MIKA: Analisis Saham Mitra Keluarga, Potensi Cuan di Tengah Resesi?

MNCDUIT.COM – JAKARTA. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) berhasil menunjukkan kinerja finansial yang solid pada kuartal I-2025, dengan peningkatan pendapatan yang patut diapresiasi, meskipun terbatas. Capaian ini menjadi sorotan, mengingat pada periode Januari-Maret 2025 tersebut, volume pasien MIKA justru terpantau mengalami penurunan.

Secara spesifik, MIKA mencatat pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Angka ini mencerminkan kenaikan tipis sebesar 1,3% secara kuartalan (QoQ) dan peningkatan 2,3% secara tahunan (YoY). Kenaikan ini terjadi di tengah kondisi penurunan jumlah pasien, di mana kontribusi pasien rawat inap terkait kasus demam berdarah, misalnya, turun drastis dari 8% pada kuartal I-2024 menjadi hanya 4% pada periode yang sama tahun ini seiring meredanya kasus tersebut.

Penurunan volume pasien MIKA cukup signifikan, dengan volume rawat jalan anjlok 7,7% secara YoY menjadi 704.000 kunjungan dan volume rawat inap berkurang 12,2% secara YoY menjadi 72.000 kunjungan. Sarkia Adelia, Analis Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa penurunan ini utamanya disebabkan oleh faktor eksternal. “Selain akibat kasus demam berdarah yang menurun, ada banyak hari libur selama kuartal I-2025. Lalu, skema rujukan dari klinik yang makin ketat mengurangi volume pasien BPJS,” papar Sarkia dalam risetnya tertanggal 14 Mei 2025.

Mitra Keluarga (MIKA) akan Bagi Dividen Tunai Rp 43 per Saham dari Laba Tahun 2024

Menariknya, meskipun jumlah pasien BPJS berkurang, hal tersebut justru turut mendorong pendapatan MIKA. Kontribusi pasien yang membayar dengan asuransi swasta atau biaya pribadi mengalami peningkatan signifikan, dari 84,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 87,6% pada tahun ini. Ini menunjukkan pergeseran komposisi pasien yang menguntungkan bagi pendapatan perseroan.

Lebih lanjut, Kenzie Keane dan Jonathan Guyadi, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa MIKA juga diuntungkan oleh meningkatnya intensitas kasus yang ditangani. Artinya, meski jumlah pasien secara keseluruhan berkurang, pasien yang datang cenderung membutuhkan pengobatan yang lebih banyak dan/atau kompleks, yang pada gilirannya mendorong kenaikan biaya yang dibayarkan ke rumah sakit. Dengan demikian, pemasukan Mitra Keluarga Karyasehat Tbk turut meningkat.

Kenzie dan Jonathan menyoroti bahwa peningkatan harga jual rata-rata (ASP), atau dalam konteks ini pendapatan per pasien, memang menjadi pilar utama pertumbuhan pendapatan MIKA. “Pendapatan per pasien rawat jalan naik 11,7% secara YoY menjadi Rp 587.000, sementara pendapatan per pasien rawat inap naik 15,1% secara YoY menjadi Rp 4,2 juta. Ini mendorong pertumbuhan topline perseroan,” jelas keduanya dalam riset mereka tertanggal 4 Juni 2025. Ditambah lagi, Rumah Sakit Grup Kasih, salah satu lini bisnis MIKA yang diakuisisi pada tahun 2017, juga secara aktif mengincar pasien untuk layanan privat, semakin memperkuat strategi ini.

Berkat faktor-faktor tersebut, sisi bottom line MIKA juga mencatatkan performa positif dengan peningkatan laba bersih MIKA sebesar 6,6% secara YoY, mencapai level Rp 308 miliar. Capaian ini tidak lepas dari efisiensi biaya, di mana biaya obat dan perlengkapan medis berhasil diturunkan dari 23,8% pada kuartal I-2024 menjadi 22,7% pada kuartal I-2025. Kondisi ini secara langsung meningkatkan margin kotor MIKA menjadi 54,2%.

Melihat kinerja positif ini, Kenzie dan Jonathan dari Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham MIKA, dengan target harga akhir tahun di level Rp 3.100 per saham. Senada, Sarkia dari Panin Sekuritas juga merekomendasikan buy dengan target harga akhir tahun di level Rp 3.000 per saham, menandakan optimisme analis terhadap prospek MIKA ke depan.

Ringkasan

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) mencatat kinerja keuangan solid di kuartal I-2025 dengan pendapatan Rp 1,3 triliun, meskipun volume pasien menurun signifikan. Penurunan pasien disebabkan faktor eksternal seperti meredanya kasus demam berdarah dan hari libur panjang. Namun, pendapatan MIKA didorong pergeseran komposisi pasien ke asuransi swasta atau biaya pribadi. Peningkatan intensitas kasus serta harga jual rata-rata per pasien juga menjadi pilar utama pertumbuhan pendapatan perseroan.

Kondisi ini mengakibatkan pendapatan per pasien rawat jalan dan rawat inap MIKA meningkat tajam. Laba bersih perseroan turut naik 6,6% YoY menjadi Rp 308 miliar berkat efisiensi biaya obat dan perlengkapan medis, meningkatkan margin kotor hingga 54,2%. Melihat performa positif ini, analis dari Samuel Sekuritas dan Panin Sekuritas merekomendasikan “buy” untuk saham MIKA. Hal tersebut menunjukkan optimisme terhadap prospek perusahaan ke depan.

You might also like