
Bank Jakarta, yang sebelumnya dikenal sebagai Bank DKI, tengah bersiap untuk memulai debutnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (IPO) pada awal tahun 2026. Rencana strategis ini diumumkan seiring dengan peluncuran nama dan logo baru perusahaan, menandai babak baru bagi bank milik pemerintah provinsi DKI Jakarta tersebut.
Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, mengungkapkan bahwa pihaknya kini fokus pada persiapan internal untuk IPO. Meskipun demikian, jadwal pasti pelaksanaan IPO akan sangat bergantung pada dinamika dan kondisi pasar modal saat itu. “Mungkin awal-awal tahun depan [2026], tapi saya tidak bisa menjanjikan. Pokoknya kalau situasi pasar mendukung, kami siap,” ujar Agus H. Widodo kepada Bisnis.com dalam acara peluncuran rebranding Bank Jakarta, Minggu (22/6/2025).
Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa dana yang ditargetkan dari IPO diperkirakan mencapai Rp3 triliun. Angka ini sejalan dengan ambisi Bank Jakarta untuk meningkatkan klasifikasinya dari Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 menjadi KBMI 3. Saat ini, Bank DKI masih berada dalam kategori KBMI 2, dengan total aset per akhir kuartal I/2025 tercatat sebesar Rp78,39 triliun. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan tipis 0,28% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan Rp78,17 triliun pada 31 Maret 2024.
Target dana IPO sebesar Rp3 triliun ini sejatinya tidak mengalami perubahan signifikan dari rencana yang telah dibahas pada tahun sebelumnya. Mengutip laporan Bloomberg, Bank Jakarta pernah disebut tengah merancang IPO dengan estimasi perolehan dana antara US$150 juta hingga US$200 juta, yang setara dengan kisaran Rp2,26 triliun hingga Rp3,01 triliun. Sumber yang sama juga melaporkan bahwa Bank DKI telah menggandeng PT BCA Sekuritas dan PT CIMB Niaga Sekuritas Indonesia sebagai penasihat dalam proses menuju IPO di BEI.
Sebelumnya, harapan agar Bank DKI dapat merealisasikan IPO dalam waktu satu tahun ke depan juga sempat disampaikan oleh Pramono Anung. Pernyataan tersebut dilontarkan setelah penandatanganan perjanjian penyertaan modal dan perjanjian pemegang saham antara Bank DKI dan PT BPD Maluku Malut. Kerja sama ini merupakan bagian integral dari pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB), yang menjadi fondasi krusial sebelum bank melantai di bursa. “Pembentukan KUB menjadi tonggak penting sebelum go public. Sebab jika sudah IPO, pengawasnya adalah publik. Saya sudah berbicara dengan Pak Dirut Bank DKI dan saya yakin dalam waktu paling lama satu tahun ke depan IPO bisa terealisasi,” ungkap Pramono Anung, dikutip dari portal resmi Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (7/6/2025).
Bank Jakarta, sebelumnya Bank DKI, tengah bersiap untuk penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada awal tahun 2026. Rencana ini diumumkan seiring peluncuran nama dan logo baru bank. Bank Jakarta menargetkan perolehan dana IPO sebesar Rp3 triliun, meskipun jadwal pastinya bergantung pada kondisi pasar modal.
Dana IPO tersebut ditargetkan untuk meningkatkan klasifikasi Bank Jakarta dari Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 menjadi KBMI 3. Saat ini, Bank Jakarta berada di KBMI 2 dengan total aset Rp78,39 triliun per Kuartal I/2025. Proses menuju IPO juga melibatkan pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB), seperti kerja sama dengan PT BPD Maluku Malut, dan bank telah menggandeng BCA Sekuritas serta CIMB Niaga Sekuritas sebagai penasihat.