Asuransi budaya diperkenalkan oleh siapa atau siapa tokoh yang pertama kali memperkenalkan asuransi budaya? Sebelum membahas tentang tokoh yang mencetuskan asuansi budaya, kita akan bahas dulu tentang pengertian asuransi budaya.
Asuransi adalah sebuah bentuk perlindungan diri dan harta benda dari berbagai risiko yang dapat terjadi pada masa depan.
Sedangkan Asuransi Budaya merupakan bentuk perlindungan dan pengembangan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau komunitas, antara lain nilai-nilai sosial, etika, dan moral.
Dalam sebuah perusahaan asuransi budaya merupakan bentuk perlindungan perusahaan terhadap karyawan, dimana perusahaan memberikan perlindungan terhadap adanya perilaku yang tidak baik, pelanggaran etika dan lain sebagainya.
Istilah asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick melalui bukunya. Karl Weick dalam bukunya, “The Social Phsycology of Organizing” (1979) mencetuskan dua teori yang erat kaitannya dengan asuransi budaya.
Asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick, yakni yang pertama melalui teori sistem. Weick menggunakan Teori Sistem (General System Theory) dalam penjelasan tentang pengaruh informasi, yang berasal dari luar organisasi ke dalam internal organisasi maupun sebaliknya.
Manfaat dari teori sistem ini untuk memahami berbagai hubungan yang ada diantara berbagai departemen/bagian organisasi.
Komponen penting dari teori sistem dalam memahami informasi internal organisasi adalah umpan balik (feedback) suatu pesan yang bisa tercipta dengan adanya komunikasi.
Misalnya pimpinan organisasi mencetuskan suatu kebijakan tertentu yang dianggap kurang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam organisasi. Maka, para anggota dapat menyampaikan umpan balik melalui komunikasi berupa pendapat atau saran.
Asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick yang kedua melalui teori evolusi sosiokultural. Ini menggambarkan mengenai proses dimana orang beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial dan budaya mereka agar tetap bertahan.
Teori ini menjelaskan mengenai perubahan yang dilakukan oleh manusia dalam perilaku sosial, serta harapan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan sosial mereka.
Kaitannya dengan asuransi budaya, Weick mengadopsi teori ini, dalam menjelaskan proses yang perlu dilakukan oleh sebuah organisasi untuk menyesuaikan diri ketika menghadapi tekanan, serta berbagai informasi yang diterima organisasi.
Jadi asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick yang memberikan banyak interpretasi di dalam sebuah organisasi. Selanjutnya teori Weick ini banyak dikembangkan oleh banyak organisasi dan dijadikan bahan penelitian studi mahasiswa.
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi proses pengorganisasian berdasar Weick’s Theory antara lain mengenai pembentukan budaya organisasi.
Asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick saat ini telah berlaku di organisasi, perusahaan maupun komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat semakin tinggi dalam rangka melindungi nilai-nilai moral, etika, adab, dan pengembangan nilai-nilai budaya kita.
Adanya teori asuransi budaya yang dicetuskan oleh Weick ini telah memberi manfaat bagi berbagai organisasi, perusahaan dan komunitas.
Asuransi budaya diperkenalkan oleh Karl Weick dan terus diterapkan hingga sekarang. Apa pentingnya asuransi budaya? Tentu sangat penting, karena dengan adanya asuransi budaya, nilai-nilai budaya sebuah organisasi, perusahaan, atau komunitas dapat terjaga dan dipertahankan secara lebih baik dan dengan cara-cara yang baik.
Asuransi budaya juga dapat membantu mengembangkan budaya agar lebih baik sehingga semakin banyak orang yang menghargai nilai-nilai budaya yang ada.
Asuransi budaya dilaksanakan dalam berbagai lingkungan organisasi, perusahaan atau komunitas yang berlaku untuk seluruh warga organisasi, perusahaan dan komunikasi tersebut.
Pelaksanaan asuransi budaya pastinya memiliki kelebihan yaitu adanya asuransi budaya dapat membantu menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya dalam sebuah organisasi, perusahaan atau komunitas.
Asuransi budaya juga dapat membantu mengembangkan nilai-nilai budaya yang ada menjadi lebih baik dan dihargai oleh masyarakat. Maka dengan adanya asuransi budaya akan semakin memperkuat sebuah organisasi, perusahaan atau komunitas dan berkembang lebih baik.
Selain memiliki kelebihan, asuransi budaya juga memiliki kekurangan yakni tentang biaya. Biaya yang perlu dikeluarkan dalam pelaksanaan asuransi budaya bisa bervariasi tergantung pada standar masing-masing, namun pengeluaran biaya pasti ada. Karena tanpa pengeluaran biaya maka perlindungan dan pengembangan nilai-nilai budaya tidak akan berjalan secara efektif.
Maka dalam pelaksanaannya terkait biaya, setiap organisasi atau komunikasi akan menurut pada kebijakannya masing-masing. Semakin besar organisasi atau komunitas, maka pastinya akan semakin besar pula biaya yang perlu dikeluarkan dalam pelaksanaan asuransi budaya tersebut.
Dan biaya yang dikeluarkan tersebut adalah termasuk sebuah investasi yang penting sehingga pihak organisasi, perusahaan atau komunikasi tetap harus membuat anggaran tentang pengeluaran biaya untuk asuransi budaya ini.
Dalam pelaksanaan asuransi budaya, tiap-tiap organisasi, perusahaan atau komunitas harus menetapkan aturan yang jelas terkait dengan perlindungan dan pengembangan nilai-nilai budaya. Semakin jelas aturan yang dibuat, maka pelaksanaan asuransi budaya akan semakin mudah.
Budaya moral dalam organisasi, perusahaan, dan komunikasi meliputi moral dan etika dalam berpendapat, bersikap dan kinerja sehari-hari. Dan ini berlaku untuk semuanya, mulai pimpinan hingga bawahan.
Dalam hal ini pihak organisasi, perusahaan atau komunitas juga perlu menetapkan sumber daya manusia yang berkompeten dan profesional yang bertanggung jawab untuk mengelola asuransi budaya tersebut. Dengan begitu maka pelaksanaan asuransi budaya dapat berjalan secara baik dan efektif.
Demikian penjelasan mengenai asuransi budaya diperkenalkan oleh seorang tokoh yang bernama Karl Weick. Teorinya sangat bermanfaat untuk diterapkan pada berbagai organisasi, perusahaan maupun komunikasi dalam rangka untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya, moral, etika, dan lain sebagainya agar terus terjaga dan berkembang dengan baik.