IHSG Tertekan Free Float MSCI? Ini Rekomendasi Saham Selasa!

MNCDUIT.COM JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Senin (27/10/2025) dengan pelemahan signifikan sebesar 1,87%, parkir di level 8.117. Tekanan jual yang kuat sempat membawa indeks menyentuh titik terendah intraday di 7.959, memicu kekhawatiran di kalangan investor pasar modal.

Pelemahan tajam IHSG ini, menurut VP Equity Retail Analyst Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, dipicu oleh sentimen negatif yang beredar di pasar. Isu utama adalah rencana Morgan Stanley Capital Index (MSCI) untuk melakukan penyesuaian metodologi perhitungan free float, khususnya untuk saham-saham konstituen dari Indonesia.Img AA1PgTRz

Wacana yang berkembang menyebutkan bahwa MSCI akan beralih menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan untuk perhitungan free float. Langkah ini menandai perubahan penting dari praktik sebelumnya. Selama ini, emiten di Indonesia hanya melaporkan kepemilikan saham di atas atau sama dengan 5% kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, data KSEI menawarkan gambaran yang lebih detail karena mencatat kepemilikan di bawah 5% serta mengklasifikasikan pemegang saham, sehingga memberikan transparansi lebih mengenai struktur kepemilikan saham.

Perubahan metodologi ini diperkirakan akan memiliki dampak besar. Audi menjelaskan bahwa dengan aturan baru, pembulatan porsi free float akan menjadi lebih ketat dan konservatif. Konservatisme ini dikhawatirkan dapat memicu outflow atau arus keluar dana oleh investor pasif global dari pasar saham Indonesia. Padahal, pelemahan IHSG ini terjadi di tengah kondisi pasar saham global dan regional Asia yang justru cenderung menguat, didorong oleh tercapainya kerangka kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, menciptakan kontras yang menarik.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, turut menambahkan detail penting mengenai perubahan aturan ini. Ia menyebutkan bahwa MSCI juga akan menerapkan skema pembulatan baru yang efektif mulai Mei 2026, dengan aturan yang bervariasi tergantung pada besarnya free float. Jika porsinya di atas 25%, akan dibulatkan ke 2,5% terdekat. Untuk porsi antara 5% hingga 25%, pembulatan akan dilakukan ke 0,5% terdekat, begitu pula untuk porsi di bawah 5%. Kebijakan ini, menurut Alrich, secara langsung akan berdampak pada bobot saham-saham Indonesia dalam indeks MSCI Emerging Markets, yang merupakan acuan penting bagi dana investasi global.

Dari sisi teknikal, Alrich mengamati bahwa IHSG mengalami breaklow dari level MA20 di 8.117, disertai dengan kenaikan volume transaksi yang signifikan. Indikator Stochastic RSI juga menunjukkan sinyal pelemahan dengan terjadinya death cross di area pivot, sementara MACD membentuk penyempitan negative slope. Dengan indikasi teknikal tersebut, Alrich memperkirakan IHSG berpotensi menguji level psikologis 8.000, dengan level support 8.000 dan resistance 8.300 untuk perdagangan berikutnya. Prediksi yang sedikit berbeda datang dari Audi, yang memperkirakan IHSG akan bergerak fluktuatif namun cenderung menguat terbatas, dengan rentang support di 8.006 dan resistance di 8.250. Ia juga mencatat indikator MACD yang menunjukkan pelemahan tren, sejalan dengan penurunan RSI.

Selain wacana perubahan konstituen MSCI, pasar juga masih akan bereaksi terhadap faktor makroekonomi. Kekhawatiran akan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke level 16.620 juga berpotensi memberikan sentimen negatif pada indeks keesokan harinya. Alrich menambahkan, investor juga akan menanti realisasi laporan keuangan kuartal III-2025 dan sinyal perbaikan perekonomian domestik pada kuartal IV-2025.

Menganalisis kinerja perbankan, Alrich sebelumnya mengungkapkan bahwa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan kinerja yang solid. Namun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) cenderung mengalami tekanan dari sisi laba, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencatatkan penurunan laba, yang disebabkan oleh peningkatan beban provisi dan beban lain-lain pada periode kuartal III-2025. Kondisi ini memberikan gambaran beragam di sektor perbankan.

Menyikapi berbagai sentimen ini, para analis memberikan rekomendasi bagi investor. Alrich menyarankan investor untuk mencermati saham-saham seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (AMDR), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Sementara itu, Audi secara spesifik merekomendasikan trading buy untuk saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan rentang support Rp 770 dan resistance Rp 950, serta ADMR dengan rentang support Rp 1.315 dan resistance Rp 1.635.

Ringkasan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan 1,87% ke level 8.117 pada Senin (27/10/2025), dipicu oleh rencana Morgan Stanley Capital Index (MSCI) menyesuaikan metodologi perhitungan *free float* saham Indonesia. MSCI akan beralih menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang lebih detail, sehingga pembulatan porsi *free float* akan lebih ketat dan konservatif. Perubahan ini dikhawatirkan memicu arus keluar dana oleh investor pasif global dari pasar saham Indonesia, meskipun pasar global dan regional cenderung menguat.

Perubahan aturan MSCI dengan skema pembulatan baru akan efektif mulai Mei 2026 dan berdampak pada bobot saham Indonesia dalam indeks MSCI Emerging Markets. Selain sentimen tersebut, kekhawatiran pelemahan rupiah dan penantian laporan keuangan kuartal III-2025 juga menjadi faktor penekan. Analis memprediksi IHSG berpotensi menguji level psikologis 8.000. Investor disarankan mencermati saham-saham seperti AMDR, BBYB, MAPA, ARTO, GGRM, serta TLKM dan ADMR sebagai rekomendasi *trading buy*.

You might also like