
MNCDUIT.COM JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) memutuskan untuk tidak membagikan dividen dari buku tahun 2024. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2024 yang diselenggarakan pada Selasa (17/6) lalu.
Dalam RUPST tersebut, beberapa agenda penting telah disetujui, termasuk Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan, Penggunaan Laba Bersih, Pemberian Wewenang kepada Dewan Komisaris untuk Menunjuk Kantor Akuntan Publik, serta Penetapan Susunan Pengurus. Khusus pada agenda penggunaan laba bersih, ASRI menegaskan kembali komitmennya untuk tidak mengalokasikan laba sebagai dividen, sebuah keputusan yang juga berlaku untuk laba tahun buku 2023.
Absennya pembagian dividen oleh ASRI untuk tahun buku 2024 ini dilatarbelakangi oleh strategi perseroan untuk memperkuat kinerja dan likuiditas di tahun berjalan. “Untuk memperkuat likuiditas perseroan,” jelas Corporate Secretary ASRI, Tony Rudiyanto, kepada Kontan pada Selasa (17/6), menggarisbawahi prioritas perusahaan dalam mengoptimalkan sumber daya internal.
Sepanjang tahun 2024, ASRI berhasil membukukan total pendapatan sebesar Rp 3,4 triliun. Sebagian besar, yaitu 75% atau sekitar Rp 2,6 triliun, disumbangkan oleh segmen real estate. Rincian pendapatan dari segmen ini mencakup penjualan tanah sebesar Rp 472 miliar, penjualan rumah dan ruko senilai Rp 2 triliun, serta apartemen, gedung perkantoran, dan kios sebesar Rp 144 miliar. Selain itu, segmen jasa hospitality, prasarana, dan usaha lainnya berkontribusi Rp 626 miliar atau 18% dari total pendapatan, menunjukkan kenaikan 12% secara tahunan. Sementara itu, segmen pariwisata menyumbang Rp 231 miliar atau 7% dari penjualan, dengan pertumbuhan signifikan sebesar 14% year on year (yoy).
Direktur Utama ASRI, Joseph Sanusi Tjong, memaparkan bahwa perseroan mencatat laba bruto sebesar Rp 1,8 triliun dengan marjin laba bruto mencapai 52%, serta EBITDA sebesar Rp 1,4 triliun pada tahun 2024. Meskipun demikian, laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp 66 miliar. “Perseroan mencatatkan laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 66 miliar pada tahun 2024, yang disebabkan oleh kerugian selisih kurs dan hedging pada saat pelunasan utang obligasi global berdenominasi dolar,” ungkapnya dalam keterangan resmi, menjelaskan faktor utama yang memengaruhi laba komprehensif.
Dari sisi neraca, ASRI juga melakukan langkah strategis pada tahun 2024 dengan melakukan refinancing penuh terhadap obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS), mengubahnya menjadi pinjaman bank dalam rupiah. “Langkah strategis ini dilakukan untuk mengurangi beban pendanaan dan juga menghilangkan risiko rugi kurs,” tambah Joseph, menyoroti upaya proaktif perusahaan dalam mengelola liabilitas dan meningkatkan stabilitas keuangan.
Selain fokus pada penguatan keuangan, ASRI juga aktif meluncurkan beberapa proyek baru di tahun 2024. Di antaranya adalah Sutera Rasuna, sebuah super klaster pertama yang berlokasi di sisi utara Alam Sutera, yang telah meluncurkan dua klaster awal, yaitu YMMA dan Koza. Proyek-proyek lain yang diluncurkan meliputi Cluster Agra di Suvarna Sutera, Cluster Cassia di Ayodhya by Alam Sutera, serta Sutera Nexen yang berlokasi di Balaraja, menunjukkan ekspansi portofolio dan komitmen ASRI dalam pengembangan properti.
Indah Kiat (INKP) Tebar Dividen Rp 273,54 Miliar, Ini Jadwal Lengkapnya
Gelar RUPS, Autopedia Sukses Lestari (ASLC) Bagikan Dividen Rp 12,7 Miliar
PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) memutuskan untuk tidak membagikan dividen dari buku tahun 2024, sebuah keputusan yang juga berlaku untuk laba tahun buku 2023. Langkah ini diambil berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2024 pada 17 Juni. Corporate Secretary ASRI, Tony Rudiyanto, menjelaskan bahwa absennya pembagian dividen bertujuan untuk memperkuat likuiditas dan kinerja perseroan.
Sepanjang tahun 2024, ASRI berhasil membukukan total pendapatan Rp 3,4 triliun, sebagian besar disumbangkan oleh segmen real estate. Laba komprehensif tahun berjalan tercatat Rp 66 miliar, yang dipengaruhi oleh kerugian selisih kurs dan hedging pada pelunasan obligasi global. Perusahaan juga melakukan strategi refinancing obligasi global menjadi pinjaman bank rupiah untuk mengurangi beban pendanaan dan risiko kurs, serta aktif meluncurkan beberapa proyek properti baru.