Rupiah Loyo? Ini Daftar Saham Potensi Cuan & Hindari Boncos!

Img AA1Nv0IQ

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selalu menjadi sorotan utama, memicu reaksi beragam di kalangan emiten dari berbagai sektor. Saat rupiah mengalami depresiasi, ada perusahaan yang justru meraup keuntungan, sementara yang lain menghadapi tantangan berat. Fenomena ini menciptakan dinamika pasar yang menarik untuk dicermati oleh para pelaku investasi.

Berdasarkan data terbaru dari Trading Economics pada hari ini, Senin, 29 September 2025, nilai tukar rupiah terpantau stabil di level Rp16.677 per dolar AS. Angka ini menunjukkan pelemahan signifikan, dengan depresiasi sebesar 1,46% dalam satu bulan terakhir dan melemah 9,69% dalam kurun waktu 12 bulan. Kondisi ini secara langsung mempengaruhi strategi bisnis dan proyeksi kinerja keuangan perusahaan di Indonesia.

Merespons situasi ini, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, memberikan pandangannya mengenai sektor-sektor yang paling terdampak. Menurut Nafan, sektor saham yang diuntungkan oleh depresiasi rupiah adalah mereka yang berorientasi pada pasar ekspor, seperti sektor energi, bahan baku, serta konsumer cyclical dan non-cyclical. “Sektor yang berorientasi pada ekspor akan sangat diuntungkan oleh kondisi depresiasi nilai tukar rupiah,” jelas Nafan kepada Bisnis.

Sebaliknya, emiten yang sangat bergantung pada impor akan menanggung beban lebih berat. Nafan mencontohkan sektor kesehatan, yang membutuhkan pasokan bahan baku dan alat kesehatan dari luar negeri, akan sangat dirugikan oleh pelemahan rupiah. Namun, di tengah tekanan ini, sentimen positif juga terlihat pada saham-saham emiten crude palm oil (CPO) yang berorientasi ekspor. Mereka menikmati keuntungan ganda dari pelemahan rupiah dan lonjakan harga CPO global, sebagaimana terbukti dari pergerakan harga sahamnya.

Meskipun rupiah melemah, persepsi investor asing terhadap pasar saham domestik tetap solid. Nafan mencatat bahwa depresiasi rupiah berhasil terkompensasi oleh fundamental makroekonomi Indonesia yang kuat. Hal ini tercermin dari aktivitas net buy asing sebesar Rp583,10 miliar pada perdagangan Jumat, 26 September 2025, yang turut mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,73% ke level 8.099.

Oleh karena itu, dampak depresiasi rupiah terhadap potensi pelemahan IHSG belum terasa signifikan. Secara teknikal, Nafan melihat IHSG masih berada dalam fase uptrend, ditandai dengan pergerakan MA20 dan MA60 yang cenderung ke atas. “Efek dari pelemahan nilai tukar rupiah baru akan terasa jika terdapat konfirmasi bahwa IHSG break below MA5 ke MA10, namun saat ini kondisi tersebut belum terjadi,” tegasnya, menegaskan bahwa fundamental makroekonomi domestik kita tetap solid.

Tren positif pada IHSG ini juga sejalan dengan proyeksi potensi apresiasi rupiah terhadap dolar AS di masa depan. Meskipun secara teknikal Relative Strength Index (RSI) US$IDR telah menunjukkan kondisi overbought, mengindikasikan kemungkinan koreksi, peluang rupiah untuk menguat kembali tetap terbuka lebar. Skenario terburuk diperkirakan berada pada level Rp16.872 dan Rp17.214 per dolar AS. Namun, dengan kondisi RSI yang sudah overbought, skenario optimis untuk penguatan rupiah menuju Rp15.870 sangat memungkinkan, meskipun semua bergantung pada sentimen pasar yang berkembang.

Dalam menyikapi kondisi depresiasi nilai tukar rupiah saat ini, Mirae Asset Sekuritas memberikan beberapa rekomendasi saham yang dinilai prospektif:

1. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)

Target price (TP) 1: Rp8.500

TP 2: Rp8.850

2. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)

TP 1: Rp1.360

TP 2: Rp1.380

TP 3: Rp1.405

3. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS)

TP 1: Rp1.815

TP 2: Rp1.855

TP 3: Rp2.290

4. PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)

TP 1: Rp755

TP 2: Rp780

TP 3: Rp820

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah tercatat melemah signifikan menjadi Rp16.677 per dolar AS pada 29 September 2025, dengan depresiasi 1,46% dalam sebulan dan 9,69% dalam setahun terakhir. Menurut Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, sektor berorientasi ekspor seperti energi, bahan baku, konsumer, dan CPO diuntungkan oleh kondisi ini. Sementara itu, sektor importir seperti kesehatan mengalami kerugian akibat kenaikan biaya.

Meskipun rupiah melemah, fundamental makroekonomi Indonesia yang solid berhasil menjaga sentimen positif investor asing, ditandai dengan net buy dan penguatan IHSG. IHSG secara teknikal masih berada dalam fase uptrend, dan dampak pelemahan rupiah terhadapnya belum terasa signifikan. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham-saham seperti PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) yang dinilai prospektif.

You might also like