Saham Big Banks Bergejolak? Analis Ungkap Fakta & Rekomendasi!

Img AA1MUlh5

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pergerakan saham big banks di Indonesia menunjukkan tren beragam dalam seminggu terakhir, didominasi oleh pelemahan, meskipun beberapa di antaranya berhasil mencatatkan penguatan. Berdasarkan data Stockbit, fluktuasi harga saham perbankan raksasa ini bervariasi, dengan penurunan mencapai 5% pada beberapa emiten, namun ada pula yang justru mengukir kinerja positif.

Pada pembukaan perdagangan, saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia) sempat melemah 0,47% ke level Rp 4.230 per saham. Namun, bank pelat merah ini berhasil bangkit dan ditutup menguat di level Rp 4.250 per saham, meskipun nilainya sama dengan penutupan hari sebelumnya. Secara mingguan, BBRI menunjukkan performa solid dengan penguatan 1,67% dan bertengger di level Rp 4.250 per saham.

Sementara itu, saham BBCA (Bank Central Asia) juga tidak luput dari volatilitas. Sempat dibuka melemah 0,65% pada level Rp 7.650, BBCA kemudian menunjukkan kekuatan dengan melonjak 1,30% dan menutup perdagangan di level Rp 7.800 per saham. Menariknya, pemangkasan BI Rate yang baru-baru ini terjadi tampaknya belum secara signifikan memengaruhi kinerja bank swasta terbesar di Indonesia ini. Meskipun demikian, dalam seminggu terakhir, BBCA tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 1,58% di level Rp 7.800 per saham.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, pada Kamis (18/9/2025) mengungkapkan pandangannya. Menurutnya, pasar cenderung menempatkan BBCA sebagai bank premium dengan valuasi yang tergolong mahal. Selain itu, investor juga melihat BCA sebagai pilihan yang lebih defensif, sehingga kurang menjadi primadona di fase awal euforia rate cut yang cenderung mendorong aset berisiko lebih tinggi.

Performa serupa terlihat pada saham BMRI (Bank Mandiri) yang turut melemah 1,58% ke level Rp 4.350 per saham. Bank berlogo pita emas ini mencatatkan pelemahan lebih dalam dalam skala mingguan, yakni 3,10% di level Rp 4.380 per saham.

Saham Big Banks Dibuka Melemah di Tengah Ekspektasi BI Tahan Suku Bunga Rabu (17/9)

Di antara para raksasa perbankan, saham BBNI (Bank Negara Indonesia) berada di posisi pelemahan paling dalam. Pada pembukaan perdagangan, BBNI terkoreksi 2,07% di level Rp 4.250 per saham dan masih ditutup di zona merah dengan pelemahan 1,61% pada level Rp 4.270 per saham. Kinerja mingguan BBNI bahkan menunjukkan penurunan signifikan, anjlok hingga 5,53% dan ditutup di level Rp 4.270 per saham.

Ini Kata Analis Terkait Kondisi Saham Pekan Ini

Muhammad Wafi kembali memberikan analisisnya pada Jumat (19/9/2025). Ia menjelaskan bahwa pergerakan saham big banks sepanjang pekan ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen. Salah satunya adalah ekspektasi pemangkasan lanjutan BI Rate setelah inflasi menunjukkan tren yang relatif terkendali. Selain itu, arus masuk dana asing ke sektor perbankan juga menjadi faktor penting, mengingat sektor ini sering dianggap sebagai proksi utama ekonomi Indonesia. Rotasi sektor juga berperan, di mana investor global cenderung lebih memilih saham berfundamental kuat dan memiliki likuiditas tinggi.

“Di sisi lain, ada tekanan jual sesekali karena profit taking setelah rally yang cukup panjang,” ujar Wafi.

Wafi menambahkan, sentimen pasar secara keseluruhan masih positif, terutama jika rupiah stabil dan yield obligasi mengalami penurunan. Kondisi ini akan membuat sektor bank terus menjadi magnet bagi dana asing. Namun, ia juga mengingatkan potensi volatilitas yang bisa muncul menjelang rilis data makro ekonomi penting seperti inflasi dan cadangan devisa, atau jika terjadi pergerakan signifikan pada Fed Rate/US bond yield. “Jadi kemungkinan pekan depan pergerakan masih konsolidasi positif dengan potensi rebound di bank BUMN,” pungkas Wafi.

Saham Big Banks Kompak Menghijau Pada Pembukaan Pasar Awal Pekan Ini (15/9/2025)

Rekomendasi Saham untuk Investor

Bagi para investor, Wafi juga memberikan rekomendasi saham. BBRI dan BMRI dinilai menarik untuk trading jangka pendek karena sensitif terhadap penurunan suku bunga dan memiliki valuasi yang masih relatif murah. Sementara itu, BBNI bisa menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari high beta. Adapun BBCA, lebih cocok untuk akumulasi jangka panjang berkat kualitas aset dan CASA (Current Account Savings Account) yang kuat, meskipun potensi upside jangka pendeknya terbatas.

Senada dengan Wafi, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa secara fundamental, rata-rata saham perbankan saat ini berada di bawah fair value, yang mengindikasikan bahwa mereka sedang undervalued. Lebih lanjut, Nafan juga menyoroti daya tarik dividen yield dari rata-rata bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) yang cukup menggiurkan. Oleh karena itu, bagi investor yang berburu dividen, saham-saham perbankan, khususnya bank Himbara, patut dipertimbangkan.

Hanya Saham BCA yang Ditutup Menguat di Antara Big Banks Lain, Simak Penjelasannya

Ringkasan

Saham perbankan besar di Indonesia menunjukkan tren beragam dalam seminggu terakhir, didominasi pelemahan meskipun beberapa menguat seperti BBRI. BBCA, BMRI, dan BBNI tercatat melemah, dengan BBNI mengalami koreksi paling signifikan. Menurut analis Muhammad Wafi, pergerakan ini dipengaruhi ekspektasi pemangkasan BI Rate, arus dana asing, rotasi sektor, serta tekanan jual akibat profit taking.

Sentimen pasar secara keseluruhan masih positif dengan potensi konsolidasi dan rebound pada bank BUMN pekan depan, meskipun ada potensi volatilitas dari data makro. Untuk investor, Wafi merekomendasikan BBRI dan BMRI untuk trading jangka pendek, BBNI untuk high beta, serta BBCA untuk akumulasi jangka panjang. Analis lain juga menekankan bahwa saham perbankan, khususnya Himbara, undervalued secara fundamental dan menarik untuk dividen.

You might also like