MNCDUIT.COM, JAKARTA — Kendati penjualan mobil nasional, termasuk produksi PT Astra International Tbk (ASII), menunjukkan tren lesu hingga Oktober 2025, pergerakan sahamnya justru sebaliknya. Bagaimana ini bisa terjadi?
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa harga saham ASII memang mengalami penurunan sebesar 1,15% pada perdagangan Rabu (12/11/2025). Namun, secara keseluruhan, saham ASII masih mencatatkan penguatan sebesar 3,2% dalam sepekan terakhir dan melonjak 9,32% dalam sebulan terakhir.
Bahkan, saham ASII tetap kokoh di zona hijau dengan pertumbuhan 31,63% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), mencapai level Rp6.450 per lembar.
Baca Juga: Penjualan Mobil Astra (ASII) per Oktober 2025 Lesu, Pangsa Pasar Kini 47%
Kenaikan saham ASII ini terbilang unik, mengingat bisnis otomotifnya tengah menghadapi tantangan. Penjualan mobil ASII hingga Oktober 2025 memang menunjukkan penurunan, dan pangsa pasarnya pun ikut tergerus.
Menurut data internal Astra, penjualan mobil mereka mencapai 332.386 unit selama periode Januari–Oktober 2025. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 17,19% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 401.398 unit.
Baca Juga: Saham MIKA, TLKM, hingga ASII Dorong Indeks Bisnis-27 Melaju ke Zona Hijau
Penurunan juga terjadi pada penjualan mobil low cost green car (LCGC) Astra, yang turun 6,48% YoY menjadi 76.854 unit pada periode Januari–Oktober 2025. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan LCGC Astra mencapai 82.187 unit.
Pangsa pasar penjualan mobil Astra pun menyusut menjadi 47% pada Oktober 2025, turun dari 54% pada September 2025. Bahkan, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Oktober 2024, di mana pangsa pasar Astra mencapai 56%.
Lesunya penjualan mobil Astra sejalan dengan penurunan penjualan mobil secara nasional. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa volume penjualan mobil wholesales sepanjang Januari–Oktober 2025 terkontraksi 10,6% YoY, dari 711.064 unit pada periode yang sama tahun 2024 menjadi 635.844 unit tahun ini.
Penjualan mobil secara ritel juga mengalami penurunan sebesar 9,6% YoY menjadi 660.659 unit, dibandingkan dengan 731.113 unit pada periode yang sama tahun 2024.
Menanggapi situasi ini, Head of Corporate Communications Astra, Windy Riswantyo, menyatakan bahwa stabilitas ekonomi dan peningkatan aktivitas pasar menjelang akhir tahun diharapkan dapat mendukung perkembangan industri otomotif.
“Konsistensi kami dalam menghadirkan teknologi yang relevan serta layanan purna jual yang unggul menjadi kunci untuk terus menjaga posisi Astra sekaligus mendorong pertumbuhan pasar yang berkelanjutan,” jelas Windy dalam keterangan tertulis pada Selasa (11/11/2025).
Sebelumnya, Analis Sucor Sekuritas, Christofer Kojongian, dalam risetnya berpendapat bahwa meskipun penjualan mobil sedang lesu, ASII masih mampu mencatatkan penguatan laba bersih dari segmen otomotif dan mobilitas sebesar 1%, menjadi Rp8,8 triliun. Laba bersih ini ditopang oleh penjualan sepeda motor dan komponen.
Namun, Christofer juga menyoroti prospek segmen otomotif ASII yang masih lemah akibat daya beli masyarakat yang menurun.
“Kami pun memperkirakan volume penjualan mobil setahun penuh akan gagal mencapai target asosiasi,” ungkap Christofer dalam risetnya beberapa waktu lalu.
Sucor Sekuritas mempertahankan peringkat hold untuk saham ASII. Menurut mereka, fundamental ASII tetap kuat, tetapi potensi re-rating jangka pendek terbatas karena permintaan otomotif yang melemah.
“Kami akan beralih ke posisi yang lebih positif setelah visibilitas laba menguat, didorong oleh peningkatan penjualan otomotif dan berkurangnya persaingan dari merek-merek China,” pungkas Christofer.
Senada dengan itu, Analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, menyatakan bahwa pemulihan sektor otomotif secara keseluruhan bergantung pada kebangkitan kepercayaan belanja konsumen, yang membutuhkan pembiayaan yang lebih terjangkau dan pertumbuhan ekonomi yang lebih solid.
Konsumen, terutama dari kalangan menengah, masih menahan diri untuk berbelanja, khususnya untuk barang-barang tahan lama.
“Mengingat ketidakpastian yang sedang berlangsung, kami juga memperkirakan permintaan [otomotif] akan tetap terbatas,” tulis Akhmad dalam risetnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penguatan saham signifikan sebesar 31,63% sepanjang tahun berjalan, meskipun penjualan mobil nasional dan internal Astra menunjukkan tren lesu hingga Oktober 2025. Penjualan mobil Astra turun 17,19% secara tahunan menjadi 332.386 unit, dan pangsa pasarnya menyusut menjadi 47%. Penurunan ini sejalan dengan kontraksi penjualan mobil nasional sebesar 10,6% YoY.
Kenaikan laba bersih ASII dari segmen otomotif sebesar 1% menjadi Rp8,8 triliun, didukung oleh penjualan sepeda motor dan komponen, menjadi salah satu penopang saham. Namun, prospek segmen otomotif tetap lemah akibat penurunan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi yang menahan belanja konsumen. Astra berkomitmen menjaga posisinya melalui teknologi dan layanan purna jual unggul, sembari menunggu pemulihan kepercayaan belanja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih solid.