
JAKARTA – Setelah sempat tertekan pada September lalu, nilai transaksi kripto di Indonesia diproyeksikan akan bangkit dan menunjukkan perbaikan signifikan pada kuartal IV tahun 2025. Optimisme ini muncul di tengah kondisi pasar yang dinamis dan sejumlah katalis positif yang siap mendorong pertumbuhan.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan adanya penurunan nilai transaksi kripto yang cukup mencolok. Tercatat, transaksi anjlok 14,53% dari Rp 45,21 triliun pada Agustus 2025 menjadi Rp 38,64 triliun di September 2025. Namun, para pelaku industri yakin tren ini akan berbalik arah.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, meyakini peluang peningkatan transaksi kripto dari bulan ke bulan pada kuartal IV – 2025 sangat besar. Aktivitas perdagangan, jumlah transfer, dan alamat wallet yang aktif diperkirakan akan melonjak, terutama jika serangkaian pemicu positif dapat terealisasi secara berurutan di pasar kripto.
Menurut Calvin, salah satu motor utama kebangkitan adalah masuknya arus dana baru ke pasar melalui katalis besar seperti produk investasi Exchange Traded Fund (ETF) kripto, didukung oleh kondisi makroekonomi yang stabil. Aliran dana melalui ETF Bitcoin sendiri diperkirakan bisa menembus lebih dari US$36 miliar sepanjang kuartal IV – 2025. Ini berpotensi kuat memicu lonjakan aktivitas spekulatif dan arbitrase di berbagai aset kripto.
Selain itu, proses rotasi dan reposisi modal di pasar juga menjadi faktor penentu. Calvin menjelaskan, ketika investor mulai mengalihkan dananya dari Bitcoin ke altcoin, proyek DeFi, atau aset dengan narasi baru, aktivitas jual-beli tersebut secara otomatis akan meningkatkan volume transaksi, baik di jaringan on-chain maupun di bursa. Peningkatan utilitas jaringan juga berkontribusi penting; semakin banyak pengguna terlibat dalam aktivitas seperti DeFi, staking, dan transfer stablecoin, maka jaringan utama seperti Ethereum, Solana, dan Tron akan mencatat lonjakan transaksi yang lebih tinggi.
Momentum pasar yang kuat dan efek FOMO (Fear of Missing Out) juga diperkirakan akan menarik lebih banyak partisipan baru. Hal ini akan mendorong volume transaksi ke level yang lebih tinggi selama fase akselerasi pasar. Namun, Calvin mengingatkan bahwa peningkatan ini tidak selalu berjalan mulus. Aktivitas transaksi bisa saja tertahan jika pemegang besar atau institusi, yang sering disebut sebagai whale, memilih untuk menahan pasokan dan meminimalkan penjualan.
Oleh karena itu, kenaikan volume transaksi kemungkinan akan terjadi secara bertahap dan fluktuatif, misalnya, aktivitas yang tinggi di Oktober, sedikit melambat di November, dan kembali menguat di Desember, bukan dalam pola kenaikan yang konsisten sepanjang kuartal. Calvin memperkirakan sejumlah kategori aset kripto akan menarik perhatian investor dan mencatat peningkatan aktivitas perdagangan di kuartal IV – 2025. Pergerakan ini tidak hanya didorong oleh spekulasi semata, tetapi juga oleh faktor fundamental seperti adopsi institusional, perkembangan teknologi, serta kemajuan regulasi yang semakin jelas di berbagai yurisdiksi. Ia menegaskan, aset besar seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) masih akan menjadi penopang utama pasar.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Chairman Indodax, Oscar Darmawan, menambahkan bahwa exchange kripto memiliki peran lebih dari sekadar meningkatkan volume transaksi. Mereka juga bertanggung jawab memperluas basis pengguna melalui peningkatan literasi keuangan digital dan pemahaman investasi aset kripto yang benar. Para pemangku kepentingan industri optimis bahwa jumlah investor kripto nasional berpotensi menembus lebih dari 28 juta orang pada akhir 2025.
“Hal ini menunjukkan optimisme yang cukup luas bahwa minat masyarakat terhadap aset digital akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya ekosistem dan kesadaran finansial di Indonesia,” pungkas Oscar.
Nilai transaksi kripto di Indonesia diproyeksikan akan bangkit dan menunjukkan perbaikan signifikan pada Kuartal IV 2025, setelah sempat anjlok 14,53% di September 2025. CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, optimis peningkatan ini akan didorong oleh masuknya arus dana baru melalui produk investasi ETF kripto. Rotasi modal ke altcoin, peningkatan utilitas jaringan, serta momentum pasar dan efek FOMO juga menjadi faktor pemicu utama pertumbuhan tersebut.
Kenaikan volume transaksi diperkirakan terjadi secara bertahap dan fluktuatif, dengan Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) tetap menjadi penopang utama pasar. Chairman Indodax, Oscar Darmawan, menambahkan bahwa bursa kripto berperan penting dalam meningkatkan literasi keuangan digital dan pemahaman investasi aset kripto. Para pemangku kepentingan industri optimis jumlah investor kripto nasional berpotensi menembus lebih dari 28 juta orang pada akhir 2025.