Beda Jurus Manajer Investasi Racik Reksa Dana Saham di Tengah Euforia Pasar

Img AA1Qn3a4

MNCDUIT.COM , JAKARTA — Tren penguatan pasar saham sepanjang 2025 membuat manajer investasi (MI) memiliki strategi berbeda dalam mengelola reksa dana saham. Sebagian MI melihat momentum kenaikan valuasi sebagai peluang, sementara lainnya memilih strategi defensif di tengah ketidakpastian daya beli dan volatilitas global.

Sucorinvest Asset Management (AM) menjadi salah satu manajer investasi (MI) yang menilai bahwa valuasi pasar saham saat ini tengah berada di level yang menarik, terutama dibandingkan pasar saham di negara berkembang lainnya.

“Meskipun IHSG masih dalam tren penguatan, tetapi valuasi melalui P/E masih lebih murah dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun terakhir,” kata Head of Investment Specialist & Product Development Sucorinvest AM Lolita Liliana, Kamis (13/11/2025).

: Intip Racikan Reksa Dana Saham Manulife di Tengah Semarak Pasar Saham Akhir Tahun

Adapun penguatan pasar saham tampak dari kinerja IHSG yang telah naik 18.25% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) ke level 8.372 pada perdagangan hari ini, Kamis (13/11/2025). Penguatan IHSG terjadi setelah sempat mengalami tekanan sejak akhir tahun.

Di tengah kondisi ini, dalam meracik reksa dana saham maupun campuran, Sucorinvest masih memprioritaskan saham-saham dengan fundamental yang solid dan potensi pertumbuhan jangka panjang. Meskipun begitu, sejumlah sektor turut menarik perhatian Sucorinvest.

: : Ini Sektor Saham Pilihan Manulife Aset Manajemen Racik Reksa Dana Akhir Tahun

“Selain sektor consumer staples yang relatif defensif, serta ritel yang diuntungkan dari potensi peningkatan daya beli masyarakat, kami juga melihat sektor finansial khususnya perbankan memiliki peluang menarik ke depan,” katanya.

Menurutnya, sektor finansial yang telah tertinggal sejak awal tahun, memiliki peluang penguatan melalui peningkatan permintaan kredit dan penyaluran pembiayaan pada tahun mendatang. Belum lagi, ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan pada 2026 bakal menekan cost of credit.

: : Menakar Daya Tarik Saham Konsumer dalam Portofolio MI dan Reksa Dana

Sementara terhadap sektor konsumer, program stimulus pemerintah yang belakangan digelontorkan, diharapkan mampu mendorong tingkat konsumsi masyarakat, terutama menjelang akhir tahun.

Belum lagi, tren pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral dinilai bakal meningkatkan likuiditas dan memperkuat daya beli di masyarakat.

“Selain itu, program hilirisasi maupun swasembada pangan turut diharapkan memberikan dampak positif ke sektor komoditas energi maupun pangan,” katanya.

Selain itu, KISI Asset Management memilih lebih berhati-hati terhadap emiten konsumer. Menurutnya, 2025 menjadi tahun yang cukup berat bagi emiten konsumer, yang pula tercermin dari kinerja emiten yang masih tertahan.

Meskipun data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 naik ke level 121,2, KISI masih memilih wait and see untuk memasukkan saham-saham konsumer ke racikan reksa dana mereka. Alasannya, KISI menilai bahwa daya beli masyarakat masih cenderung stagnan.

“Kami menilai 2025 sebagai tahun yang berat bagi emiten konsumer, tercermin dari kinerja yang masih tertahan. Tantangan utama bersumber dari pertumbuhan penjualan yang lesu dan tekanan pada biaya produksi, utamanya karena lonjakan harga komoditas CPO dan dampak pelemahan kurs rupiah,” kata manajemen KISI kepada Bisnis, Kamis (13/11/2025).

Adapun IKK pada Oktober 2025 naik 6,2 basis poin (bps) dari posisi 115 pada September 2025. Kenaikan ini mengakhiri penyusutan IKK yang terjadi dalam dua bulan sebelumnya secara beruntun.

Sebagai informasi, IKK menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi mereka terhadap masa depan. IKK merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.

IKK menggunakan tahun acuan dengan nilai 100. Artinya indeks kepercayaan konsumen pada Oktober 2025 berada di zona optimistis atau di atas nilai acuan.

Di tengah kondisi ini, KISI memilih sektor perbankan, komoditas, hingga kesehatan dalam meracik reksa dana saham atau campuran mereka. Terhadap perbankan, KISI menilai bahwa katalis pemangkasan suku bunga dan suntikan dana pemerintah ke perbankan, menjadi alasan KISI memilih sektor perbankan sebagai sektor favorit.

Terhadap saham komoditas CPO, KISI menilai bahwa pemilihan saham dalam sektor tersebut, didukung oleh permintaan eksternal CPO melalui perjanjian dagang yang kian terbuka. Belum lagi, mandatori B50 pada 2026 dinilai bakal mendorong stabilitas dan profitabilitas emiten CPO.

“Sementara itu, sektor healthcare cukup terbukti defensif dan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang positif di tengah pelemahan daya beli di tahun ini,” katanya.

______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

You might also like