SSIA Terbang Berkat Subang Smartpolitan? Analisis & Rekomendasi Saham

Img AA19GeTo

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menunjukkan sedikit penurunan pada semester pertama 2025. Meskipun demikian, prospek performa SSIA di paruh kedua tahun 2025 diperkirakan akan membaik secara signifikan, utamanya didorong oleh pertumbuhan solid dari segmen properti.

Pada semester I 2025, SSIA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,11 triliun, turun 9,8% dibandingkan Rp 2,34 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Namun, ada secercah optimisme dari segmen properti yang berhasil menyumbang pendapatan sebesar Rp 338,7 miliar, melonjak 20% secara tahunan (yoy) dari Rp 282,2 miliar di semester I 2024. Segmen konstruksi juga menunjukkan pertumbuhan positif dengan pendapatan Rp 1,70 triliun, naik 6,2% yoy dibandingkan Rp 1,60 triliun pada semester I 2024. Sayangnya, segmen perhotelan masih lesu, hanya mampu meraih Rp 215,6 miliar di semester pertama 2025.

Surya Semesta (SSIA) Incar Pendapatan hingga Rp 400 Miliar dari Subang Smartpolitan

Menurut Rizal Rafly, Analis Ajaib Sekuritas, proyek Subang Smartpolitan menjadi pilar pertumbuhan utama bagi SSIA. Kawasan industri strategis ini memiliki luas 2.717 hektar dari total cadangan lahan sekitar 4.000 hektar yang dimiliki perusahaan. Manajemen SSIA menargetkan laba bersih mandiri dari Subang Smartpolitan bisa mencapai Rp 650 miliar hingga Rp 700 miliar dalam 3-5 tahun ke depan, didukung oleh minat penyewa yang sangat kuat.

Salah satu bukti minat tersebut adalah komitmen dari raksasa otomotif BYD yang telah mengamankan lahan seluas 108 hektar. BYD juga sedang dalam tahap finalisasi kesepakatan besar lainnya yang berpotensi ditandatangani pada akhir 2025. Melalui kesepakatan ini, produksi komersial kendaraan listrik (EV) BYD diproyeksikan mencapai 150.000 unit per tahun, dengan jadwal dimulainya produksi pada Januari 2026. Selain BYD, penyewa fase 1 lainnya termasuk PT Kids Play Indonesia (mainan Hong Kong) dan Xing Fang (tekstil Tiongkok). Meskipun marketing sales pada semester I 2025 mencapai Rp 283 miliar (8,3 hektar) yang menurun dibandingkan penandatanganan kontrak besar BYD tahun lalu (108 hektar), target setahun penuh SSIA tetap optimistis di 137 hektar, terdiri dari 120 hektar di Subang dan 17 hektar di Karawang. Penjualan yang tercatat dalam akuntansi diproyeksikan sekitar 140 hektar, seperti disampaikan Rizal dalam risetnya pada 21 Agustus 2025.

Konektivitas menjadi faktor krusial dalam daya saing Subang Smartpolitan. Meskipun demikian, jalan tol Cipali-Patimban sepanjang 37 km baru akan rampung pada kuartal pertama 2027. Di sisi lain, proyek pengembangan Pelabuhan Patimban Fase 1-2 terus berjalan, yang akan memperluas kapasitasnya menjadi sekitar 800.000 kendaraan dan lebih dari 2 juta TEUs pada tahun 2026-2027. Lokasi Subang yang hanya 40 km dari Patimban, 70 km dari Bandara Kertajati, dan 86 km dari Bandung, menawarkan keuntungan logistik yang sangat efisien bagi para penyewa, terutama setelah akses infrastruktur penuh terjamin. Ahnaf Yassar, Analis Samuel Sekuritas, dalam risetnya 22 Juli 2025, memprediksi bahwa setelah akses infrastruktur selesai, waktu tempuh antara Subang Smartpolitan dan Pelabuhan Patimban akan berkurang lebih dari 70%, memangkas perjalanan secara signifikan dan menarik lebih banyak investor ke Subang. Saat ini, perjalanan dari Subang Smartpolitan ke Pelabuhan Patimban masih memakan waktu 2 jam.

