Lantai Bursa Makin Meriah, Tiga Calon Emiten Jumbo Akan IPO Susul CDIA-RATU

Img AA1Ps2ku

MNCDUIT.COM , JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan ada tiga perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) bernilai jumbo jelang akhir tahun ini. Adapun, target BEI sebanyak lima IPO lighthouse sudah tercapai.

Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan sampai hari ini terdapat 23 IPO perusahaan tercatat di Bursa, dengan 13 IPO masih berada dalam pipeline dan lima perusahaan lighthouse. 

“Target IPO kami tahun ini adalah 45, tahun depan 50 IPO saham,” kata Iman dalam konferensi RUPSLB BEI, Rabu (29/10/2025). 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan target Bursa bukan hanya pencatatan saham saja, tetapi seluruh efek seperti obligasi, ETF, EBA, EBA SP, Dinfra, DIRE, DIRE Syariah, dan structured warrant. 

“Total pencatatan yang kami harapkan itu pada 2025 adalah 430 efek, dan saat ini sudah mencapai lebih dari 600 efek,” ucap Nyoman. 

: BEI Targetkan IPO 2026 Ada 50 Emiten, Konservatif atau Realistis?

Dengan capaian pencatatan ini, menurut Nyoman lebih dari 140% target BEI pada tahun 2025 untuk seluruh produk sudah berhasil dicapai sampai hari ini. 

Nyoman melanjutkan, tahun ini juga BEI menargetkan sebanyak lima IPO lighthouse. Menurutnya, target lighthouse IPO ini menunjukkan BEI juga peduli terhadap kualitas IPO, bukan hanya kuantitas.

“Target lima lighthouse IPO sudah tercapai, ada tiga tambahan di pipeline yang termasuk lighthouse IPO,” tutur Nyoman. 

Adapun Nyoman juga menuturkan baik BEI, self regulatory organization (SRO) lain, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mengupayakan untuk meningkatkan jumlah lighthouse IPO. 

Dalam catatan Bisnis, beberapa IPO dalam kategori ini seperti PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUMI), dan hingga Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai penetapan target IPO yang menyusut dari Bursa bukan berarti BEI memandang pesimis kondisi pasar tahun depan. Menurutnya, ada baiknya Bursa menetapkan target yang konservatif.

Artinya, yang lebih penting bagi Bursa adalah memastikan kualitas pasar modal Tanah Air itu sendiri, ketimbang mengejar kuantitas.

“Karena banyak transaksi tapi rugi, akhirnya investor akan kabur juga. Lebih baik wajar tapi investor untung, meskipun tugas Bursa bukan memastikan untung tapi lebih ke wajar, transparan, dan setiap investor punya akses informasi yang sama,” tegas Rudi, Rabu (29/10/2025).

: Target BEI di 2026: 50 IPO Baru, Transaksi Harian Tembus Rp14,5 Triliun

Menurut Rudi, sebab pasar modal Tanah Air masih dibayangi oleh net sell asing, penting bagi Bursa untuk memberikan kenyamanan bagi investor asing dalam berinvestasi di Tanah Air, seperti melalui keterbukaan informasi yang lebih baik.

Senada, Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi, menilai bahwa penyesuaian target yang dilakukan oleh Bursa, merupakan langkah realistis dan risk-aware di tengah kondisi pasar saat ini.

Alih-alih menilai penyesuaian target tersebut sebagai sikap pesimisme Bursa, Wafi menilai bahwa upaya tersebut merupakan langkah Bursa untuk menjaga kualitas dan stabilitas pasar modal Tanah Air.

“Aktivitas transaksi memang sedang tinggi, tetapi struktur likuiditasnya masih belum merata. Sebagian besar volume masih terkonsentrasi di saham-saham tertentu,” tegas Wafi, Rabu (29/10/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

You might also like