
MNCDUIT.COM JAKARTA – Arus modal asing semakin deras mengalir masuk ke pasar keuangan domestik Indonesia sepanjang pekan ketiga bulan Agustus 2025. Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya lonjakan signifikan pada transaksi 11–14 Agustus 2025, di mana total beli neto (net buy) investor asing mencapai angka fantastis Rp 15,31 triliun.
Dominasi aliran dana ini terlihat jelas pada pasar Surat Berharga Negara (SBN), yang menyerap senilai Rp 7,88 triliun. Angka ini menjadikannya instrumen paling diminati dibandingkan pasar saham maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada periode tersebut.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyoroti bahwa tingginya inflow asing ini sebagian besar didorong oleh faktor-faktor global yang tengah bergejolak.
Dana Asing Deras Masuk Pasar SBN, Analis: Tenor Pendek Jadi Incaran
Ia menjelaskan, data inflasi inti (core CPI) Amerika Serikat pada Juli yang hanya naik tipis 0,2% secara bulanan, serta inflasi umum (headline) yang tercatat 2,7% secara tahunan, memperkuat keyakinan pasar. Sentimen ini memprediksi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan (FFR) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September mendatang.
Ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed secara langsung berdampak pada imbal hasil US Treasury (UST) yang cenderung stabil, bahkan melemah. Kondisi inilah, menurut Josua, yang mendorong investor global untuk mengalihkan portofolio mereka ke pasar negara berkembang seperti Indonesia, di mana instrumen SBN menawarkan imbal hasil yang jauh lebih atraktif.
Di sisi domestik, kinerja SRBI pada lelang pekan itu tampak kurang agresif diserap oleh pasar. Indikator bid-to-cover tercatat menurun dibandingkan pekan sebelumnya, diikuti dengan penurunan yield SRBI tenor 1–12 bulan sebesar 15 basis poin (bps) secara mingguan (WoW). Fenomena ini, kata Josua, semakin meningkatkan daya tarik SBN, baik dari sisi kupon yang ditawarkan maupun potensi capital gain yang menarik saat kurva imbal hasil menurun.
Menatap prospek hingga akhir tahun, Josua Pardede melihat SBN masih memiliki potensi bullish, namun tetap perlu dilakukan secara selektif. Saat ini, imbal hasil SBN tenor 10 tahun berada di kisaran 6,3%–6,4%, sementara US Treasury tenor 10 tahun berkisar 4,3%. Selisih sekitar 200 bps ini menjadikan SBN Indonesia tetap sangat menarik bagi para investor global.
Menilik Perkembangan Bursa Saham Serta Prospek Dana Asing ke Depan
Josua memandang, apabila FOMC benar-benar merealisasikan penurunan suku bunga dan nilai tukar Rupiah tetap stabil serta terkendali, aliran inflow asing berpeluang besar untuk terus berlanjut. Meskipun demikian, ia memperkirakan masuknya dana asing ini akan terjadi secara lebih bertahap dibandingkan dengan reli signifikan yang terjadi pada awal Agustus.
Dana Asing Comeback, IHSG Diprediksi Melaju ke Level 8.000
Arus modal asing ke pasar keuangan domestik Indonesia meningkat signifikan pada pekan ketiga Agustus 2025, mencapai beli neto Rp 15,31 triliun. Sebagian besar dana ini, yaitu Rp 7,88 triliun, mengalir ke Surat Berharga Negara (SBN), menjadikannya instrumen paling diminati. Inflow yang tinggi ini dipicu oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan setelah rilis data inflasi inti Amerika Serikat yang rendah.
Ekspektasi pelonggaran moneter The Fed membuat imbal hasil US Treasury cenderung melemah, mendorong investor global mengalihkan portofolio ke SBN Indonesia yang menawarkan imbal hasil lebih atraktif. Di sisi domestik, daya tarik SBN juga meningkat dibandingkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) karena potensi capital gain. Prospek SBN diprediksi tetap bullish hingga akhir tahun, dan aliran modal asing berpotensi berlanjut jika suku bunga The Fed turun serta nilai tukar Rupiah stabil.