Saham Hotel Loyo karena Efisiensi? Ini Strategi Investasi Cerdas!

MNCDUIT.COM JAKARTA. Laporan riset Colliers Indonesia pada April 2025 lalu menyoroti dampak signifikan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah terhadap kinerja industri perhotelan. Kebijakan ini secara nyata memukul sektor tersebut. Di bulan yang sama, survei yang dilakukan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menguatkan temuan ini, dengan mencatat bahwa 96,7% hotel di Jakarta mengalami penurunan tingkat hunian yang drastis.

Menanggapi kondisi ini, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, menegaskan bahwa efisiensi belanja pemerintah memiliki implikasi yang mendalam bagi kinerja emiten sektor perhotelan sepanjang tahun ini. Penilaian Liza tersebut didasari oleh fakta bahwa adanya pemotongan anggaran yang substansial pada pos-pos penting.Img AA1G9Bg1

“Hal ini karena adanya pemotongan anggaran yang substansial terkait dengan rapat resmi, perjalanan dinas, dan acara, sehingga sektor ini mengalami penurunan permintaan dan pendapatan,” ungkap Liza dalam risetnya yang dirilis Kamis (5/6). Dampak langsung dari pemotongan ini adalah menurunnya aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), yang selama ini menjadi salah satu pilar pendapatan utama bagi banyak hotel.

Begini Prospek dan Rekomendasi Saham DSNG yang Bagikan Dividen Rp 24 Per Saham

Liza lebih lanjut mengidentifikasi bahwa emiten perhotelan yang paling rentan terhadap tekanan ini adalah mereka yang sangat bergantung pada pendapatan dari segmen MICE dan mengandalkan pemesanan melalui Online Travel Agent (OTA). Ketergantungan ini membuat mereka lebih terekspos terhadap fluktuasi permintaan pasar akibat kebijakan pemerintah.

Contoh saham hotel yang masuk dalam kategori rentan ini meliputi Eastparc Hotel (EAST), Hotel Sahid Jaya International (SHID), dan Red Planet Indonesia (PSKT). Ketiga emiten ini cenderung sensitif terhadap perubahan dalam pola belanja korporasi dan pemerintah.

Di sisi lain, Liza menyoroti beberapa emiten yang masih berpotensi untuk dipertimbangkan. Contohnya adalah Indonesian Paradise Property (INPP) dan Bukit Uluwatu Villa (BUVA). Kedua emiten ini dianggap lebih resilien karena tidak terlalu tergantung pada segmen pemerintah dan memiliki pilar pendapatan F&B (Food & Beverage) yang kuat, memberikan diversifikasi sumber pendapatan.

Melihat kondisi industri perhotelan yang sedang lesu, Liza menyarankan agar investor mulai mengalihkan fokus investasi ke sektor-sektor yang menawarkan katalis struktural positif dan prospek pertumbuhan yang lebih berkelanjutan. Sektor-sektor yang ia nilai menarik untuk saat ini adalah sektor kesehatan, infrastruktur digital, dan logistik.

“Untuk sebagian besar emiten terkait hotel, potensinya saat ini tidak lagi menarik, begitu pula dengan profil risiko-keuntungannya. Oleh karena itu, sebaiknya investor keluar dan beralih ke sektor lain untuk sementara waktu,” tutup Liza, menegaskan perlunya strategi investasi yang adaptif dalam menghadapi dinamika pasar saat ini.

Laba Bank Masih Melemah, Ini Saham Bank Rekomendasi Ciptadana Sekuritas

Ringkasan

Kinerja industri perhotelan mengalami pukulan signifikan akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah, dibuktikan oleh laporan Colliers Indonesia April 2025 dan survei PHRI yang mencatat 96,7% hotel di Jakarta mengalami penurunan tingkat hunian drastis. Liza Camelia Suryanata dari Kiwoom Sekuritas menjelaskan bahwa pemotongan anggaran substansial pada rapat resmi, perjalanan dinas, dan acara menyebabkan penurunan permintaan dan pendapatan. Hal ini berdampak langsung pada aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang merupakan pilar pendapatan utama.

Emiten perhotelan yang rentan adalah mereka yang sangat bergantung pada segmen MICE dan pemesanan melalui Online Travel Agent (OTA), seperti Eastparc Hotel (EAST), Hotel Sahid Jaya International (SHID), dan Red Planet Indonesia (PSKT). Di sisi lain, Indonesian Paradise Property (INPP) dan Bukit Uluwatu Villa (BUVA) lebih resilien karena kurang bergantung pada pemerintah dan memiliki pendapatan F&B yang kuat. Liza menyarankan investor untuk beralih fokus dari saham hotel ke sektor lain yang menawarkan katalis struktural positif seperti kesehatan, infrastruktur digital, dan logistik.

You might also like