
Bank Indonesia (BI) baru-baru ini mengambil langkah strategis dengan menurunkan suku bunga acuannya atau BI rate menjadi 4,75%. Keputusan ini tentu saja menuntut penyesuaian strategi investasi di berbagai sektor, termasuk industri asuransi umum. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menegaskan pentingnya adaptasi bagi perusahaan asuransi umum dalam menyikapi perubahan suku bunga BI ini.
Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga BI mendorong perusahaan asuransi umum untuk menyeimbangkan kembali antara likuiditas dan hasil investasi. Dalam konteks ini, ia merekomendasikan agar asuransi umum fokus pada strategi investasi yang mengoptimalkan jenis dan tenor Surat Berharga Negara (SBN). Ini termasuk mempertimbangkan surat utang negara jangka menengah atau panjang guna meraih imbal hasil (yield) yang lebih optimal.
Lebih lanjut, Budi Herawan memperkirakan bahwa penempatan investasi asuransi umum pada instrumen deposito kemungkinan besar akan mengalami pengurangan. Penurunan suku bunga menjadikan deposito kurang atraktif sebagai pilihan investasi utama. Sebagai alternatif yang menarik, perusahaan asuransi umum juga disarankan untuk mempertimbangkan instrumen obligasi korporasi dengan peringkat tinggi, yang dapat menawarkan potensi keuntungan lebih baik.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 menunjukkan bahwa total investasi asuransi umum telah mencapai Rp 125,03 triliun. Dari jumlah tersebut, penempatan terbesar berada pada instrumen SBN, dengan nilai mencapai Rp 47,02 triliun. Angka ini merepresentasikan porsi signifikan sebesar 37,6% dari keseluruhan total investasi, menunjukkan dominasi SBN dalam portofolio asuransi umum.
Mengenai prospek hasil investasi, Budi Herawan optimis bahwa hasil investasi industri asuransi umum akan cenderung membaik hingga akhir tahun ini, memberikan dukungan kuat bagi kinerja keseluruhan industri. Perkiraan ini didasari oleh potensi keuntungan valuasi dari portofolio SBN yang telah ada. Namun demikian, tantangan ke depan yang patut diwaspadai adalah menjaga keseimbangan portofolio investasi agar tetap likuid, aman, dan patuh terhadap regulasi, sambil secara simultan mengupayakan imbal hasil yang optimal demi keberlanjutan bisnis.
Pada semester I-2025, industri asuransi umum berhasil mencatatkan hasil investasi sebesar Rp 3,85 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 4,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, mengindikasikan ketahanan dan potensi pertumbuhan industri di tengah dinamika ekonomi.
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 4,75% menuntut adaptasi strategi investasi bagi industri asuransi umum. Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, merekomendasikan perusahaan asuransi untuk mengoptimalkan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) jangka menengah atau panjang demi imbal hasil yang lebih baik. Deposito kemungkinan akan kurang diminati, sehingga obligasi korporasi peringkat tinggi disarankan sebagai alternatif investasi yang menarik.
Per Juni 2025, total investasi asuransi umum mencapai Rp 125,03 triliun, dengan SBN mendominasi portofolio sebesar Rp 47,02 triliun (37,6%). Budi Herawan optimis hasil investasi industri akan membaik hingga akhir tahun, didorong oleh potensi keuntungan valuasi dari SBN yang telah ada. Tantangan ke depan adalah menjaga keseimbangan portofolio yang likuid, aman, patuh regulasi, dan menghasilkan imbal hasil optimal, mengingat industri telah mencatat hasil investasi positif Rp 3,85 triliun pada semester I-2025.