Didukung Peningkatan Harga Timah, Begini Rekomendasi Saham PT Timah Tbk (TINS)

Img AA1F3hsJ

MNCDUIT.COM JAKARTA. Manajemen PT Timah Tbk (TINS) meyakini produksi akan meningkat pada semester kedua 2025. Hal ini didukung oleh kondisi cuaca hingga penyelesaian kendala hukum terkait dengan beberapa area pertambangan. 

Perusahaan awalnya menargetkan produksi logam timah sebesar 21.500 ton berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAB) resmi. Akan tetapi ada indikasi potensi revisi target produksi ke atas menjadi 31.000 ton. 

Manajemen tetap yakin bahwa produksi akan meningkat pada semester kedua 2025. Ini didukung oleh membaiknya kondisi cuaca dan penyelesaian kendala hukum yang diharapkan terkait dengan beberapa area pertambangan yang tumpang tindih. 

“Kami mempertahankan proyeksi laba bersih 2025 sebesar Rp 1,2 triliun (+9% YoY),” ujar Inav Haria Chandra, Analis Sinarmas Sekuritas dalam risetnya, Jumat (6/6). 

Inav yakin volume produksi yang lebih kuat dan ASP Average selling price (ASP) atau harga jual rata – rata komoditas timah yang lebih tinggi akan mengimbangi tekanan biaya yang berasal dari transisi bahan bakar dan inflasi upah. 

Penerbitan RKAB Jadi per Tahun, Ini Antisipasi PT Timah (TINS) dan Bukit Asam (PTBA)

Namun perlu diingat, Pemerintah Indonesia telah mengusulkan revisi struktur tarif royalti timah agar lebih progresif dan sensitif terhadap harga. Berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini (PP 26/2022). Tarif royalti ditetapkan sebesar 3% untuk timah dengan harga US$ 32.000 per ton.

Usulan baru ini memperkenalkan sistem berjenjang di mana tarif royalti bervariasi sesuai dengan harga timah internasional: 3% untuk harga di bawah US$ 20.000/ton, 5% untuk US$ 20.000–30.000/ton, 7,5% untuk US$ 30.000–40.000/ton, dan 10% untuk harga di atas US$ 40.000/ton. 

“Penyesuaian ini kemungkinan akan membatasi profitabilitas TINS, karena tarif royalti progresif yang lebih tinggi dapat mengurangi potensi pendapatan perusahaan, terutama selama siklus harga tinggi,” terang Inav. 

Dalam jangka panjang, Sinarmas Sekuritas melihat peluang bagi saham TINS untuk dinilai ulang. Seiring upaya pemerintah untuk mengekang penambangan ilegal yang membantu menormalkan dinamika pasar. 

Risiko utama meliputi pelonggaran pembatasan RKAB untuk smelter swasta, harga timah yang lebih rendah, gangguan produksi akibat cuaca, dan meningkatnya tekanan biaya. 

AETI Tolak Wacana PT Timah (TINS) Jadi Penjual Tunggal Timah Nasional

“Pandangan konstruktif kami didukung oleh prospek produksi yang membaik, tren ASP yang kuat, dan potensi kenaikan dari revisi RKAB yang dapat mendorong volume ekspor,” kata Inav. 

Eka Rahmawati Rahman, Analis Binaartha Sekuritas mengatakan, produksi timah turun tajam pada kuartal I – 2025 akibat kondisi cuaca yang mengganggu operasional. Produksi logam timah turun 30,8% YoY menjadi 3.095 metrik ton, dan produksi bijih timah turun 40% YoY menjadi 3.215 ton Sn. Volume penjualan logam timah juga turun -18,4% YoY menjadi 2.874 metrik ton (MT).

Meskipun volume penjualan lebih rendah, gangguan pasokan global mendorong harga timah naik. Harga jual rata-rata (ASP) logam timah naik +20% YoY menjadi US$ 32.495 per MT, naik dari US$ 27.071 pada kuartal I – 2024.

“Kami memproyeksikan laba bersih sepanjang tahun 2025 mencapai Rp1,13 triliun, didorong oleh harga jual rata-rata yang lebih kuat dan peningkatan margin,” kata Eka. 

Adapun, harga timah LME mencapai puncaknya pada bulan Maret di US$ 35.900 per ton dan mencapai titik tertinggi baru di US$ 37.921 pada bulan April 2025 karena kendala pasokan dari Indonesia, Myanmar, dan Republik Demokratik Kongo. 

Tumbuh 2,1%, Timah (TINS) Bukukan Pendapatan Rp 2,10 Triliun pada Kuartal I 2025

Setelah penurunan pada bulan Mei yang dipicu oleh kenaikan tarif AS, harga mulai pulih pada bulan Juni berkat optimisme atas hubungan perdagangan AS–Tiongkok.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila menyoroti TINS yang menargetkan kenaikan laba bersih 4% – 8% dan peningkatan pendapatan 10% – 15% untuk tahun 2025.

Menurutnya, TINS masih bisa berpotensi mencapai target terutama karena harga timah diproyeksikan akan stabil. Namun ketergantungan harga komoditas tetap akan mempengaruhi ASP dan margin, jadi perlu mengikuti tren harga nikel. 

Indy bilang, sentimen yang perlu diperhatikan untuk mencermati kinerja TINS sepanjang tahun 2025 antara lain perkembangan harga timah, volatilitas nilai tukar dan juga regulasi akan harga komoditas.

“Rekomendasi TINS hold dengan target harga Rp 1.200,” ujar Indy kepada Kontan, Kamis (10/7).

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta merekomendasikan wait and see untuk TINS. 

Sementara, Inav merekomendasikan beli TINS dengan target harga Rp 1.800 per saham. Eka juga mempertahankan rekomendasi beli untuk TINS, dengan target harga Rp 1.540 per saham.

Begini Strategi Timah (TINS) & Bukit Asam (PTBA) Usai Penerbitan RKAB Jadi Per Tahun

You might also like