BI Rate Turun, Kenapa Suku Bunga Bank Belum Ikut? Ini Kata Perbanas!

MNCDUIT.COM , JAKARTA — Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengemukakan bahwa tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, atau yang dikenal sebagai BI Rate, belum serta-merta mencerminkan dampaknya pada suku bunga dasar kredit maupun bunga simpanan di perbankan. Kondisi ini menunjukkan adanya jeda waktu antara kebijakan moneter dan respons pasar keuangan.

Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa likuiditas industri perbankan saat ini berada dalam kondisi yang cukup longgar. Posisi pendanaan bank semakin kokoh, tidak hanya karena pemangkasan BI Rate sebanyak tiga kali, tetapi juga ditopang oleh kebijakan lain seperti penyesuaian imbal hasil surat berharga serta pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang diberikan oleh otoritas moneter.Img AA1JOHZ2

Menurut Hery Gunardi, likuiditas yang memadai ini merupakan modal berharga bagi perbankan, khususnya dalam mendorong penyaluran kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara “Perbanas Review of Indonesia’s Mid-Year Economy 2025” yang digelar di Jakarta Pusat akhir pekan lalu, dikutip Minggu (3/8/2025).

Hery, yang juga menjabat sebagai Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), menegaskan bahwa dinamika pertumbuhan kredit tidak semata-mata ditentukan oleh sisi penawaran atau ketersediaan dana, melainkan juga sangat bergantung pada kuatnya permintaan kredit dari sektor riil.

Ia menambahkan, permintaan kredit erat kaitannya dengan kondisi makroekonomi yang saat ini masih menghadapi tantangan. Pengaruh gejolak global hingga tensi politik domestik disebut menjadi faktor yang belum sepenuhnya menciptakan iklim kondusif untuk mendorong permintaan tersebut.

“Permintaan itu sangat bergantung pada kondisi makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Sebab, permintaan kredit memiliki korelasi positif dan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi,” jelas Hery lebih lanjut, menekankan keterkaitan erat antara keduanya.

: : BI Pangkas Suku Bunga ke 5,25%, Begini Kondisi Yield SBN Terkini

Hery kemudian menyoroti faktor eksternal yang turut menahan laju penurunan suku bunga secara global. Ketidakpastian yang muncul akibat perang tarif global membuat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, masih bergulat dengan tekanan inflasi. Kondisi ini secara tidak langsung memperlambat potensi pemangkasan Fed Fund Rate (FFR), menciptakan efek domino pada kebijakan suku bunga di berbagai negara.

Oleh karena itu, bank-bank diproyeksikan akan menurunkan suku bunga secara bertahap dan hati-hati. Meskipun likuiditas perbankan kini sudah lebih dari memadai, permintaan kredit dari sektor riil dinilai masih tertahan oleh berbagai faktor ekonomi dan non-ekonomi.

: : Saling Kunci Kebijakan Suku Bunga: BI Rate vs LPS Rate

Perbanas meyakini bahwa dukungan signifikan dari kebijakan fiskal pemerintah dapat menjadi katalisator penting untuk mempercepat pemulihan penyaluran kredit pada paruh kedua tahun ini. Alokasi belanja pemerintah untuk program-program strategis seperti “Makan Bergizi Gratis (MBG)” dan inisiatif “3 Juta Rumah” diharapkan mampu secara substansial mengerek permintaan domestik.

“Jika program-program pemerintah tersebut berjalan sesuai rencana, dampak penggandanya atau multiplier effect akan sangat besar bagi perekonomian,” ujar Hery. “Harapan kami, hal ini akan mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini,” tambahnya, menunjukkan optimisme terhadap sinergi kebijakan.

Sebelumnya, data dari Survei Perbankan Triwulan II/2025 yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa laju penyaluran kredit pada akhir tahun 2025 diperkirakan akan sedikit melambat jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.

Indikasi perlambatan ini tercermin dari nilai perhitungan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) outstanding kredit yang diproyeksikan mencapai 94,28% hingga akhir tahun 2025. Angka ini sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan SBT pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2024 yang tercatat sebesar 95,74%, menunjukkan proyeksi yang lebih konservatif.

“Penyaluran kredit pada tahun 2025, antara lain, diperkirakan akan tetap didorong oleh prospek kondisi ekonomi yang membaik, efektivitas kebijakan suku bunga, serta terjaganya tingkat risiko yang relatif terkendali dalam proses penyaluran kredit,” demikian pernyataan Bank Indonesia dalam dokumen resmi Survei Perbankan Triwulan II/2025 yang dirilis pada Rabu (23/7/2025).

Ringkasan

Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan bahwa penurunan BI Rate belum serta-merta diikuti oleh suku bunga kredit dan simpanan bank, menunjukkan adanya jeda waktu. Meskipun likuiditas perbankan sangat longgar berkat kebijakan Bank Indonesia, pertumbuhan kredit sangat bergantung pada kuatnya permintaan dari sektor riil. Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menyebutkan bahwa permintaan ini masih tertahan oleh kondisi makroekonomi yang menantang serta gejolak global.

Bank-bank diproyeksikan akan menurunkan suku bunga secara bertahap dan hati-hati karena permintaan kredit sektor riil belum pulih sepenuhnya. Perbanas meyakini bahwa dukungan kebijakan fiskal pemerintah, seperti program “Makan Bergizi Gratis”, dapat menjadi katalisator penting untuk mendorong permintaan domestik dan mempercepat penyaluran kredit pada paruh kedua tahun ini. Survei Bank Indonesia Triwulan II/2025 juga mengindikasikan proyeksi pertumbuhan kredit yang sedikit melambat di akhir tahun 2025, namun tetap didorong oleh prospek ekonomi yang membaik.

You might also like