BEI dan Menkeu Purbaya Optimistis IHSG Tembus 9.000, Seberapa Realistis?

MNCDUIT.COM, JAKARTA — Optimisme tinggi menyelimuti Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang meyakini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menyentuh level 9.000 pada akhir tahun ini. Namun, seberapa realistiskah target ambisius tersebut untuk terwujud?

Menanggapi proyeksi ini, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, menilai bahwa secara fundamental, keyakinan BEI terhadap target IHSG 9.000 memang bukan tanpa dasar, meski lebih tepat disebut sebagai target yang aspiratif.Img

Hingga awal November, Liza menyoroti ketahanan ekonomi Indonesia yang solid. Indikator makro menunjukkan inflasi terkendali di angka 2,86% secara tahunan (yoy), sementara PMI manufaktur mencatatkan ekspansi yang sehat di level 51,2. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ekonomi besar lainnya seperti Korea Selatan, China, Jerman, dan Inggris. Ditambah lagi, surplus perdagangan Indonesia berhasil menembus US$33,5 miliar, sebuah capaian signifikan yang mendukung stabilitas. Pernyataan ini disampaikan Liza pada Selasa (4/11/2025).

: ASII, BBCA, UNTR hingga ITMG Rancang Buyback Jumbo, IHSG Terkerek?

Kombinasi antara inflasi yang rendah, kinerja ekspor yang kuat, dan aktivitas produksi yang terus bertumbuh ini menjadi penopang utama stabilitas ekonomi domestik, terutama di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Faktor-faktor ini memberikan bantalan yang kokoh bagi pasar modal.

Dari perspektif pasar, momentum teknikal IHSG memang menunjukkan sinyal positif. Kendati demikian, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pergerakan IHSG akan lebih realistis berada di kisaran 8.600–8.700 hingga akhir tahun 2025. Proyeksi ini mempertimbangkan berbagai dinamika pasar yang ada.

: : IHSG Ditutup Lesu Usai Cetak Rekor: Saham BBRI, BRMS hingga BRPT Jeblok

Liza menambahkan, perdagangan sebelumnya mencatatkan kembali aksi net buy oleh investor asing sebesar Rp1,03 triliun di seluruh pasar. Dana segar ini difokuskan pada saham-saham unggulan seperti BBCA, BBRI, TLKM, ASII, dan PTRO, menunjukkan kepercayaan investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar.

Secara pola atau bullish reversal, pola Cup & Handle besar masih terjaga, menurut analisa Liza. Kiwoom Sekuritas melihat adanya potensi bagi IHSG untuk menguji area 8.600 sebagai target teknikal yang lebih feasible dan realistis, dibandingkan dengan proyeksi aspiratif 9.000.

: : BEI dan Menkeu Purbaya Sepakat IHSG Bisa Tembus 9.000, Apa Saja Motor Pendorongnya?

Beberapa pendorong utama yang dapat menggerakkan IHSG menjelang akhir tahun meliputi musim belanja dan mobilitas tinggi selama periode Natal dan Tahun Baru. Selain itu, stimulus fiskal pemerintah yang bertujuan memperkuat daya beli masyarakat, serta ekspektasi inflasi yang tetap terkendali dalam koridor Bank Indonesia, turut menjadi motor penggerak.

Tak hanya itu, rebalancing indeks MSCI pada bulan November ini juga patut dicermati. Pertanyaan besar muncul: apakah saham-saham berkapitalisasi besar yang akan masuk indeks akan menjadi pendorong utama IHSG selanjutnya? Namun, valuasi yang mulai mahal di beberapa sektor, perlambatan pertumbuhan laba korporasi, serta ketidakpastian arah kebijakan The Fed masih menjadi risiko pembatas yang perlu diperhatikan.

Secara keseluruhan, IHSG masih memiliki peluang kuat untuk menutup tahun dengan kinerja positif, didukung oleh masuknya aliran dana asing dan fundamental ekonomi domestik yang tangguh. Meskipun demikian, target 9.000 tampaknya masih bersifat psikologis dan menantang untuk dicapai.

Target akhir tahun Kiwoom Research sendiri tetap berada di area 8.600, dengan bias positif menuju awal tahun 2026. Proyeksi ini akan terwujud apabila faktor-faktor global dan domestik tetap menunjukkan stabilitas yang konsisten.

Liza mempertanyakan, “Jika memaksakan pandangan ke 9.000, apakah masuk akal bagi IHSG untuk mengantongi pengembalian sekitar 9% sampai akhir tahun, dan apa pendorong utamanya?” Hal ini mempertimbangkan masih banyaknya ketidakpastian, seperti isu US shutdown yang masih berlanjut.

Investor juga diimbau untuk mencermati angka pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 yang akan dirilis esok hari. “Jika pemerintah masih kurang puas dengan hasilnya, barangkali di bulan yang tersisa pada 2025 mereka akan menggunakan untuk menggenjot government & consumer spending guna mendorong pertumbuhan,” pungkas Liza.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan optimisme tinggi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencapai level 9.000 pada akhir tahun ini. Namun, Liza Camelia Suryanata dari Kiwoom Sekuritas menilai target tersebut lebih bersifat aspiratif daripada realistis. Optimisme ini didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang solid, ditandai dengan inflasi yang terkendali, PMI manufaktur yang ekspansif, dan surplus perdagangan yang signifikan.

Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pergerakan IHSG akan lebih realistis berada di kisaran 8.600–8.700 hingga akhir tahun 2025, dengan target teknikal 8.600 yang lebih feasible. Meskipun didukung oleh aliran dana asing yang masuk dan momentum pasar positif, valuasi yang mulai mahal di beberapa sektor, perlambatan laba korporasi, serta ketidakpastian kebijakan The Fed dan global menjadi faktor risiko pembatas. Oleh karena itu, target 9.000 dianggap menantang untuk dicapai.

You might also like