Yield Obligasi Korporasi Anjlok Setelah Suku Bunga Dipangkas? Cek Proyeksinya!

Img AAY1Xrg

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Prospek obligasi korporasi di Indonesia diproyeksikan semakin cerah seiring dengan potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menyebabkan yield obligasi korporasi juga ikut menurun, menjadikannya instrumen investasi yang semakin menarik bagi para investor.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga akan membawa dampak positif signifikan bagi obligasi korporasi. Hal ini terjadi karena yield obligasi benchmark yang menjadi acuan akan terkoreksi, sehingga secara otomatis mendorong penurunan yield obligasi korporasi. Lebih lanjut, David juga melihat ekspektasi pemotongan suku bunga lanjutan sebagai katalis kuat yang mampu meningkatkan baik penawaran maupun permintaan obligasi korporasi di masa mendatang.

Menurut David, besarnya penurunan yield obligasi korporasi akan sangat bergantung pada tenor dan peringkat (rating) obligasi yang diterbitkan oleh korporasi. Namun, ia memprediksi bahwa pergerakan penurunan yield obligasi korporasi akan kurang lebih sama dengan penurunan yield obligasi pemerintah. Ini menunjukkan adanya korelasi yang erat antara kedua jenis instrumen utang tersebut dalam merespons kebijakan moneter.

Meskipun demikian, David menegaskan bahwa obligasi korporasi tetap menawarkan daya tarik yang kuat bagi para investor. Instrumen ini masih menjanjikan yield yang relatif tinggi, harga yang stabil, serta potensi capital gain yang menarik, terutama dalam siklus penurunan suku bunga seperti saat ini. Pertumbuhan obligasi korporasi berdenominasi rupiah pun menunjukkan tren positif, dengan peningkatan 11,2% secara tahunan di tahun 2024 dan bahkan melonjak 48,31% secara tahunan per semester I 2025. Data ini mencerminkan tingginya minat terhadap instrumen obligasi korporasi, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menatap ke depan, David Sumual memaparkan beberapa sentimen positif yang akan menopang kinerja obligasi korporasi. Sentimen tersebut meliputi tingginya kebutuhan refinancing oleh korporasi, pemangkasan suku bunga oleh BI dan The Fed yang berpotensi menurunkan biaya penerbitan obligasi dan premi risiko, serta pelonggaran moneter yang dapat mendorong leverage korporasi. Ditambah lagi, kondisi pertumbuhan ekonomi yang stabil juga turut menjadi faktor pendorong. Namun, ia juga mengingatkan akan adanya sentimen negatif, yaitu belum sepenuhnya pulihnya ekonomi dan perdagangan global, yang dapat memengaruhi ekspektasi kinerja korporasi secara keseluruhan. Kendati demikian, David menyimpulkan bahwa prospek return obligasi korporasi masih sangat menjanjikan.

Melengkapi pandangan tersebut, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menyoroti bahwa obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon atau imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN). Akan tetapi, ia menekankan bahwa risiko investasi pada obligasi korporasi sangat bergantung pada kualitas kredit penerbit. Oleh karena itu, bagi investor, perhatian terhadap peringkat obligasi menjadi sangat krusial untuk mitigasi risiko.

Imam menambahkan bahwa obligasi dapat menjadi instrumen investasi yang cocok untuk berbagai jangka waktu, asalkan strategi yang diterapkan disesuaikan dengan horizon investasi. Bagi investor dengan horizon jangka pendek, instrumen yang relatif aman adalah obligasi negara tenor pendek atau obligasi korporasi tenor pendek yang dibeli langsung di pasar perdana. Strategi buy and hold hingga jatuh tempo direkomendasikan untuk mengurangi risiko volatilitas harga di pasar sekunder, dengan catatan penting: penerbit obligasi korporasi harus memiliki kualitas kredit yang solid dan berada pada level investment grade.

Sementara itu, bagi investor jangka panjang yang aktif bertransaksi di pasar sekunder, posisi harga obligasi menjadi pertimbangan utama. Imam menyarankan untuk memperhatikan apakah harga berada pada level discount (di bawah nilai nominal), par (sama dengan nilai nominal), atau premium (di atas nilai nominal). Pembelian pada level discount atau par diyakini akan memberikan peluang yield atau imbal hasil yang lebih menarik dan optimal bagi investor.

Ringkasan

Prospek obligasi korporasi di Indonesia diproyeksikan cerah seiring potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, yang diperkirakan akan menurunkan yield obligasi korporasi dan menjadikannya lebih menarik. Kepala Ekonom BCA, David Sumual, menyatakan pemangkasan suku bunga akan mengkoreksi yield obligasi benchmark dan mendorong permintaan obligasi korporasi. Obligasi ini menawarkan yield relatif tinggi, harga stabil, dan potensi capital gain, didukung oleh sentimen positif seperti kebutuhan refinancing dan pelonggaran moneter, meskipun ada sentimen negatif dari pemulihan ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.

Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, menyoroti obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon lebih tinggi dari Surat Utang Negara, tetapi risikonya sangat bergantung pada kualitas kredit penerbit, sehingga peringkat obligasi krusial bagi investor. Bagi investor jangka pendek, obligasi tenor pendek yang dibeli di pasar perdana dengan strategi *buy and hold* hingga jatuh tempo direkomendasikan, asalkan penerbit memiliki kualitas kredit *investment grade*. Sementara itu, investor jangka panjang yang aktif di pasar sekunder disarankan untuk membeli pada level harga diskon atau par untuk imbal hasil yang optimal.

You might also like