
MNCDUIT.COM JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahan di pasar spot pada perdagangan tengah hari ini. Pada Jumat (13 Juni 2025), rupiah berada di level Rp 16.303 per dolar Amerika Serikat (AS), menandai tekanan yang signifikan terhadap mata uang Garuda.
Pelemahan ini setara dengan 0,37% dibandingkan penutupan hari sebelumnya, yang berada di level Rp 16.243 per dolar AS. Pergerakan rupiah ini sejalan dengan tren pelemahan yang melanda hampir seluruh mata uang di kawasan Asia, mencerminkan sentimen pasar yang kurang positif terhadap mata uang berkembang.
Di tengah dominasi pelemahan, hanya dolar Hong Kong yang berhasil mencatatkan penguatan tipis terhadap the greenback, dengan kenaikan sebesar 0,001% hingga pukul 12.30 WIB.
Sebaliknya, won Korea Selatan mengalami nasib yang kurang baik, menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 1,1%. Penurunan tajam ini mengindikasikan tekanan yang kuat terhadap perekonomian Korea Selatan.
Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.260 Per Dolar AS pada Hari Ini 13 Juni 2025
Selain won Korea Selatan, ringgit Malaysia juga mengalami tekanan berat dengan ambles 0,74%, diikuti oleh rupee India yang terkapar 0,65%. Peso Filipina pun tak luput dari tekanan, ambruk sebesar 0,64%.
Tekanan terhadap mata uang Asia juga dirasakan oleh dolar Singapura yang tertekan 0,44%, baht Thailand yang terkoreksi 0,39%, dan dolar Taiwan yang turun 0,32%.
Lebih lanjut, yen Jepang terdepresiasi 0,21% dan yuan China melemah 0,17% pada perdagangan tengah hari ini, melengkapi gambaran pelemahan yang meluas di pasar mata uang Asia terhadap dolar AS. Kondisi ini tentu menjadi perhatian bagi para pelaku pasar dan pembuat kebijakan di kawasan ini.
Pada Jumat, 13 Juni 2025, nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 16.303 per dolar AS, turun 0,37% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pelemahan ini sejalan dengan tren negatif yang melanda sebagian besar mata uang Asia, mencerminkan sentimen pasar yang kurang baik terhadap mata uang berkembang.
Won Korea Selatan mengalami pelemahan terdalam di Asia, diikuti oleh ringgit Malaysia dan rupee India. Mata uang lain seperti peso Filipina, dolar Singapura, baht Thailand, dolar Taiwan, yen Jepang, dan yuan China juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS, menunjukkan tekanan luas di pasar mata uang Asia.