Rumor IPO Vidio pada 2026 menguat usai Superbank (SUPA) melantai

Img AA1TbSVC

MNCDUIT.COM , JAKARTA —  Spekulasi kuat muncul di pelaku pasar terkait langkah baru dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) memboyong Vidio untuk go public. Rumor ini kian menguat setelah PT Superbank Indonesia Tbk. (SUPA) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2025.  

Adapun, fokus investor saat ini disebut tertuju pada unit bisnis over-the-top (OTT) Vidio yang dikabarkan tengah dimatangkan untuk melakukan aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 2026.

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menyebut bawa rumor IPO Vidio telah beredar sejak pertengahan 2025. Menurutnya, jika langkah itu terealisasi, aksi penawaran Vidio dinilai terjadi pada momentum yang tepat.

“2026 akan menjadi tahun yang menarik karena kecenderungan suku bunga yang akan menurun sehingga investor akan cenderung berinvestasi ke growth stock, salah satunya adalah sektor teknologi,” ujarnya, Senin (29/12/2025). 

: JP Morgan Turns Bullish on EMTK as Superbank, Vidio Prepare for Potential IPOs

Prospek IPO Vidio pada 2026 juga disebut diuntungkan oleh proyeksi penurunan suku bunga acuan BI Rate yang diperkirakan melandai ke kisaran 2,5%±1%. 

Penurunan suku bunga ini dipandang sebagai wind at the back bagi saham-saham sektor teknologi dan ekonomi digital yang sensitif terhadap biaya modal.

Sementara itu, berdasarkan catatan Bisnis, Media Partners Asia (MPA) Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024 melaporkan jumlah pelanggan Vidio mencapai 4 juta orang sampai dengan akhir tahun 2023.

Adapun, angka kapitalisasi Vidio pada 2024 diperkirakan telah menyentuh Rp14,96 triliun atau melampaui valuasi sejumlah emiten media digital lain.

Sebelumnya, Grup Emtek telah membawa SUPA melantai pada 17 Desember 2025. Dengan menghimpun dana segar senilai Rp2,79 triliun, IPO Superbank mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 318 kali. 

SUPA tercatat meraih laba sebelum pajak senilai Rp122,4 miliar hingga November 2025, setelah sebelumnya mencatat rugi sebesar Rp388,43 miliar. 

Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan menyampaikan, kinerja positif ini mencerminkan kekuatan fundamental dan arah pertumbuhan perseroan. 

Menutnya, pertumbuhan jumlah nasabah, peningkatan aktivitas transaksi, dan kinerja keuangan yang berkelanjutan menunjukkan bahwa model bisnis Superbank semakin matang. 

“Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Tigor. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

You might also like