Wall Street Terguncang: The Fed, Iran, dan Pasar Saham AS Anjlok

MNCDUIT.COM, JAKARTA — Pasar saham Amerika Serikat berada di bawah tekanan signifikan, dihantam oleh dua faktor utama: eskalasi konflik antara Israel dan Iran di Timur Tengah, serta serangkaian data ekonomi domestik yang menunjukkan pelemahan. Di tengah ketidakpastian ini, para investor global menanti dengan cermat keputusan krusial dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan pada 17—18 Juni 2025.

Koreksi pasar segera terlihat dari pergerakan indeks-indeks utama. Berdasarkan data Bloomberg yang tercatat hingga Selasa (17/6/2025) pukul 12.20 waktu New York, Indeks S&P 500 turun 0,2%, Indeks Nasdaq 100 melemah 0,2%, dan Dow Jones Industrial Average juga mengalami penurunan tipis. Gelombang sentimen negatif ini turut merambat ke pasar global, terlihat dari Indeks MSCI World yang terkoreksi 0,4%.Img AA1GU6Mn

Kenny Polcari dari SlateStone Wealth menyoroti bahwa kewaspadaan pasar akan tetap tinggi hingga ketegangan geopolitik di Timur Tengah mereda. Konflik antara Iran dan Israel, yang berpotensi memicu ketidakstabilan regional dan global, menjadi fokus utama yang memicu kehati-hatian investor.

Selain geopolitik, para traders juga mencermati dengan saksama kondisi fundamental ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Data penjualan ritel AS tercatat turun selama dua bulan berturut-turut, produksi industrial menunjukkan penurunan, dan optimisme pengembang di AS menyentuh level terendah sejak Desember 2022. Bret Kenwell dari eToro mengemukakan bahwa investor masih memperkirakan volatilitas data ekonomi akan terus berlanjut, sebagian besar dipicu oleh dampak kebijakan dagang yang ada.

Kenwell menambahkan bahwa sinyal-sinyal ekonomi saat ini menunjukkan daya beli konsumen yang rapuh. Kondisi ini berpotensi menimbulkan risiko signifikan pada paruh kedua tahun 2025, terutama jika terjadi perlambatan lebih lanjut di pasar tenaga kerja atau penurunan drastis pada belanja konsumen.

Menyikapi kondisi ekonomi dan pasar yang dinamis, para traders tetap bertaruh pada prospek penurunan suku bunga acuan The Fed sebanyak dua kali pada tahun ini. Ekspektasi langkah pemangkasan suku bunga pertama diperkirakan akan ditempuh The Fed pada bulan Oktober.

Dalam pertemuan FOMC Juni dan Juli, The Fed diproyeksikan akan mempertahankan Fed Fund Rate pada level saat ini. Kendati demikian, bank sentral memiliki potensi untuk memberikan sinyal mengenai intensi kebijakan moneternya di masa depan melalui revisi proyeksi ekonomi dan suku bunga yang akan disampaikan pada Rabu (18/7/2025). Seema Shah dari Principal Asset Management menilai bahwa The Fed tengah menempuh jalan yang sempit dalam menavigasi kebijakan moneternya. Pihaknya memperkirakan The Fed akan menunggu hingga kuartal IV/2025 sebelum akhirnya memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya.

Andrew Tyler, Head of Global Market Intelligence JPMorgan Chase & Co., mengamati adanya mentalitas buy-the-dip atau “beli saat harga murah” di pasar saham. Namun, ia menyarankan agar investor mulai menarik diri dari risiko. Menurutnya, posisi pasar saat ini menunjukkan bahwa, terlepas dari sentimen konflik Israel-Iran, pasar sedang mempersiapkan diri untuk potensi pullback atau koreksi lebih lanjut.

Ringkasan

Pasar saham Amerika Serikat berada di bawah tekanan signifikan, dihantam oleh eskalasi konflik antara Israel dan Iran di Timur Tengah serta serangkaian data ekonomi domestik yang menunjukkan pelemahan. Indeks-indeks utama seperti S&P 500, Nasdaq 100, dan Dow Jones telah mengalami penurunan tipis. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sinyal ekonomi AS yang menunjukkan daya beli konsumen rapuh menjadi fokus utama yang memicu kehati-hatian investor.

Di tengah kondisi ini, investor global menantikan keputusan krusial dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Para pedagang bertaruh pada prospek pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebanyak dua kali pada tahun ini, dengan ekspektasi langkah pertama pada Oktober atau kuartal IV 2025. Meskipun ada mentalitas “beli saat harga murah”, disarankan agar investor mulai menarik diri dari risiko karena pasar berpotensi mengalami koreksi lebih lanjut.

You might also like