
Meskipun tertekan oleh tingginya biaya operasional dan sengitnya persaingan harga, sektor telekomunikasi di Indonesia menunjukkan ketahanan dengan valuasi saham emiten yang tetap menarik di mata para analis. Kondisi ini memunculkan paradoks menarik bagi investor telekomunikasi yang mencari peluang di tengah dinamika pasar.
Sukarno Alatas, Analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, menggarisbawahi adanya tekanan signifikan pada margin keuntungan emiten telekomunikasi. Tekanan ini, menurutnya, bersumber dari melonjaknya biaya operasional dan dinamika “perang tarif” yang tak kunjung usai. Ia menjelaskan, kenaikan imbal hasil (yield) belum tentu mampu meningkatkan margin jika beban operasional tetap tinggi. Hal ini menciptakan tantangan berat bagi profitabilitas perusahaan di industri ini, sebagaimana diungkapkan Sukarno kepada Kontan pada Jumat, 25 Juli 2025.
Namun, di tengah gempuran persaingan, ada secercah harapan. Sukarno juga mencatat bahwa beberapa operator kini mulai mengambil langkah lebih “rasional” dengan mengubah fokus bisnis mereka. Strategi ini, yang melibatkan penargetan segmen pelanggan premium, diharapkan dapat membantu mengurangi tekanan harga dan meningkatkan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU).
Tengok Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (28/7)
Optimisme serupa datang dari Kafi Ananta, Analis BRI Danareksa Sekuritas. Menurutnya, terlepas dari berbagai tantangan, valuasi sektor telekomunikasi tetap menarik untuk dicermati. Dalam risetnya pada 18 Juli 2025, Kafi mengungkapkan bahwa saat ini, sektor tersebut diperdagangkan pada rasio 4,3 kali EV/EBITDA, yang merupakan rata-rata selama lima tahun terakhir. Angka ini mengindikasikan bahwa perbaikan pasar yang lebih luas dapat terealisasi lebih cepat, bahkan sebelum semester kedua tahun 2025 berakhir.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Ekky Topan, Analis dari Infovesta Kapital Advisori, memproyeksikan stabilitas kinerja sektor telekomunikasi hingga akhir tahun, meskipun pertumbuhan pelanggan diprediksi akan sedikit melambat. Ia memandang adanya potensi peningkatan pada struktur pendapatan dan margin, terutama berkat implementasi strategi monetisasi imbal hasil dan penguatan signifikan pada lini produk-produk digital yang menjadi pilar baru pertumbuhan.
IHSG Diprediksi Bergerak Sideways dan Rawan Koreksi, Senin (28/7)
Bagi para investor saham telekomunikasi, Sukarno menambahkan beberapa poin krusial yang perlu dicermati ke depan. Faktor-faktor tersebut meliputi potensi strategi buyback saham, peluang dividen tinggi, serta risiko yang mungkin timbul dari tekanan terhadap ARPU (Average Revenue Per User). Selain itu, perubahan regulasi dan besarnya kebutuhan belanja modal (capex) juga menjadi aspek penting yang dapat memengaruhi kinerja emiten.
Berdasarkan analisis tersebut, para analis juga memberikan rekomendasi spesifik untuk saham-saham telekomunikasi pilihan mereka. Sukarno merekomendasikan untuk HOLD saham ISAT dan EXCL dengan target harga masing-masing Rp 2.400 dan Rp 2.600 hingga akhir tahun. Sementara itu, Ekky menyarankan BUY saham TLKM dengan target harga Rp 3.400. Adapun Kafi lebih agresif dengan merekomendasikan BUY untuk ISAT, TLKM, dan EXCL, dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 2.600 (ISAT), Rp 3.500 (TLKM), dan Rp 2.800 (EXCL) per saham.
Meskipun tertekan biaya operasional tinggi dan persaingan harga yang sengit, sektor telekomunikasi di Indonesia menunjukkan ketahanan dengan valuasi saham emiten yang tetap menarik bagi para analis. Analis seperti Sukarno Alatas dari Kiwoom Sekuritas menyoroti tekanan margin keuntungan, namun operator mulai beralih ke segmen pelanggan premium untuk meningkatkan ARPU. Optimisme juga datang dari Kafi Ananta dan Ekky Topan, yang melihat valuasi sektor tetap menarik dan memproyeksikan stabilitas kinerja hingga akhir tahun.
Prospek peningkatan pendapatan diprediksi datang dari strategi monetisasi imbal hasil dan penguatan produk digital. Bagi investor, faktor seperti potensi buyback saham, dividen tinggi, risiko ARPU, perubahan regulasi, dan kebutuhan belanja modal perlu dicermati. Rekomendasi saham bervariasi: Sukarno menyarankan HOLD untuk ISAT dan EXCL, sementara Ekky merekomendasikan BUY TLKM, dan Kafi lebih agresif dengan rekomendasi BUY untuk ISAT, TLKM, dan EXCL.