BlackRock dan JPMorgan Akumulasi GOTO, Isu Merger Grab Makin Kencang

Img AA1Kh78Y

MNCDUIT.COM JAKARTA. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi sorotan utama investor, di tengah santernya kabar merger dengan Grab yang terus berembus.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 11 November 2025, saham GOTO berhasil menguat, ditutup pada level Rp 67 per saham, menunjukkan respons positif pasar terhadap spekulasi yang berkembang.Img AA1Kh78Y

Data dari Bloomberg mengindikasikan bahwa investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) yang signifikan, mencapai Rp 122,50 miliar di seluruh pasar pada hari tersebut. Secara kumulatif bulanan, nilai net buy asing terhadap saham GOTO bahkan telah menyentuh angka Rp 5,74 miliar, menegaskan minat besar dari investor global.

Beberapa manajer investasi kelas kakap dunia terlihat aktif mengakumulasi saham GOTO. Di antara mereka adalah BlackRock Inc. dan JPMorgan Chase & Co., dua raksasa di panggung pasar modal global yang dikenal memiliki pengaruh besar.

JPMorgan tercatat membeli sekitar 38,84 juta saham GOTO pada perdagangan Selasa, 11 November, sehingga total kepemilikannya melonjak menjadi 2,52 miliar saham. Sementara itu, sehari sebelumnya, BlackRock Inc. juga menambah posisinya dengan membeli 16,15 juta saham, menjadikan total kepemilikannya di GOTO mencapai 30,03 miliar saham.

Rumor Merger Kembali Menguat

Wacana merger antara GOTO dan Grab sebetulnya bukanlah isu baru. Desas-desus ini pertama kali muncul pada Februari 2020, jauh sebelum GOTO resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Sempat mereda, kabar serupa kembali mencuat pada Februari 2024, dan kini, rumor tersebut semakin menguat dan menjadi perbincangan hangat sejak awal Februari 2025.

Kali ini, spekulasi merger disebut-sebut mendapat restu dari Istana Negara. Sebuah pertemuan antara manajemen Grab, GOTO, dan Presiden Prabowo Subianto dikabarkan telah menghasilkan kesepahaman awal mengenai potensi konsolidasi kedua raksasa teknologi tersebut. Tak hanya itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara juga disebut akan turut ambil bagian dalam aksi korporasi besar ini, mengingat PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) memiliki investasi signifikan di GOTO.

Menurut laporan Bloomberg, para investor utama GOTO, termasuk SoftBank Group Corp., Provident Capital Partners, dan Peak XV, secara aktif mendorong percepatan pembicaraan merger ini. Bahkan, sejumlah pemegang saham dikabarkan telah menandatangani memo kepada dewan direksi untuk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Salah satu agenda yang santer beredar adalah terkait posisi Patrick Walujo sebagai direktur utama yang kabarnya menentang rencana akuisisi oleh Grab.

GOTO Tegaskan RUPSLB Tak Terkait Aksi Korporasi

Menyikapi riuhnya spekulasi, GOTO sendiri telah mengumumkan rencana penyelenggaraan RUPSLB pada 17 Desember 2025, sebagaimana tercantum di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 10 November. Namun, Direktur Legal dan Group Corporate Secretary GOTO, R. A. Koesoemohadiani, secara tegas membantah bahwa agenda rapat tersebut berkaitan dengan aksi korporasi apa pun.

“Agenda RUPSLB ini merupakan bagian dari tata kelola perusahaan yang baik dan tidak perlu menimbulkan kekhawatiran. Informasi lebih lanjut akan disampaikan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku,” jelas Diani dalam keterangan resminya, Selasa, 11 November. Ia juga menambahkan bahwa pemanggilan resmi RUPSLB akan dilakukan pada 25 November 2025, seraya menegaskan komitmen manajemen untuk bertindak profesional dan mengutamakan kepentingan seluruh pemangku kepentingan. “Menanggapi spekulasi media terkait potensi transaksi antara GOTO dan Grab, hingga saat ini belum ada keputusan maupun kesepakatan terkait hal tersebut,” tegas Diani, menepis spekulasi yang beredar.

Prospek Merger Dinilai Positif, namun Ada Risiko Monopoli

Dari sudut pandang analis, wacana merger antara GOTO dan Grab dianggap cukup masuk akal oleh Head of Research Macquarie Capital Indonesia, Ari Jahja. Menurutnya, hal ini sejalan dengan perbaikan kondisi keuangan GOTO dalam beberapa kuartal terakhir. “Kombinasi antara GOTO dan Grab akan menguntungkan pemegang saham utama seperti SoftBank Group, karena potensi laba dari Grab dapat menutupi kerugian di GOTO,” tulis Ari dalam risetnya, Senin, 10 November.

Namun, di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Adityo Nugroho, mengingatkan tentang potensi risiko. Menurutnya, dari perspektif konsumen, merger kedua raksasa teknologi ini berpotensi menciptakan monopoli pasar. “Kalau hanya ada satu pemain besar, persaingan bisa jadi tidak sehat. Tapi kita lihat saja, karena rumor ini sudah berulang kali muncul, mudah-mudahan kali ini bisa terealisasi,” ujar Adityo, merangkum optimisme sekaligus kehati-hatian di tengah ketidakpastian.

Ringkasan

Saham GOTO menjadi sorotan setelah menguat ke Rp 67 dan menarik pembelian bersih signifikan dari investor asing, termasuk akumulasi besar oleh BlackRock dan JPMorgan. Minat investor global ini terjadi di tengah kuatnya rumor merger antara GOTO dan Grab. Isu merger tersebut, yang telah berulang kali muncul sejak 2020, kini kembali menguat dan disebut-sebut telah mendapat restu dari Istana Negara.

Menanggapi spekulasi, GOTO telah mengumumkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 17 Desember 2025. Namun, manajemen GOTO secara tegas membantah bahwa RUPSLB tersebut terkait dengan aksi korporasi atau kesepakatan merger dengan Grab. Analis melihat potensi positif dari merger ini untuk perbaikan keuangan dan pemegang saham, namun juga memperingatkan risiko monopoli pasar bagi konsumen.

You might also like