
MNCDUIT.COM JAKARTA. Mata uang Rupiah menunjukkan kekuatan di pasar spot pada Jumat (20/6) pagi, berhasil menguat terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) setelah sehari sebelumnya ditutup melemah. Data dari Bloomberg mencatat, Rupiah bergerak di level 16.373 per Dolar AS, menunjukkan penguatan signifikan sebesar 0,20% dibandingkan posisi penutupan Kamis (19/6) yang berada di level Rp 16.406 per Dolar AS.
Penguatan ini datang setelah Rupiah sempat melanjutkan tren pelemahan yang menekan pasar pada hari Kamis. Kala itu, Rupiah di pasar spot terperosok 0,57% menjadi Rp 16.406 per Dolar AS. Pelemahan juga terlihat pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), yang dikenal sebagai Jisdor BI, di mana Rupiah turun 0,36% ke Rp 16.378 per Dolar AS, utamanya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan Rupiah baru-baru ini dipicu oleh sinyal “dovish” dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan. Selain itu, kekhawatiran global terhadap potensi keterlibatan AS dalam konflik yang memanas antara Israel dan Iran juga turut memberikan tekanan kuat pada pergerakan Rupiah.
Menyikapi sentimen tersebut, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan bahwa Rupiah pada Jumat (20/6) masih akan menghadapi tekanan dari sentimen “risk off” pasar yang dipicu oleh ketegangan di kawasan Timur Tengah. Kondisi ini membuat para investor cenderung mencari aset yang lebih aman, berdampak pada pergerakan mata uang berisiko seperti Rupiah.
Dengan mempertimbangkan dinamika pasar, Josua Pardede memperkirakan Rupiah akan cenderung bergerak sideways atau mendatar pada Jumat (20/6), mengingat pasar AS akan libur dan tidak ada rilis data ekonomi penting yang signifikan. Untuk rentang pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS hari ini, Lukman Leong memprediksi akan berada di kisaran Rp 16.350–Rp 16.500 per Dolar AS, sementara Josua Pardede memperkirakan di rentang yang sedikit lebih sempit, yakni Rp 16.350–Rp 16.475 per Dolar AS.
Pada Jumat (20/6) pagi, Rupiah menunjukkan penguatan signifikan di pasar spot, mencapai level Rp 16.373 per Dolar AS, menguat 0,20% dari penutupan Kamis di Rp 16.406 per Dolar AS. Penguatan ini terjadi setelah sehari sebelumnya Rupiah sempat melemah 0,57% di pasar spot dan 0,36% pada kurs tengah BI (Jisdor BI) akibat faktor-faktor eksternal.
Pelemahan Rupiah sebelumnya dipicu oleh sinyal “dovish” dari Federal Reserve AS yang menahan suku bunga acuan, serta kekhawatiran global terhadap konflik di Timur Tengah. Analis memperkirakan Rupiah masih akan menghadapi tekanan “risk off” dari ketegangan tersebut. Meskipun demikian, Rupiah diproyeksikan cenderung bergerak mendatar pada Jumat (20/6) dengan kisaran prediksi antara Rp 16.350–Rp 16.500 per Dolar AS, mengingat pasar AS akan libur.