SSIA melaporkan bahwa harga jual rata-rata (ASP) tanah di Subang Smartpolitan telah mencapai US$ 120/m², melonjak 50% secara tahunan. Sebagai perbandingan, saat pembangunan jalan tol Trans Jawa antara tahun 2015 dan penyelesaiannya tahun 2018, ASP tanah di Bekasi melonjak 37% menjadi Rp 3 juta/m², sementara di Karawang naik 39,8% menjadi Rp 2,5 juta/m². Dengan rampungnya jalan tol Patimban, Ahnaf memperkirakan ASP lahan Subang Smartpolitan akan kembali melonjak sekitar 30%.

Untuk memperkuat pendanaan, SSIA juga menjalin kemitraan strategis. Divestasi 36,5% saham Subang Smartpolitan kepada Djarum senilai Rp 3,1 triliun tidak hanya mendatangkan modal segar, tetapi juga keahlian dalam infrastruktur digital, seperti cloud optik. Selain itu, Sumitomo Corporation telah ditunjuk sebagai broker untuk menarik minat perusahaan-perusahaan Jepang berinvestasi di kawasan industri ini.

Pada Juni 2025, ekuitas SSIA tercatat mencapai Rp 7,8 triliun, dengan posisi kas bersih Rp 356 miliar, dan rasio utang terhadap ekuitas yang sangat sehat, hanya 24%. Aset tanah di Subang mencapai Rp 3,9 triliun (sekitar 1.700 hektar), namun baru Rp 421 miliar yang telah dikonversi menjadi inventaris, menunjukkan potensi monetisasi yang masih sangat besar di masa depan.

Anak Usaha SSIA, Suryacipta Swadaya Kebanjiran Permintaan Lahan dari Investor China

Melihat potensi ini, Ajaib Sekuritas memproyeksikan pendapatan SSIA pada tahun 2025 akan mencapai Rp 6,39 triliun dan laba bersih Rp 300 miliar. Angka ini meningkat dari pendapatan Rp 6,25 triliun dan laba bersih Rp 234,2 miliar yang dibukukan SSIA pada tahun 2024. Rizal merekomendasikan buy saham SSIA dengan target harga Rp 3.200 per saham. Senada, Ahnaf dari Samuel Sekuritas juga merekomendasikan buy SSIA dengan target harga yang lebih tinggi, Rp 4.000 per saham. Ahnaf menilai visibilitas pertumbuhan SSIA sangat kuat, didukung oleh peran Subang Smartpolitan sebagai pusat kendaraan listrik (EV) dan ekspor, yang telah divalidasi oleh komitmen BYD serta meningkatnya minat dari sektor pusat data dan elektronik.

Ringkasan

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatat penurunan pendapatan 9,8% pada semester I 2025 menjadi Rp 2,11 triliun. Meskipun demikian, segmen properti menunjukkan pertumbuhan kuat 20% secara tahunan, sementara konstruksi naik 6,2% secara tahunan. Prospek kinerja SSIA di paruh kedua 2025 diperkirakan membaik signifikan, utamanya didorong oleh pertumbuhan solid dari segmen properti.

Proyek Subang Smartpolitan menjadi pilar utama pertumbuhan SSIA, dengan target laba bersih mandiri mencapai Rp 650-700 miliar dalam 3-5 tahun ke depan. Minat penyewa sangat kuat, ditandai komitmen raksasa otomotif BYD untuk lahan 108 hektar yang akan memulai produksi EV pada Januari 2026. Pengembangan infrastruktur seperti jalan tol Cipali-Patimban dan perluasan Pelabuhan Patimban akan meningkatkan konektivitas dan nilai lahan Subang, dengan harga jual rata-rata (ASP) yang telah melonjak 50% secara tahunan. Analis merekomendasikan “buy” saham SSIA, memproyeksikan pendapatan dan laba bersih yang meningkat signifikan pada tahun 2025 berkat potensi Subang Smartpolitan.

You might also like