MNCDUIT.COM, JAKARTA — Saham PT Astra International Tbk. (ASII) menunjukkan performa cemerlang tahun ini, dengan harga yang diprediksi terus menanjak hingga menembus level Rp8.100 per lembar.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham ASII pada perdagangan hari ini, Selasa (2 Desember 2025), telah meningkat sebesar 3,92% ke level Rp6.625 per lembar. Secara keseluruhan, saham ASII kokoh berada di zona hijau, mencatatkan penguatan sebesar 35,2% secara *year-to-date* (ytd) sejak awal perdagangan tahun 2025.
Kinerja positif ini juga tercermin dari aktivitas beli bersih (*net buy*) oleh investor asing yang mencapai Rp4,99 triliun sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Astra (ASII) Bidik 4.000 Transaksi di Astra Auto Fest 2025
Analis dari DBS Group Research mempertahankan rekomendasi “beli” untuk saham ASII, dengan target harga yang optimis, yaitu Rp8.100 per lembar. Prospek ini didukung oleh fundamental perusahaan yang kuat, terutama *free cash flow* (FCF) yang tangguh dan prospek sektor otomotif yang positif.
“Didukung oleh FCF [free cash flow] yang tangguh dan prospek otomotif yang konstruktif,” tulis DBS Group Research dalam risetnya.
Baca Juga: Astra (ASII) Cuan, Penjualan Gran Max Ngebut Ditopang MBG dan Logistik
DBS meyakini Astra memiliki kemampuan untuk terus menghasilkan *free cash flow* yang kuat, bahkan di tengah potensi penurunan siklus pada tahun fiskal 2025. Mereka memperkirakan ASII akan terus menghasilkan imbal hasil FCF sekitar 13%-17% pada tahun fiskal 2025–2027.
Selain itu, ASII dinilai semakin disiplin dalam kerangka kerja belanja modal dan memiliki prioritas alokasi modal yang lebih terarah. Hal ini memberikan ruang bagi Astra untuk meningkatkan rasio pembayaran dividen hingga kisaran 55%-60%.
Baca Juga: Tender Wajib Saham MMLP Digelar, Entitas Astra (ASII) Tawar Rp580,60 per Lembar
Program pembelian kembali (*buyback*) saham senilai Rp2 triliun semakin memperkuat komitmen manajemen ASII untuk meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham atau *total shareholder return* (TSR).
Manajemen ASII telah mengumumkan pelaksanaan *buyback* dalam kondisi pasar yang fluktuatif. Program ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk Peraturan OJK No.13/2023, Surat OJK No. S-102/D.04/2025 tanggal 17 September 2025, dan Peraturan OJK No.29/2023.
Dana untuk *buyback* sebesar Rp2 triliun berasal dari kas internal Astra, bukan dari pinjaman atau dana hasil penawaran umum. Program *buyback* saham ASII akan berlangsung selama 3 bulan, dimulai pada 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026.
Sebelumnya, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa *buyback* merupakan langkah positif, terutama jika dilakukan saat kinerja perusahaan sehat dan memiliki kas berlebih, karena dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
“Namun perlu dicermati, jika *buyback* terjadi di tengah arus kas yang ketat atau ketika perusahaan masih membutuhkan dana besar untuk ekspansi, pasar dapat menilai langkah ini sebagai minimnya peluang pertumbuhan organik atau bahkan penggunaan kas yang kurang optimal,” ujarnya.
Dari sisi perdagangan, Ekky menjelaskan bahwa *buyback* dapat mengurangi *free float*, sehingga berpotensi menurunkan likuiditas jika porsi pembelian cukup besar.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Saham PT Astra International Tbk. (ASII) mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2025, dengan prediksi harga mencapai Rp8.100 per lembar. Harga saham ASII telah meningkat sebesar 3,92% menjadi Rp6.625 per lembar, dengan penguatan 35,2% secara year-to-date (ytd). Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp4,99 triliun sepanjang tahun 2025.
DBS Group Research merekomendasikan “beli” untuk saham ASII, didukung oleh free cash flow (FCF) yang tangguh dan prospek sektor otomotif yang positif. ASII dinilai disiplin dalam belanja modal, membuka peluang peningkatan rasio pembayaran dividen. Selain itu, program buyback saham senilai Rp2 triliun menunjukkan komitmen manajemen untuk meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham.