Net Sell Asing Besar: IHSG Akhir Tahun Bagaimana? Ini Strategi Investasinya!

MNCDUIT.COM JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang mengesankan dengan kenaikan 12,41% secara year to date (YtD) sepanjang tahun 2025 ini. Penguatan signifikan pada pasar saham domestik ini mendorong sejumlah lembaga sekuritas untuk optimistis, merevisi naik target IHSG menjadi 8.600 hingga akhir tahun 2025. Namun, di balik laju positif tersebut, ada dinamika pasar yang perlu dicermati oleh para investor.

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengakui bahwa IHSG saat ini memang berada dalam tren naik atau bullish. Kendati demikian, ia menyoroti bahwa reli tersebut masih tergolong rapuh. Hal ini disebabkan oleh aktivitas jual bersih (net sell) yang masif dari investor asing, yang hingga saat ini mencapai Rp 54,77 triliun YtD di seluruh pasar. Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan pasar lebih banyak ditopang oleh kekuatan investor domestik, sementara asing terus melakukan pelepasan kepemilikan saham.Img AA1MOjD0

Sebagai gambaran pergerakan harian, IHSG sempat bergerak datar di level 8.062 pada sesi I perdagangan Rabu (1/10/2025). Beberapa saham dari indeks LQ45 seperti SCMA, JPFA, dan CPIN tercatat sebagai top gainers, menandakan adanya pergerakan positif di segmen tertentu meskipun tekanan dari investor asing terus berlanjut.

Meskipun fundamental ekonomi domestik cukup solid, Felix Darmawan memproyeksikan bahwa ruang penguatan IHSG hingga akhir tahun 2025 masih terbuka, namun tidak akan semulus yang terlihat pada awal kuartal ketiga. Jalan menuju target IHSG 8.600 akan sangat ditentukan oleh arah arus dana masuk dari investor asing. Selama investor asing masih gencar melakukan aksi jual, reli IHSG cenderung akan tersendat, meskipun fondasi ekonomi di dalam negeri cukup kuat untuk menopangnya.

Ke depan, gerak IHSG akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah sentimen penting. Arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, menjadi salah satu penentu utama. Perbedaan imbal hasil (yield) investasi antara kedua negara yang terlalu kecil dapat mengalihkan minat investor asing ke pasar AS, sehingga berisiko memicu capital outflow dari pasar modal domestik. Selain itu, sentimen global lainnya seperti nilai tukar rupiah, kekuatan dolar AS, yield obligasi pemerintah AS, serta kondisi geopolitik global juga akan ikut menentukan arah pergerakan IHSG.

Dari sisi domestik, realisasi stimulus fiskal yang telah diinjeksikan pemerintah, seperti penempatan dana sebesar Rp 200 triliun di bank-bank BUMN, serta belanja APBN di akhir tahun, diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi gerak IHSG. Tidak kalah krusial, hasil kinerja emiten di kuartal III dan IV juga akan memainkan peran signifikan, khususnya dari sektor perbankan, komoditas, dan konsumer yang kerap menjadi lokomotif pasar.

Di tengah beragam sentimen yang dinamis ini, Felix Darmawan menyarankan agar investor menerapkan strategi investasi yang lebih selektif. Mengingat tren jual bersih asing yang masih besar, fokus pada saham-saham berfundamental kokoh dan yang mendapatkan dukungan kuat dari sentimen domestik akan menjadi langkah yang lebih aman. Sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar besar, misalnya, cenderung bergerak sejalan dengan aliran dana asing. Selain itu, sektor consumer staples dan ritel juga berpotensi diuntungkan oleh sentimen belanja akhir tahun serta stabilitas daya beli masyarakat Indonesia. Untuk mitigasi risiko di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, sektor energi terbarukan serta komoditas seperti nikel dan emas dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lindung nilai (hedge).

Ringkasan

IHSG mencatatkan kenaikan 12,41% secara YtD pada tahun 2025, mendorong beberapa sekuritas merevisi target menjadi 8.600. Namun, penguatan ini dianggap rapuh karena adanya net sell investor asing sebesar Rp 54,77 triliun YtD. Kekuatan pasar saat ini lebih banyak ditopang investor domestik, dan pencapaian target IHSG sangat ditentukan oleh arah arus dana asing.

Proyeksi penguatan IHSG hingga akhir 2025 akan dipengaruhi oleh sentimen kebijakan suku bunga BI dan The Fed, kondisi geopolitik global, serta katalis domestik seperti stimulus fiskal dan kinerja emiten kuartal III/IV. Investor disarankan menerapkan strategi selektif, fokus pada saham berfundamental kokoh yang didukung sentimen domestik. Sektor perbankan, konsumer, serta komoditas seperti nikel dan emas dapat menjadi pilihan untuk mitigasi risiko dan mendapatkan keuntungan dari belanja akhir tahun.

You might also like