Rupiah Terancam! Konflik Israel-Iran Bikin Dolar Menggila?

Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan menghadapi tekanan signifikan, menyusul eskalasi konflik geopolitik yang dipicu oleh keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam perseteruan Iran-Israel. Dinamika ini menjadi sorotan utama bagi pasar keuangan domestik.

Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah spot terpantau menguat tipis 0,06% ke level Rp 16.397 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (20/6). Namun, jika dilihat dalam periode sepekan, rupiah spot justru menunjukkan pelemahan sebesar 0,57%, mengindikasikan adanya tekanan jangka pendek yang mulai terasa.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan rupiah pada Jumat lalu lebih disebabkan oleh pelemahan dolar AS. Pelemahan ini terjadi setelah komentar agresif Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait arah kebijakan suku bunga. Powell tidak memberikan komitmen tegas mengenai pemangkasan suku bunga di masa mendatang, bahkan memangkas prospek pemangkasan suku bunga bank sentral untuk tahun 2026, yang pada akhirnya memicu pelemahan dolar AS.

Meskipun Gedung Putih sempat membantah keterlibatan AS dalam konflik Iran-Israel, yang sempat membantu meredakan sentimen risk-off pasar dari aset berisiko seperti rupiah, situasi berubah drastis. Pada Minggu (22/6), Presiden AS Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan bahwa pihaknya telah melakukan serangan bom terhadap tiga wilayah nuklir Iran.

Ibrahim Assuaibi menilai bahwa serangan AS ke Iran ini akan semakin memperkeruh ketegangan di Timur Tengah. Kondisi ini berpotensi memancing keterlibatan negara-negara besar lainnya seperti Rusia, China, dan Korea Utara, yang tentu saja akan berdampak luas pada stabilitas global dan pasar keuangan.

Senada dengan pandangan tersebut, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menegaskan bahwa pengeboman yang dilakukan AS secara otomatis akan memicu sentimen risk-off dari domestik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai negara emerging market yang sangat sensitif terhadap gejolak global. Lukman menambahkan bahwa tidak ada sentimen khusus yang akan dicermati pasar pada hari ini, dengan fokus utama tertuju pada kelanjutan situasi di Iran pasca-serangan Trump.

Lukman memprediksi, untuk jangka pendek, rupiah diperkirakan masih akan tertekan dan belum menunjukkan tanda-tanda penguatan yang signifikan. Sentimen lain yang mungkin akan dipantau pasar ke depannya adalah perkembangan kebijakan tarif Trump, mengingat ambang batas penundaan semakin mendekati, yakni pada awal Juli.

Untuk perdagangan Senin (23/6), Lukman memproyeksikan pergerakan rupiah akan berada dalam rentang Rp 16.350 – Rp 16.500 per dolar AS, dengan kecenderungan melemah. Sementara itu, Ibrahim Assuaibi memiliki proyeksi serupa, memperkirakan pergerakan rupiah akan berada dalam rentang yang lebih sempit, yakni Rp 16.350 – Rp 16.400 per dolar AS.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menghadapi tekanan signifikan akibat eskalasi konflik geopolitik yang melibatkan Amerika Serikat dalam perseteruan Iran-Israel. Meskipun rupiah spot sempat menguat tipis pada Jumat lalu ke level Rp 16.397 per dolar AS karena pelemahan dolar AS, secara mingguan rupiah justru menunjukkan pelemahan sebesar 0,57%.

Situasi memburuk setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangan bom terhadap tiga wilayah nuklir Iran pada Minggu (22/6). Pengamat menilai serangan ini akan memperkeruh ketegangan di Timur Tengah dan memicu sentimen “risk-off” di pasar keuangan, terutama bagi negara emerging market seperti Indonesia. Rupiah diproyeksikan akan terus tertekan dalam jangka pendek, dengan perkiraan pergerakan di kisaran Rp 16.350 – Rp 16.500 per dolar AS pada perdagangan Senin (23/6).

You might also like