untuk proyek Hiera dan sekitar Rp 2,5 triliun kepada Astraland untuk proyek Nava Park 2.

Bumi Serpong Damai (BSDE) Catat Marketing Sales Rp 5,08 Triliun per Semester I 2025

Transaksi tersebut akan meningkatkan saldo kas BSDE menjadi Rp 14 triliun. Penjualan lahan *joint venture* (JV) itu nantinya dapat meningkatkan level kas BSDE menjadi sekitar Rp 14 triliun, yang setara dengan sekitar 80% dari kapitalisasi pasar, sehingga dapat memperkuat neraca keuangannya.

BSDE pun berencana menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan Fase 3 BSD City andalannya. “Penjualan lahan ini akan terealisasi secara bertahap, yang akan mendukung pra-penjualan BSDE dalam beberapa tahun mendatang,” pungkas mereka.

Maybank Sekuritas Indonesia pun merekomendasikan “beli” untuk saham BSDE dengan target harga Rp 1.050 per saham dalam 12 bulan mendatang.

Ringkasan

Kinerja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) pada semester I-2025 menunjukkan penurunan, dengan pendapatan usaha tercatat sebesar Rp 6,39 triliun atau turun 13,01% dan laba bersih sebesar Rp 1,28 triliun atau turun 44,79% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, BSDE berhasil mencatatkan prapenjualan (marketing sales) sebesar Rp 5,08 triliun, setara dengan 51% dari target tahunan dan menunjukkan pertumbuhan 5% dibandingkan tahun lalu, didorong oleh penjualan hunian dan komersial.

Analis melihat tantangan di semester II seperti penurunan daya beli, tetapi juga potensi positif dari insentif PPN DTP dan penurunan suku bunga BI. Beberapa analis merekomendasikan “beli” untuk saham BSDE, dengan target harga antara Rp 1.000 hingga Rp 1.050 per saham, didukung oleh sentimen positif peluncuran produk baru, potensi penurunan suku bunga, serta rencana pengembangan proyek baru melalui *joint venture*.

You might also like