
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Amerika Serikat (AS) menunda kesepakatan tarif dagang dengan China selama 90 hari, efektif Senin, 11 Agustus 2025. Keputusan ini, menurut sejumlah analis, berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Lukman Leong, analis Mata Uang Doo Financial Futures, menilai penundaan kesepakatan tersebut akan memperkuat dolar AS dan akibatnya melemahkan rupiah. Ia menjelaskan kepada Kontan pada Selasa, 12 Agustus 2025, “Ke depan, rupiah masih akan berfluktuasi, mengikuti perkembangan tarif dan dampaknya.” Pergerakan rupiah yang fluktuatif ini menjadi perhatian utama para pelaku pasar.
Pandangan berbeda disampaikan oleh Ibrahim Assuaibi, Pengamat Mata Uang dan Komoditas. Ia berpendapat bahwa penundaan tersebut telah diprediksi banyak pengamat dan ekonom, mengingat masih banyaknya negosiasi dagang AS dengan negara lain yang belum mencapai kesepakatan. Lebih lanjut, Ibrahim menekankan bahwa pergerakan rupiah ke depan akan lebih dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor utama yang disebut Ibrahim adalah hasil pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada 15 Agustus 2025. Pertemuan tersebut akan membahas kesepakatan perang antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, Ibrahim juga menyorot spekulasi penurunan suku bunga The Fed menyusul pengunduran diri Adriana Kugler dari jabatannya sebagai gubernur. Pengunduran diri Kugler, yang diumumkan pada Jumat, 1 Agustus 2025, terjadi di tengah tekanan Trump kepada bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga.
Berdasarkan analisisnya, Ibrahim memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp 16.600 hingga akhir tahun. Ia menambahkan, “Untuk indeks dolar sendiri kemungkinan besar masih akan menuju ke 103. Kalau indeks dolar ke 103 berarti rupiah ya bisa saja di Rp 16.700-an.” Senada dengan Ibrahim, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak di level Rp 16.000-Rp 16.600 hingga akhir tahun.
Rupiah Melemah ke Rp 16.306 Selasa (12/8) Pagi, Saat Pasar Menanti Data Inflasi AS
Gencatan Dagang AS-China Dongkrak Bursa Asia Selasa (12/8) Pagi, Fokus Beralih ke RBA
Penundaan kesepakatan tarif dagang AS-China selama 90 hari berpotensi melemahkan rupiah, menurut analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong. Ia memprediksi rupiah akan fluktuatif dan bergerak di kisaran Rp 16.000-Rp 16.600 hingga akhir tahun. Namun, Ibrahim Assuaibi, Pengamat Mata Uang dan Komoditas, berpendapat dampaknya terbatas karena penundaan telah diprediksi dan faktor lain lebih berpengaruh.
Faktor-faktor tersebut antara lain pertemuan Trump-Putin yang membahas kesepakatan perang Rusia-Ukraina dan spekulasi penurunan suku bunga The Fed pasca pengunduran diri Adriana Kugler. Ibrahim memprediksi rupiah di kisaran Rp 16.600 hingga akhir tahun, sementara pergerakan indeks dolar AS juga akan memengaruhi nilai tukar rupiah.