Wall Street menguat, saham teknologi pimpin reli saat Nike tertekan penjualan China

Img AA1RIB3l

MNCDUIT.COM  NEW YORK. Indeks saham utama Wall Street menguat pada perdagangan Jumat (19/12/2025), didorong oleh kenaikan saham-saham teknologi yang melanjutkan rebound setelah aksi jual di awal pekan. Namun, saham Nike anjlok tajam setelah kinerja kuartalan dibebani lemahnya penjualan di China.

Saham Nike merosot 10,2% setelah perusahaan perlengkapan olahraga tersebut melaporkan penurunan margin laba kotor untuk kuartal kedua berturut-turut. Kinerja Nike tertekan oleh penjualan yang lemah di China serta upaya perusahaan menata ulang bauran produknya.

Pada pukul 09.35 waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average naik 258,52 poin atau 0,54% ke level 48.210,37. Indeks S&P 500 menguat 36,97 poin atau 0,55% ke 6.811,73, sementara Nasdaq Composite naik 158,82 poin atau 0,69% ke 23.165,18.

Yen Jepang Melemah Tajam Usai Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan

Saham-saham teknologi kembali menguat setelah pada Kamis reli dipimpin oleh sektor semikonduktor, menyusul proyeksi kinerja positif dari Micron Technology yang membangkitkan kembali optimisme terhadap saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI). Sebelumnya, saham-saham tersebut sempat tertekan oleh valuasi yang tinggi dan kekhawatiran pendanaan.

Enam dari 11 sektor dalam indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan pada Jumat, dengan sektor teknologi informasi memimpin penguatan sebesar 1,2%. Indeks semikonduktor Philadelphia (SOX) melonjak 2%.

Sepanjang pekan ini, sentimen investor juga didukung oleh data inflasi AS yang menunjukkan kenaikan harga konsumen pada November lebih rendah dari perkiraan. Namun, sejumlah analis mengingatkan bahwa data tersebut berpotensi terdistorsi akibat penutupan sebagian pemerintahan AS selama 43 hari yang menghambat pengumpulan data Oktober.

Menurut data LSEG, pelaku pasar masih memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin oleh Federal Reserve tahun depan, dengan peluang sekitar 24% bahwa pemangkasan pertama bisa terjadi sedini Januari.

“Meski gambaran inflasi tampak membaik, kami tetap memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga pada paruh pertama 2026 untuk menegaskan independensinya, mengingat tekanan politik agar memangkas suku bunga,” kata Kepala Investasi Resonate Wealth Partners, Alexander Guiliano.

Sementara itu, hasil final survei sentimen konsumen Universitas Michigan untuk Desember tercatat di angka 52,9, sedikit di bawah estimasi awal sebesar 53,3.

Analis memperingatkan potensi volatilitas yang lebih tinggi pada Jumat akibat fenomena triple witching, yakni berakhirnya kontrak opsi saham, kontrak berjangka indeks saham, dan opsi indeks saham secara bersamaan setiap kuartal.

Menjelang hari-hari terakhir tahun ini, investor juga mulai mencermati peluang terjadinya Santa rally. Berdasarkan data Stock Trader’s Almanac, sejak 1950 indeks S&P 500 rata-rata naik 1,3% selama lima hari perdagangan terakhir di akhir tahun dan dua hari pertama Januari.

Ini Tiga Faktor Pendorong Industri Kripto Indonesia pada 2026

Di saham individual, Oracle melonjak 5,3% setelah ByteDance, pemilik TikTok asal China, menandatangani perjanjian mengikat untuk menyerahkan kendali operasi TikTok di Amerika Serikat kepada konsorsium investor yang mencakup perusahaan komputasi awan tersebut. Sebaliknya, saham perusahaan pengiriman FedEx turun 3,5% setelah Direktur Keuangan John Dietrich mengatakan laba kuartal berjalan akan lebih rendah dibandingkan kuartal kedua.

Saham Lamb Weston anjlok 19% setelah pemasok kentang goreng beku itu mempertahankan proyeksi penjualan tahunannya di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi.

Di bursa New York Stock Exchange (NYSE), jumlah saham yang menguat melampaui yang melemah dengan rasio 1,17 banding 1, sementara di Nasdaq rasionya mencapai 1,79 banding 1. Indeks S&P 500 mencatat dua titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu titik terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite membukukan 24 saham pada level tertinggi baru dan 46 saham pada level terendah baru.

You might also like