Wall Street Loyo Jelang Tarif Baru AS-China: Peluang atau Ancaman?

Wall Street dibuka cenderung datar pada Jumat (25/7/2019) waktu setempat, menyusul pencapaian rekor penutupan tertinggi oleh indeks S&P 500 dan Nasdaq sehari sebelumnya. Fokus utama investor saat ini tertuju pada perkembangan pembicaraan dagang global yang krusial, menjelang tenggat waktu penerapan tarif impor baru Amerika Serikat pada 1 Agustus mendatang.

Pada awal perdagangan, Indeks Dow Jones Industrial Average berhasil naik tipis 63,4 poin atau 0,14% ke level 44.757,28. Senada, Indeks S&P 500 menguat 6,7 poin atau 0,10% menuju posisi 6.370,01. Sementara itu, Nasdaq Composite juga bergerak naik tipis 2 poin atau 0,01% menjadi 21.059,941, menunjukkan pergerakan yang hati-hati di tengah ketidakpastian pasar.Img AA1IcDaR

Harapan untuk meredakan ketegangan dagang kian menguat, terutama dengan potensi kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan Washington yang diperkirakan akan segera ditandatangani. Di samping itu, negosiasi dengan Korea Selatan juga dilaporkan menunjukkan kemajuan signifikan. Berbagai negara kini berlomba untuk mencapai kesepakatan dagang demi menghindari lonjakan tarif impor dari AS yang berpotensi diberlakukan di awal bulan depan.

Tim analis Societe Generale, yang dipimpin oleh Adam Kurpiel, menyoroti dampak sentimen tarif terhadap pasar. “Berita seputar tarif sangat memengaruhi sentimen risiko pasar dan memicu minat terhadap aset berisiko sepanjang pekan ini. Meskipun demikian, volatilitas tetap mungkin terjadi mendekati batas waktu 1 Agustus,” ujar mereka, menggarisbawahi potensi gejolak jelang tenggat waktu krusial tersebut.

Sentimen pasar turut didukung oleh serangkaian rilis kinerja keuangan kuartal II yang menggembirakan. Dari 152 perusahaan anggota S&P 500 yang telah melaporkan kinerja hingga Kamis, sebanyak 80,3% di antaranya berhasil mencatatkan laba di atas ekspektasi analis, sebuah sinyal positif bagi kesehatan korporasi di AS, berdasarkan data LSEG.

Meski sentimen pasar secara umum positif, beberapa saham unggulan justru mencatatkan pelemahan signifikan selama sepekan. Saham Tesla dan General Motors, misalnya, mengalami penurunan mingguan terdalam dalam hampir dua bulan terakhir. CEO Tesla, Elon Musk, sempat memperingatkan prospek kuartal mendatang yang lebih berat akibat pemangkasan subsidi kendaraan listrik (EV) di AS. Sementara itu, General Motors terpukul setelah membukukan beban sebesar US$1,1 miliar, imbas langsung dari kebijakan tarif impor agresif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump, tercermin dalam laporan keuangan kuartal II mereka.

Tidak hanya itu, saham Intel juga anjlok 7,5% dalam perdagangan pre-market pada Jumat, setelah perusahaan semikonduktor raksasa itu memproyeksikan kerugian kuartal III yang lebih dalam dari perkiraan pasar, sekaligus mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja besar-besaran, menambah daftar kekhawatiran di sektor teknologi.

Di samping isu perdagangan dan kinerja korporasi, perhatian investor juga tertuju pada rapat kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang akan digelar pekan depan. Pelaku pasar umumnya memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan pada level saat ini, sembari mengevaluasi bagaimana dampak tarif terhadap laju inflasi. Bank sentral AS saat ini berada di bawah tekanan politik yang intens dari Gedung Putih, di mana Presiden Trump secara terbuka mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell karena enggan menurunkan suku bunga. Bahkan, Trump mengisyaratkan keinginannya untuk mengganti Powell dari posisinya.

Dalam langkah yang mengejutkan, Trump bahkan mendatangi kantor pusat The Fed pada Kamis dan mengecam proyek renovasi senilai US$2,5 miliar yang sedang berlangsung. Ketidakpastian mengenai masa jabatan Powell kini mendorong investor untuk memperhitungkan potensi reaksi pasar apabila terjadi pergantian kepemimpinan di The Fed. Menurut alat FedWatch milik CME, pelaku pasar kini memperkirakan peluang sebesar 60,5% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan September mendatang, menunjukkan ekspektasi akan pelonggaran kebijakan moneter.

Di sisi korporasi yang spesifik, saham Newmont menunjukkan kenaikan 2,3% setelah emiten tambang emas tersebut berhasil membukukan laba kuartal II yang melampaui ekspektasi analis, memberikan dorongan positif bagi sektor pertambangan. Namun, saham Centene anjlok tajam 15% setelah perusahaan asuransi kesehatan itu melaporkan kerugian mengejutkan di kuartal terakhir. Di sisi lain, Deckers Outdoor memberikan kabar baik dengan melaporkan pendapatan dan laba kuartal I yang melebihi estimasi pasar, menandakan kinerja yang kuat di sektor ritel.

Ringkasan

Wall Street dibuka cenderung datar pada Jumat (25/7/2019) dengan indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq sedikit menguat. Fokus investor tertuju pada perkembangan pembicaraan dagang global menjelang tenggat waktu penerapan tarif impor baru AS pada 1 Agustus. Ada harapan meredanya ketegangan dagang dengan potensi kesepakatan Uni Eropa dan kemajuan negosiasi dengan Korea Selatan, meskipun analis memprediksi volatilitas menjelang batas waktu tersebut. Kinerja keuangan kuartal II yang menggembirakan dari sebagian besar perusahaan S&P 500 turut mendukung sentimen pasar.

Meski sentimen pasar secara umum positif, saham Tesla, General Motors, dan Intel mencatatkan pelemahan signifikan akibat isu internal perusahaan dan dampak tarif. Selain isu perdagangan dan kinerja korporasi, investor juga memantau rapat kebijakan moneter The Federal Reserve pekan depan. Meskipun diperkirakan suku bunga akan dipertahankan, Bank Sentral AS berada di bawah tekanan politik dari Presiden Trump. Pelaku pasar kini memperkirakan ada peluang 60,5% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September mendatang.

You might also like