
MNCDUIT.COM JAKARTA — Saham-saham emiten ramah lingkungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercermin lewat indeks saham berbasis environmental, social and governance (ESG) terpantau loyo atau underperform dibandingkan IHSG sepanjang 2025.
Berdasarkan data BEI, indeks ESG Leaders (IDXESGL) yang beranggotakan 30 emiten hanya mencatatkan penguatan 2,87% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level 151,25 pada Senin (29/12/2025). Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah melambung hingga 22,10% ytd ke level 8.644,25.
IDXESGL merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian ESG yang baik. Emiten-Emiten yang sahamnya masuk dalam IDX ESG Leaders ini juga tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
: IHSG Dibuka Menguat Hari Ini (29/12), Saham CUAN, TLKM, CDIA Menghijau
Kemudian, indeks SRI-KEHATI hanya menguat 2,16% ytd. Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks saham hijau yang dikelola Yayasan KEHATI bersama BEI. Indeks ini mengukur kinerja 25 perusahaan terbaik di Indonesia yang menerapkan prinsip investasi berkelanjutan.
Bahkan, IDX LQ45 Low Carbon Leaders menjadi salah satu indeks paling jeblok di BEI, turun 1,78% ytd. IDX LQ45 Low Carbon Leaders adalah Indeks yang bertujuan untuk mengurangi eksposur intensitas emisi karbon atas portofolio sebesar minimal 50% dibandingkan dengan Indeks LQ45 sebagai parent index.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menjelaskan lesunya sejumlah indeks ramah lingkungan itu didorong oleh kinerja menyusut sejumlah konstituennya. Saham-saham berkapitalisasi pasar besar seperti bank jumbo yang masuk ke dalam indeks-indeks ramah lingkungan itu misalnya berkinerja jeblok.
Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 17,05% ytd, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 10,96% ytd, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 7,35% ytd.
Kemudian, saham-saham sektor konsumer yang juga masuk ke dalam indeks-indeks ramah lingkungan juga melemah. Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) melemah 12,01% ytd dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) melemah 27,03% ytd.
“Hal ini yang memengaruhi kinerja indeks ESG masih underperform,” kata Azis kepada Bisnis pada Senin (29/12/2025).
Di sisi lain, faktor daya beli masyarakat yang masih rendah juga menjadi faktor lesunya kinerja keuangan emiten bank jumbo. Sektor konsumer lainnya juga masih mengalami perlambatan kinerja keuangan.
“Ke depan diharapkan adanya pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter yang menjadi angin segar sehingga bisa mendorong purchasing power dan dapat memberikan efek domino yang baik bagi sektor-sektor yang saat ini terpengaruh dari perlamabatan daya beli,” ujar Azis.
: Aset Ramah Iklim Tetap Diminati Investor Sepanjang 2025, Saham dan Obligasi Hijau Menggeliat
Menurutnya, tren investasi saham-saham ramah lingkungan ke depan memiliki prospek kuat didorong oleh permintaan dari investor asing. Investor milenial-Gen Z juga semakin tertarik pada instrumen berkelanjutan.
Saham konstituen indeks-indeks terkait ESG juga dipandang lebih menarik karena mencerminkan tata kelola baik dan risiko lebih rendah, meski pergerakan harga tetap bergantung pada fundamental.
Di sisi lain, indeks saham-saham ramah lingkungan memiliki sejumlah tantangan di antaranya kesadaran investor ritel yang masih rendah, produk ESG fund di pasar terbatas, dan perbedaan metodologi penilaian ESG membuat standar rating belum seragam.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusti menambahkan terdapat faktor geopolitik yang membuat permintaan ke saham-saham dengan spesifikasi komoditas tinggi.
“Akan tetapi, ya di sisi lain sebenarnya tren investasi ESG memiliki potensi yang prospektif,” kata Nafan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.