
Harapan baru bagi proyek pembangunan tanggul laut raksasa atau giant sea wall di Pesisir Utara Pulau Jawa mencuat setelah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengungkapkan adanya ketertarikan dari sejumlah investor Cina dan Korea Selatan. Minat besar ini berpotensi menjadi pendorong utama bagi megaproyek infrastruktur yang vital untuk perlindungan pesisir Indonesia.
Prasetyo Hadi menjelaskan bahwa ketertarikan dari para investor asing tersebut, yang belum bisa ia sebutkan namanya, telah disampaikan secara informal. Minat ini mencuat saat pertemuan langsung dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka Jakarta belum lama ini. “Ada beberapa (investor) secara informal dari luar negeri,” ungkap Prasetyo pada Selasa (17/6), menegaskan sinyal positif dari pasar global. Ia menambahkan, “Dari Tiongkok menyampaikan ketertarikannya, kemudian dari teman-teman dari Korea kemarin saat Forum Indonesia-Korea juga menyampaikan ketertarikannya.”
Mega proyek giant sea wall ini memang membutuhkan investasi kolosal. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan estimasi kebutuhan anggaran mencapai US$ 80 miliar atau setara dengan Rp 1.298 triliun. Proyek ambisius ini direncanakan membentang sepanjang 500 kilometer, meliputi area dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur, yang akan memberikan perlindungan signifikan bagi wilayah pesisir utara.
Untuk merealisasikan visi tersebut, Prabowo telah menginstruksikan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk memulai pembangunan giant sea wall dari Teluk Jakarta. Proyeksi waktu pengerjaan diperkirakan antara 8 hingga 10 tahun, dengan estimasi dana yang disebutkan berkisar antara US$ 8 miliar hingga US$ 10 miliar. Pendanaannya sendiri diproyeksikan akan menggunakan kombinasi anggaran dari Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta dan Pemerintah Pusat. “DKI nanti nyumbang. Jadi, Pemerintah DKI setengah, pemerintah pusat setengahnya. Karena ini memang untuk DKI sebenarnya,” jelas Prabowo saat menyampaikan arahannya di Penutupan Konferensi Internasional Infrastruktur di Jakarta Convention Center (JCC) pada Kamis (12/6).
Sinyal positif dari investor asing sejalan dengan berbagai upaya diplomasi ekonomi yang telah dilakukan. Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menerima delegasi 19 perusahaan Korea Selatan yang tergabung dalam Federation of Korean Industries (FKI) di Istana Merdeka Jakarta pada Senin, 28 April lalu. Pertemuan penting tersebut menghasilkan kesepakatan penambahan investasi signifikan sebesar US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 28,6 triliun ke dalam proyek-proyek strategis di Indonesia. Tak hanya itu, keterlibatan aktif juga terlihat dari kehadiran Prabowo bersama Perdana Menteri (PM) Cina, Li Qiang, dalam acara Indonesia-China Business Reception yang berlangsung di Hotel Shangri-La Jakarta pada Sabtu, 24 Mei 2025. Agenda ini merupakan bagian dari kunjungan resmi Premier Li Qiang ke Indonesia, sekaligus menegaskan eratnya kemitraan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.
Baca juga:
Proyek tanggul laut raksasa (giant sea wall) di Pesisir Utara Jawa menarik minat investor dari Cina dan Korea Selatan. Mensesneg Prasetyo Hadi mengungkapkan ketertarikan ini telah disampaikan secara informal kepada Presiden Prabowo Subianto. Proyek vital ini diperkirakan membutuhkan investasi kolosal hingga US$ 80 miliar, membentang 500 kilometer dari Banten hingga Gresik.
Presiden Prabowo menginstruksikan dimulainya pembangunan dari Teluk Jakarta, dengan perkiraan waktu pengerjaan 8-10 tahun. Pendanaan awal diproyeksikan sekitar US$ 8-10 miliar, didukung oleh Pemerintah Pusat dan Pemda DKI Jakarta. Minat investor asing ini sejalan dengan upaya diplomasi ekonomi Presiden Prabowo dengan delegasi bisnis Korea Selatan dan Perdana Menteri Cina.