KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harapan akan datangnya Santa Claus Rally di bursa saham Indonesia menjelang akhir tahun masih membara. Optimisme ini didukung oleh beberapa sentimen positif, mulai dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global hingga derasnya aliran dana asing yang membanjiri pasar modal. Kombinasi faktor-faktor ini menjadi bahan bakar utama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk terus melaju dalam beberapa pekan terakhir.
Liza Camelia Suryanata, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, menyoroti bahwa ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah, serta tren foreign inflow yang masih terjaga positif menjadi fondasi kokoh bagi potensi reli di penghujung tahun. Dengan kata lain, angin segar bagi pasar saham Indonesia masih berhembus kencang.
“Peluang Santa Claus Rally masih sangat terbuka. Hal ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga global, stimulus fiskal domestik, dan aliran modal asing (inflow) yang sejauh ini terus menunjukkan tren positif,” ungkap Liza kepada Kontan, Senin (17/11/2025).
Santa Claus Rally Masih Mungkin Terjadi, IHSG Berpeluang Menguat hingga Akhir Tahun
Kendati demikian, Liza mengingatkan bahwa tantangan dari eksternal tetap perlu diwaspadai. Ketidakpastian data makroekonomi Amerika Serikat (AS), terutama setelah penutupan (shutdown) pemerintahan yang menyebabkan penundaan rilis indikator ekonomi, menjadi perhatian utama.
Pasalnya, jika inflasi di AS kembali meningkat atau The Fed memberikan sinyal yang lebih hawkish (agresif dalam pengetatan moneter), pelaku pasar berpotensi melakukan repricing, yang pada akhirnya dapat menekan selera risiko dan memicu aksi jual.
“Sentimen global saat ini masih cukup rapuh. Data ekonomi AS yang belum stabil dapat menjadi penghalang bagi terjadinya reli yang berkelanjutan,” jelasnya.
Secara historis, Santa Claus Rally di Indonesia lazimnya dipicu oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah masuknya dana asing pada kuartal IV, percepatan realisasi belanja pemerintah, aksi window dressing (upaya mempercantik portofolio investasi), dan kalkulasi pasar terhadap potensi kinerja emiten di tahun mendatang. Pola ini, menurut Liza, masih relevan untuk menggambarkan kondisi pasar saat ini, meskipun dengan karakteristik yang lebih selektif.
Investor, lanjutnya, akan lebih cermat dalam memilih saham, cenderung fokus pada saham-saham likuid dengan fundamental yang kuat. Dengan kata lain, reli kali ini tidak akan terjadi secara merata di semua sektor, melainkan lebih terarah dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Dari sisi pergerakan modal, tren beli bersih (net buy) oleh investor asing menjadi jangkar penting bagi IHSG untuk mempertahankan posisinya di area tertinggi. “Selama inflow terus berlanjut, peluang terjadinya rally tetap solid. Namun, jika terjadi pembalikan arah menjadi net sell (jual bersih), maka reli hanya akan ditopang oleh investor domestik, yang cenderung kurang kuat dan bersifat sementara,” papar Liza.
IHSG Diramal Tembus 8.500 Pekan Ini, Simak Sentimen Pendukungnya
Secara teknikal, IHSG saat ini masih bergerak dalam tren naik (uptrend). Level support krusial berada di area 8.350, sementara level resistance berada di kisaran rekor tertinggi, yaitu 8.478 hingga 8.600, yang menjadi target dari pola bullish Cup and Handle. Penembusan (breakout) di atas level tersebut, disertai dengan peningkatan volume perdagangan dan derasnya aliran dana asing (inflow), akan menjadi konfirmasi lanjutan bagi terjadinya Santa Claus Rally.
Untuk sektor yang berpotensi diuntungkan, Liza memproyeksikan bahwa sektor perbankan (big-cap banks), konsumer, serta telekomunikasi/teknologi akan menjadi penerima manfaat utama dari potensi Santa Claus Rally. Meskipun demikian, ia mengingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap saham-saham yang sudah melonjak terlalu tinggi tanpa didukung oleh pertumbuhan kinerja yang sepadan.
Sebagai strategi investasi, Liza merekomendasikan akumulasi bertahap pada saham-saham dengan fundamental yang solid, memanfaatkan momentum koreksi sebagai peluang untuk masuk (entry opportunity), serta menggunakan strategi trailing stop untuk mengamankan keuntungan yang telah diraih.
“Koreksi yang terjadi menjelang bulan Desember justru dapat menjadi peluang masuk (entry opportunity) yang menarik,” pungkasnya.
Harapan akan terjadinya Santa Claus Rally di bursa saham Indonesia menjelang akhir tahun masih tinggi, didukung oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, stimulus fiskal pemerintah, dan aliran dana asing (foreign inflow) yang positif. Kombinasi faktor-faktor ini menjadi pendorong utama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat. Liza Camelia Suryanata dari Kiwoom Sekuritas menegaskan peluang Santa Claus Rally ini masih sangat terbuka.
Meskipun demikian, tantangan dari eksternal, seperti ketidakpastian data makroekonomi AS dan potensi sinyal hawkish dari The Fed, perlu diwaspadai karena dapat menekan pasar. Secara historis, rally dipicu oleh masuknya dana asing dan aksi window dressing, namun investor kali ini akan lebih selektif pada saham-saham likuid berfundamental kuat. Sektor perbankan, konsumer, dan telekomunikasi/teknologi diproyeksikan akan diuntungkan, dengan rekomendasi akumulasi bertahap saat koreksi pasar.