MNCDUIT.COM JAKARTA. Setelah mencetak rekor tertinggi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi. Namun, analis optimis tren penguatan jangka pendek masih berlanjut asalkan indeks mampu bertahan di atas zona support utama.
Pada perdagangan Selasa (25/11/2025), IHSG ditutup melemah 48,36 poin atau 0,56% ke level 8.521,88. Padahal, di awal sesi perdagangan, indeks sempat dibuka di zona hijau. Sehari sebelumnya, IHSG melonjak 1,85% dan mencatatkan rekor tertinggi baru sepanjang masa di level 8.570,25.
Reza Diofanda, Analis BRI Danareksa Sekuritas, menjelaskan bahwa secara teknikal, potensi penguatan IHSG masih terbuka selama indeks tidak terkoreksi di bawah area support 8.450–8.500.
Emiten Hotel Raup Untung di Libur Akhir Tahun 2025, Simak Rekomendasi Saham dari Analis
“Rebound kuat pada hari Senin juga didukung oleh pembelian bersih asing (net foreign buy) yang signifikan, dipicu oleh rebalancing MSCI yang efektif mulai pekan ini,” ungkapnya.
Rebalancing tersebut mengakibatkan tujuh emiten resmi masuk ke dalam daftar konstituen MSCI mulai Selasa (25/11), yaitu BRMS, BREN, DSNG, ENRG, MSIN, RAJA, dan WIFI. Dari sisi makroekonomi, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada tahun 2025 serta fundamental ekonomi domestik yang stabil turut memberikan sentimen positif bagi pasar.
Meskipun demikian, Reza memperingatkan beberapa faktor yang berpotensi menghambat laju IHSG. Aksi ambil untung (profit taking) setelah reli panjang, pelemahan nilai tukar rupiah yang menjadi risiko utama bagi saham-saham berorientasi impor, serta ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed dapat menahan kenaikan indeks.
Untuk pekan ini, IHSG diperkirakan akan mencoba menguji level resistance terdekat di area 8.600–8.650. Jika level tersebut berhasil ditembus, peluang kenaikan menuju 8.700 akan semakin terbuka.
Menakar Arah IHSG Pasca BI Tahan Suku Bunga Acuan dan Rekomendasi Saham dari Analis
Menjelang akhir tahun, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 8.500–8.750 dengan kecenderungan menguat seiring dengan masuknya aliran dana dan potensi berlanjutnya window dressing.
“Window dressing berpotensi terus berlanjut hingga akhir tahun, didorong oleh penyesuaian portofolio manajer investasi dan ekspektasi perbaikan kinerja emiten pada kuartal IV,” jelas Reza.
Ia menambahkan bahwa arus dana masuk setelah rebalancing indeks serta peningkatan likuiditas menjelang akhir tahun juga memperkuat potensi terjadinya window dressing. Namun, investor tetap perlu mewaspadai aksi taking profit, volatilitas saham-saham yang terdampak rebalancing, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian kebijakan The Fed.
IHSG Terkoreksi Setelah Cetak Rekor, Apakah Tren Penguatan Masih Berlanjut Hingga Akhir 2025?
Di tengah dinamika pasar saat ini, Reza merekomendasikan beberapa saham yang dinilai masih menarik untuk dicermati. Untuk sektor internet service, ia menyarankan untuk membeli saham WIFI dengan target harga Rp 4.050–Rp 4.100.
Di sektor jasa pertambangan, ia merekomendasikan saham DEWA dengan target harga Rp 440–Rp 480. Sementara di sektor consumer goods, ia menyarankan untuk membeli saham UNVR dengan target harga Rp 2.750–Rp 2.900.
Setelah mencetak rekor tertinggi, IHSG mengalami koreksi namun diprediksi masih berpotensi menguat jika bertahan di atas support 8.450–8.500. Rebalancing MSCI, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, dan fundamental ekonomi domestik yang stabil menjadi sentimen positif. Investor perlu mewaspadai aksi ambil untung, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed yang dapat menghambat laju IHSG.
Menjelang akhir tahun, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 8.500–8.750 dengan kecenderungan menguat seiring dengan potensi window dressing. Analis merekomendasikan saham WIFI (target Rp 4.050–Rp 4.100), DEWA (target Rp 440–Rp 480), dan UNVR (target Rp 2.750–Rp 2.900) untuk dicermati di tengah dinamika pasar.