
MNCDUIT.COM, JAKARTA – Eskalasi konflik di Timur Tengah antara Israel dan Iran telah memicu pelemahan signifikan di Bursa Efek Indonesia, dengan sejumlah sektor saham bergerak ke zona merah. Kondisi ini diperparah oleh derasnya arus modal keluar dari pasar domestik, di mana investor asing mencatatkan aksi jual bersih masif.
Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam, turun 3,61% selama sepekan, dan ditutup di level 6.907,13 pada Jumat (20/6/2025). Pada periode yang sama, yaitu pekan 16—20 Juni 2025, investor asing melancarkan aksi jual bersih atau net sell dengan nilai fantastis, mencapai Rp4,6 triliun.
Meski demikian, di tengah gejolak pasar yang menyebabkan hampir seluruh sektor mengalami koreksi, para analis pasar melihat adanya celah dan peluang investasi. Mereka menilai, ada beberapa sektor pilihan yang masih layak dicermati oleh investor, khususnya untuk strategi trading jangka pendek dalam kondisi pasar saat ini.
Saham Migas MEDC ENRG Cs Reli Saat Harga Minyak Mendidih
Indri Liftiany Travelin Yunus, Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, mengidentifikasi sektor-sektor yang berpotensi diuntungkan di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah. Menurutnya, emiten energi dan emas menjadi pilihan utama. Keuntungan sektor energi didorong oleh kekhawatiran potensi penutupan Selat Hormuz, yang secara signifikan dapat mengganggu pasokan dan memicu kenaikan harga minyak dunia.
“Di sisi lain,” jelas Indri saat dihubungi pada Senin (23/6/2025), “emiten penghasil emas juga berpotensi besar meraup untung. Ini karena para pelaku pasar cenderung beralih ke instrumen safe haven asset seperti emas guna memitigasi risiko dan mengantisipasi potensi pelebaran konflik.”
Berangkat dari analisis tersebut, Indri merekomendasikan sejumlah saham yang patut dicermati, di antaranya PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), serta PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS).
Sebagai contoh, untuk saham RAJA, Indri merekomendasikan sinyal buy di level Rp2.570, dengan target harga optimis di Rp2.950 dan menetapkan level stop loss pada Rp2.440.
Indri menekankan pentingnya kecermatan bagi para pelaku pasar dalam menyikapi dinamika saat ini. “Bagi para trader,” imbuhnya, “ada peluang menarik di sektor migas yang bisa dimanfaatkan, namun dengan tetap disiplin membuat trading plan yang ketat. Sementara itu, untuk investor yang berniat menambah porsi saham di portofolio, strategi cicil beli secara bertahap sangat disarankan guna mendapatkan nilai average down yang lebih menguntungkan.”
Selain faktor ketegangan di Timur Tengah, Indri juga menyoroti sentimen lain yang menjadi perhatian pelaku pasar: penantian keputusan Amerika Serikat mengenai tarif impor. Kebijakan ini, yang telah ditunda selama 90 hari, diperkirakan akan diumumkan pada pekan depan.
Senada dengan pandangan tersebut, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, turut menyarankan para investor untuk sementara waktu menghindari saham-saham di luar sektor energi, emas, dan perkapalan.
Ekky menyarankan agar investor memfokuskan strategi trading jangka pendek guna memaksimalkan momentum pasar yang sedang berlangsung. “Saham-saham yang berpotensi menguat signifikan,” ungkap Ekky saat dihubungi pada Senin (23/6/2025), “meliputi sektor minyak dan gas, emas, batubara, serta emiten perkapalan. Sektor-sektor ini diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas dan potensi gangguan pada rantai pasok global.”
Rekomendasi saham pilihan Ekky pada sektor-sektor strategis tersebut meliputi PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX), PT ESSA Industries Indonesia Tbk. (ESSA). Sementara itu, untuk sektor perkapalan, ia menunjuk PT Wintermar Offshore Marine Tbk. (WINS) dan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR).
Mengutip data dari Bloomberg, saham SMDR menunjukkan performa yang menjanjikan, menguat sebesar 4,65% pada pukul 12.52 WIB, mencapai harga Rp360 per lembar. Pergerakan positif ini terlihat sejak pembukaan perdagangan, di mana saham SMDR dibuka pada harga Rp358 per saham.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Eskalasi konflik di Timur Tengah telah memicu pelemahan signifikan di Bursa Efek Indonesia, menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 3,61% dan memicu aksi jual bersih investor asing sebesar Rp4,6 triliun. Meskipun kondisi pasar bergejolak, analis pasar tetap melihat celah dan peluang investasi di beberapa sektor.
Analis Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Yunus, merekomendasikan sektor energi dan emas sebagai pilihan utama, dengan saham seperti RAJA, RATU, AKRA, MEDC, dan BRMS. Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menyarankan fokus pada minyak dan gas, emas, batubara, serta sektor perkapalan, dengan merekomendasikan ENRG, APEX, ESSA, WINS, dan SMDR.