
MNCDUIT.COM JAKARTA. Kinerja emiten BUMN karya bakal tersengat sentimen positif dengan perolehan proyek baru di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
PT PP Tbk (PTPP), semisal, resmi menandatangani tiga kontrak proyek besar kelembagaan negara di IKN.
Pertama, melalui konsorsium PP–ADHI–JAKON KSO, PTPP resmi memulai pembangunan fasilitas pendukung Otorita IKN. Yaitu, gedung kantor pendukung OIKN, gedung Polresta IKN, bangunan utilitas, masjid kawasan, lapangan upacara dan lapangan olahraga, dan penataan kawasan terpadu
Kedua, pembangunan gedung dan kawasan Sidang Paripurna senilai Rp 1,258 triliun. Proyek ini dikerjakan oleh konsorsium PP-ADHI KSO.
Ketiga, pembangunan gedung lembaga DPD RI senilai Rp 1,48 triliun. Proyek ini dikerjakan melalui konsorsium ADHI–PP–Penta.
Indofood CBP (ICBP) Diramal Cetak Pertumbuhan Dua Digit Tahun 2026, Ini Pendorongnya
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) akan membangun gedung dan kawasan lembaga DPR RI di IKN senilai Rp 1,84 triliun. Targetnya, tahun 2027 sudah rampung.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mendapat dua proyek baru di IKN. Pertama, pembangunan bangunan gedung dan kawasan lembaga DPR II di IKN dengan nilai pekerjaan sebesar Rp 1,96 triliun. Kedua, paket pembangunan gedung dan kawasan lembaga MPR serta bangunan pendukung di IKN senilai Rp 1,70 triliun.
Direktur Utama WIKA Agung BW mengatakan, WIKA saat ini juga tengah mengerjakan sejumlah proyek strategis lainnya di Ibu Kota Nusantara. Beberapa di antaranya meliputi pembangunan Jalan Paket G di KIPP 1B–1C, Tol Sepinggan – Paket 1B, serta Tol IKN Segmen 3B-2 Kariangau–Tempadung.
“WIKA juga menangani pekerjaan Jalan Kawasan Hankam dan Lingkar Sepaku di KIPP serta pembangunan Jaringan IPAL 1 dan 3 KIPP IKN,” katanya.
Anak usaha, WIKA, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE), mendapatkan paket pekerjaan konstruksi terintegrasi rancang dan bangun (design and build) untuk pembangunan bangunan gedung dan kawasan lembaga DPR II. Proyek kontrak senilai Rp1,96 triliun termasuk PPN ini dikerjakan melalui skema Kerja Sama Operasi (KSO) bersama WIKA.
Tambah Pendapatan
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty melihat, kontrak jumbo baru emiten BUMN Karya di IKN secara umum menambah backlog dan membuka peluang peningkatan pendapatan dalam dua tahun mendatang.
Bagi PTPP, dampak ini cenderung positif, karena kondisi keuangannya relatif lebih sehat, sehingga tambahan proyek dapat langsung memperkuat kinerja tanpa menekan arus kas secara ekstrem.
Sebaliknya, bagi WIKA dan WSKT, kontrak ini cenderung menjadi sentimen positif di pasar ketimbang peningkatan fundamental. Sebab, kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru berpotensi menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.
Sejumlah Emiten Ini Terdampak Banjir Sumatra, Cermati Rekomendasi Sahamnya
Risiko lambatnya pembayaran proyek pemerintah serta margin tipis pada proyek penugasan membuat proyek baru ini bisa menjadi beban tambahan dan bukan pemulih laba.
“Dengan demikian, efek riilnya bersifat positif untuk PTPP, namun mixed hingga negatif secara fundamental untuk WIKA dan WSKT,” ujarnya kepada Kontan, Senin (8/12/2025).
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, sentimen perolehan kontrak proyek di IKN itu berdampak positif jangka pendek, karena menambah orderbook & visibility proyek untuk tahun 2026.
Namun, secara fundamental, penugasan itu memiliki margin tipis, model pembayaran berfase, dan bisa menghambat arus kas.
“Untuk BUMN karya denga debt to equity (DER) masih tinggi, ini bisa punya dua dampak. Di satu sisi, bisa menambah pendapatan, tetapi berpotensi menaikan kebutuhan modal kerja dan risiko arus kas makin ketat,” ujar Wafi kepada Kontan, Senin (8/12/2025).
Prospek dan Rekomendasi
Arinda berpandangan, prospek emiten BUMN konstruksi pada tahun 2026 berpotensi membaik dibanding 2025. Terutama, jika pembayaran proyek pemerintah termasuk proyek IKN fase awal dapat dicairkan lebih cepat, sehingga membantu memperbaiki arus kas yang selama ini menjadi isu terbesar.
Jika suku bunga mulai menurun dan restrukturisasi utang WIKA maupun WSKT menunjukkan hasil, tekanan beban bunga dapat menyusut dan memberikan ruang pemulihan margin.
Selain itu, proyek-proyek non-IKN seperti jalan tol, kereta logistik, kawasan industri, serta proyek swasta bisa menjadi katalis positif. Sebab, margin proyek komersial biasanya lebih tinggi dibanding penugasan negara.
Namun, prospek pemulihan tetap dibayangi risiko. Terutama, jika pembayaran pemerintah kembali lambat, APBN menurun, atau siklus suku bunga tetap tinggi sehingga beban bunga tidak turun.
“Modal kerja yang ketat juga menjadi hambatan utama, terutama bagi WIKA dan WSKT,” kata Arinda.
Ditopang Segmen Kawasan Industri, Kinerja AKR Corporindo (AKRA) Kian Mentereng
Secara keseluruhan, PTPP memiliki peluang pemulihan terbaik pada 2026. Sementara, WIKA dan WSKT masih sangat tergantung pada pencairan pembayaran pemerintah dan keberhasilan restrukturisasi.
Arinda pun menyarankan investor untuk memerhatikan saham PTPP dengan target harga Rp 580 per saham.
Sementara, Wafi bilang, kinerja emiten BUMN Karya bisa membaik jika pembayaran proyek lancar, restrukturisasi utang berlanjut, serta proyek non-IKN mulai jalan.
“Risikonya adalah modal kerja minim, DER tinggi, suku bunga yang masih relatif mahal, margin konstruksi makin ketat, dan potensi penambahan penugasan baru,” ungkapnya.
Wafi pun menyarankan trading buy untuk saham PTPP dan ADHI dengan target harga masing-masing Rp 450 per saham dan Rp 270 per saham.
Ekspansi Hilir Jadi Harapan Baru MBMA, Simak Rekomendasi Saham