BI Rate Turun? Ini Alasan KPR Syariah Tetap Jadi Pilihan!

Img AA1k18Ao

MNCDUIT.COM JAKARTA. Meskipun era suku bunga rendah telah dimulai setelah Bank Indonesia (BI) secara konsisten menurunkan bunga acuan BI rate, daya tarik Kredit Pemilikan Rumah (KPR) syariah tetap tak tergoyahkan. Ini terutama disebabkan oleh keengganan bank-bank konvensional untuk segera menyesuaikan penurunan bunga kredit mereka, membuat solusi pembiayaan syariah semakin relevan.

Perbedaan fundamental menjadi kunci: KPR syariah menawarkan stabilitas dengan angsuran tetap yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi bunga acuan BI. Ini sangat kontras dengan KPR konvensional, di mana cicilan dapat berubah seiring pergerakan BI rate, terutama saat memasuki periode floating rate, yang sering kali menimbulkan ketidakpastian bagi debitur.

Direktur Sales & Distribution Bank Syariah Indonesia (BSI), Anton Sukarna, menegaskan bahwa permintaan masyarakat terhadap KPR syariah memang masih sangat tinggi, bahkan di tengah dinamika tren penurunan suku bunga acuan. Menurut Anton, keunggulan utama yang menjadikan KPR syariah begitu diminati adalah prinsip kepastian angsuran hingga akhir masa pembiayaan. Hal ini memberikan ketenangan pikiran yang berharga bagi nasabah dalam merencanakan keuangan jangka panjang mereka.

“Tanpa perlu khawatir akan risiko kenaikan cicilan di masa depan yang sering terjadi pada skema bunga mengambang (floating rate),” ujar Anton, Kamis (4/9/2025). Stabilitas ini menjadi faktor penentu bagi banyak keluarga dalam mengambil keputusan besar seperti kepemilikan rumah.

Ada Usulan Suku Bunga KPR FLPP Naik untuk Menjaga Margin, Begini Kata Perbankan

Hingga kuartal I-2025, BSI mencatatkan kinerja yang impresif untuk produk BSI Griya, menunjukkan pertumbuhan sebesar 8,63% secara tahunan (yoy). Total portofolio BSI Griya kini mencapai Rp 58,03 triliun, sebuah bukti kepercayaan publik. Anton juga menyoroti fenomena menarik lainnya, yaitu peningkatan tren takeover KPR, di mana nasabah memindahkan fasilitas KPR mereka dari bank konvensional ke BSI melalui produk BSI Griya Take Over. Meskipun detail pertumbuhan produk ini tidak dijelaskan, tren ini mengindikasikan pergeseran preferensi nasabah yang kini tidak hanya mencari suku bunga rendah di awal, tetapi juga stabilitas dan keberkahan dalam bertransaksi. “Pertumbuhan 8,63% ini adalah bukti kepercayaan masyarakat dan keberhasilan strategi kami,” kata Anton.

Sependapat dengan pandangan tersebut, Direktur BCA Syariah Pranata, menyatakan bahwa penyaluran KPR syariah saat ini terbilang sangat positif, bahkan di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya stabil. Hingga Juli 2025, KPR di BCA Syariah telah tumbuh positif sebesar 16% secara year-on-year (YoY), mencapai total Rp 1,4 triliun. Pranata menambahkan bahwa rata-rata ticket size di BCA Syariah berada di kisaran Rp 962 juta, dengan jangka waktu pembiayaan 10 tahun menjadi yang paling diminati oleh nasabah.

Pranata menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan KPR ini didukung oleh pembiayaan baru yang signifikan serta aktivitas take over yang juga menunjukkan tren positif. Oleh karenanya, pertumbuhan ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap KPR syariah masih sangat tinggi dan terus meningkat. “Kami juga terus melakukan edukasi tentang manfaat yang dapat diterima masyarakat melalui KPR iB, antara lain berupa angsuran tetap dan jangka waktu pembiayaan hingga 20 tahun,” jelasnya, menekankan komitmen mereka dalam memberikan informasi yang komprehensif kepada calon nasabah.

Kredit Rumah Kian Melambat, Nasabah Tunggu Bank Turunkan Bunga

Sementara itu, Direktur CIMB Niaga Syariah Pandji P. Djajanegara menambahkan bahwa KPR syariah tidak hanya unggul untuk pembelian rumah baru, melainkan juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada pembelian rumah bekas dan fasilitas take over. Pandji optimistis bahwa ke depan, KPR syariah akan terus tumbuh pesat seiring dengan kebutuhan nasabah akan pembiayaan rumah. Hal ini didukung oleh data backlog kebutuhan rumah yang masih sangat tinggi, diperkirakan mencapai sekitar 12 juta unit, menandakan pasar yang luas dan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan untuk produk pembiayaan properti syariah.

Ringkasan

Meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan (BI rate), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) syariah tetap diminati masyarakat. Hal ini terutama disebabkan oleh keengganan bank konvensional untuk segera menyesuaikan penurunan bunga kredit mereka, serta keunggulan KPR syariah yang menawarkan angsuran tetap. Stabilitas angsuran hingga akhir masa pembiayaan ini memberikan kepastian bagi nasabah, berbeda dengan KPR konvensional yang berisiko mengalami fluktuasi saat memasuki periode floating rate.

Permintaan tinggi terhadap KPR syariah ini dibuktikan dengan pertumbuhan positif di beberapa bank. Bank Syariah Indonesia (BSI) mencatat pertumbuhan produk BSI Griya sebesar 8,63% secara tahunan pada Kuartal I-2025, mencapai portofolio Rp 58,03 triliun, didukung oleh tren takeover KPR dari bank konvensional. Senada, KPR di BCA Syariah juga tumbuh 16% secara tahunan hingga Juli 2025, menunjukkan minat masyarakat yang terus meningkat terhadap pembiayaan rumah berbasis syariah.

You might also like