Bitcoin Stabil: Analisis Kekuatan BTC di Tengah Krisis Global

Img AA1tGC7X

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Di tengah gejolak global yang terus membayangi, Bitcoin (BTC), aset kripto utama di pasar digital, sekali lagi membuktikan ketangguhannya. Dalam dua pekan terakhir, koin ini tidak hanya bertahan, tetapi juga menunjukkan pemulihan signifikan, didorong oleh perubahan sikap investor yang kini lebih tenang dan semakin yakin akan fundamental aset digital ini.

Gejolak pasar sempat terasa pasca serangan pertama Israel ke Iran pada 13 Juni, yang membuat harga Bitcoin anjlok dari level US$ 108.000. Penurunan semakin tajam hingga mencapai kisaran US$ 97.000 setelah Amerika Serikat (AS) turut campur dalam ketegangan antara kedua negara Timur Tengah tersebut pada 22 Juni.

Namun, hanya dalam kurun waktu sehari, Bitcoin menunjukkan daya bangkit luar biasa, berhasil kembali melampaui level US$ 100.000. Terlebih lagi, seiring dengan gencatan senjata yang dicanangkan kedua negara, data Coinmarketcap pada Minggu (29/6) pukul 14.45 WIB mencatat harga Bitcoin kini kokoh bertengger di US$ 107.372,16. Angka ini menandai penguatan impresif sebesar 4,88% dalam sepekan terakhir.

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ketahanan harga Bitcoin ini tak lepas dari perubahan signifikan dalam perilaku investor kripto. “Perilaku investor telah banyak berubah. Mereka kini lebih tenang dan tidak mudah panik saat menghadapi ketidakpastian,” jelas Fyqieh kepada Kontan, Kamis (26/6).

Diam-Diam Bhutan Kuasai Bitcoin! Jadi Negara Ketiga Terbesar Pemegang BTC di Dunia

Ketika AS melancarkan serangan terhadap area rudal Iran pada 22 Juni, yang secara umum menjatuhkan nilai aset-aset berisiko termasuk kripto, Fyqieh mengamati bahwa investor justru melihat momen koreksi tersebut sebagai peluang emas untuk akumulasi, bukan malah melakukan aksi jual panik.

Fenomena ini turut tercermin dari manuver BlackRock yang pada 23 Juni memindahkan 9.928 aset Ethereum (ETH) senilai US$ 24,15 juta ke Coinbase Prime. Menariknya, hanya sehari berselang, BlackRock kembali menarik lebih dari 11.000 aset ETH senilai US$ 27,2 juta dari Coinbase Prime, sebagaimana dilansir Cointelegraph pada Rabu (25/6). Transaksi ini jelas menunjukkan bagaimana institusi besar pun memanfaatkan momentum pasar untuk aksi ambil untung yang strategis.

Secara fundamental, Fyqieh menegaskan bahwa kepercayaan investor terhadap aset kripto semakin menguat, seiring dengan kokohnya dasar-dasar aset ini. “Aset kripto kini lebih menjanjikan. Terbentuk narasi kuat bahwa kripto adalah aset jangka panjang yang sah dan berpotensi tinggi,” ucap Fyqieh.

Peningkatan adopsi institusi, yang ditandai dengan masifnya pengajuan ETF kripto baru di AS, menjadi salah satu faktor penopang. Selain itu, Fyqieh menambahkan, kolaborasi yang semakin intensif antara proyek kripto dan perusahaan-perusahaan besar turut menjadikan aset ini semakin menarik di mata para investor.

Contoh konkret kolaborasi ini adalah kerja sama terbaru antara Mastercard dan Chainlink, sebuah jaringan oracle terdesentralisasi yang berperan menghubungkan data off-chain ke dalam smart contract di blockchain. Kemitraan ini bertujuan mendukung pengembangan pembayaran kripto yang terintegrasi secara on-chain.

Bitcoin Pulih, Ini Target Baru dan Prediksi Harga BTC 1 Juli 2025

Outlook Kripto

Secara keseluruhan, Fyqieh menganalisis bahwa pasar global saat ini bergerak dalam lanskap yang kompleks. Kondisi ini ditandai oleh suku bunga yang tinggi namun stabil, inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, serta melemahnya nilai dolar AS.

Meskipun demikian, Bitcoin berhasil mempertahankan posisinya di atas level psikologis US$ 100.000. Dari sisi teknikal, Fyqieh menjelaskan bahwa kondisi pasar saat ini menunjukkan kecenderungan konsolidasi yang sehat, dengan volume perdagangan yang ia nilai relatif rendah namun selektif.

Fyqieh menilai situasi ini memiliki kemiripan dengan awal tahun 2000-an, saat dolar AS mengalami pelemahan dan terjadi pergeseran aliran modal ke pasar negara berkembang (emerging market). “Saat ini, kripto memainkan peran serupa sebagai ‘emerging market’ baru yang menyerap aliran modal global,” ujarnya.

Untuk jangka pendek, Fyqieh memprediksi harga Bitcoin berpotensi bergerak dalam rentang US$ 100.000 hingga US$ 115.000. Prediksi ini memiliki bias positif, asalkan dukungan makroekonomi dan sentimen pasar secara keseluruhan tetap kondusif bagi pertumbuhan kripto.

Ringkasan

Bitcoin (BTC) menunjukkan ketangguhan signifikan di tengah gejolak global, berhasil pulih dan stabil. Setelah anjlok dari US$108.000 menjadi sekitar US$97.000 akibat ketegangan geopolitik, BTC bangkit kembali melampaui US$100.000 dalam sehari. Pada 29 Juni, harganya mencapai US$107.372,16, menandai penguatan impresif sebesar 4,88% dalam sepekan.

Ketahanan Bitcoin didorong oleh perubahan perilaku investor yang lebih tenang dan melihat koreksi sebagai peluang akumulasi. Investor kini semakin yakin pada fundamental aset kripto sebagai investasi jangka panjang, didukung peningkatan adopsi institusional dan kolaborasi, seperti Mastercard dan Chainlink. Analis memprediksi Bitcoin berpotensi bergerak dalam rentang US$100.000 hingga US$115.000 dalam jangka pendek.

You might also like